Rabu Pon 16 Februari 2022: Kuat Menderita, Dendam Jangan Ditanya

Penanggalan Jawa

Rabu Pon 16 Februari 2022: Kuat Menderita, Dendam Jangan Ditanya

Tim detikJateng - detikJateng
Rabu, 16 Feb 2022 07:58 WIB
kalender tahun kabisat. dikhy sasra/ilustrasi/detikfoto
Ilustrasi. Foto: Dikhy Sasra
Solo -

Hari ini, Rabu (16/2/2022) bertemu dengan pasaran Pon. Dalam penanggalan Jawa, hari ini juga bertepatan dengan 14 Rejeb 1955, berada di Tahun Alip, Windu Sancaya dan Wuku Bala.

Weton (hari kelahiran) Rabu Pon memiliki neptu 14. Kecenderungannya bersikap sopan, hati-hati dan waspada, serta agak lumayan rezekinya. Akan tetapi juga suka pamer atau memperlihatkan harta kekayaan dan kepandaiannya. Selain senang dipuji, hatinya juga keras dan berperasaan tajam sehingga mudah tersinggung dan menyesali yang telah terjadi.

Pangarasan pada weton ini adalah Lakuning Rembulan. Artinya simpatik, penuh daya tarik, serba menyenangkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun Pancasuda pada weton ini adalah Bumi Kapetak. Bertipe pekerja keras, kuat menahan kekecewaan dan penderitaan, suka kerapian dan kebersihan. Namun, juga memiliki sifat negatif yakni pendendam. Di samping itu, kebaikannya tidak terlihat orang lain.

Adapun karakter berdasarkan wuku, hari ini ada pada Wuku Bala yang dilambangkan dengan Dewa Bathari Durga. Wataknya cenderung melakukan perbuatan jahat, tidak takut dengan sesamanya. Dorongan berbuat negatif sangat kuat. Namun demikian, dapat membuat lega hati orang lain.

ADVERTISEMENT

Perlambang gedhong ada di depan, artinya dermawan dan suka memamerkan kekayaannya. Banyak akal dan sering mendapat keberuntungan walaupun keikhlasannya kurang.

Lambang pohonnya cemara, cenderung banyak bicara, pandai berkilah, bicaranya enak didengar dan dipercaya.

Lambang burungnya ayam hutan, menjadi piaraan atau kesukaan pembesar, berwibawa, banyak yang suka serta bertekad mantap tak mudah goyah.

Diibaratkan udan salah mangsa (hujan tidak pada musimnya), jika kurang hati-hati dalam menjalankan suatu usaha, maka bisa berakibat fatal.

(Oleh: Ki Totok Yasmiran, ahli penanggalan Jawa dari Museum Radyapustaka Solo)




(dil/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads