Polres Demak telah mengungkap sindikat yang membuat uang palsu (upal) di Boyolali dan mengedarkannya di Demak. Empat pelaku dibekuk, tiga di antaranya ibu dan dua anaknya. Polisi menyebut upal itu sekilas mirip asli saat diterawang.
"Kemiripannya, (upal) mereka sudah ada watermark Soekarno Hatta. Kalau diterawang kelihatan logo Soekarno Hatta-nya. Kalau menggunakan ultra violet timbul itu juga (logo Soekarno Hatta) karena menggunakan serbuk fosfor," kata Kasat Reskrim Polres Demak, Iptu Anggah Mardwi Pitriyono, saat ditelepon detikJateng, Senin (29/9/2025).
Anggah mengatakan, logo Bank Indonesia (BI) yang tercetak pada upal itu sekilas juga terlihat nyata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Logo BI itu sudah pakai serbuk emas, jadi sedikit menyerupai (uang asli)," ujar Anggah.
Meski demikian, upal itu bukan tanpa cacat. Anggah menyebut upal itu bisa dikenali saat diraba.
"Teksturnya kaya kertas biasa. Kalau tekstur kelihatan banget bedanya. Dari kertas yang digunakan, tinta, dan lain sebagainya itu kelihatan banget. Serbuk-serbuknya kadang nempel di tangan," ungkap Anggah.
Diberitakan sebelumnya, empat orang pembuat uang palsu yang berasal dari Ungaran dan Grobogan ditangkap polisi. Mereka memproduksi upal itu di Boyolali dan membelanjakannya di beberapa pasar tradisional Demak.
Kasat Reskrim Polres Demak, Iptu Anggah Mardwi Pitriyono, mengatakan para tersangka berinisial R (43), BYR (20), RAT (24), dan BR (31). Tiga dari empat tersangka itu masih satu keluarga.
"Dari empat tersangka yang sudah kita amankan, ini terdiri dari satu keluarga dan satu pekerja. Saudari R (43) ini adalah ibu, kemudian anaknya itu adalah BYR (20) dan RAT (24)," kata Anggah saat konferensi pers di Mapolres Demak, Jumat (26/9/2025).
Anggah menerangkan, uang palsu itu diproduksi BYR (20) dan BR (31) di Boyolali. Dia menggunakan printer dan alat sablon untuk mencetak uang.
"Rumah produksinya di daerah Ngemplak, Boyolali. BYR (20) dan pekerjanya BR (31), mereka produsen atau yang membuat. Alat dan bahan yang digunakan para pelaku salah satunya ada printer untuk melakukan pencetakan rupiah," terang Anggah saat itu.
"Bahan utamanya dari kertas biasa, HVS, kemudian disablon untuk menciptakan dasar dan tekstur dari uang itu. Kemudian dari sablon dicetak bentuk rupiah menyerupai rupiah pecahan Rp 100 ribu," sambungnya.
(dil/apu)