Seorang dokter hewan di Magelang, Yuda Heru Fibrianto (56), menjadi tersangka dalam kasus produksi dan terapi produk turunan stem cell berupa sekretom untuk manusia. Adapun biaya sekali suntik sekretom itu bisa mencapai Rp 9 juta.
"Harga tadi ada yang disebutkan per suntik 1,5 ml itu ada yang Rp 3 juta, Rp 7 juta, ada Rp 9 juta ditambah dengan yang perawatannya bisa ratusan juta. Jadi, kasihan rakyat kita kalau begitu," ungkap Kepala BPOM RI, Taruna Ikrar, dalam konferensi pers, Rabu (27/8/2025), dikutip dari detikHealth, Kamis (28/8/2025).
Tidak hanya melalui suntik, Taruna menerangkan produk sekretom tersebut juga diberikan ke pasien dalam bentuk krim kulit. Taruna menyebutkan, Yuda mengiming-imingi pasiennya dengan berbagai manfaat seperti awet muda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Macam-macam indikasinya, ada yang untuk mencegah kanker, ini penyakit yang sangat susah diobati. Ada yang bisa meningkatkan stamina, itu janji yang diberikan. Ada juga ya untuk regenerasi awet muda, ada juga yang berhubungan dengan berbagai penyakit-penyakit yang susah diobati, itu pengiklanan yang disampaikan," jelas Taruna.
Taruna menerangkan, iklan dari klinik yang dijalankan Yuda itu tidak sesuai fakta. Sebab, lanjutnya, dalam menggunakan produk turunan stem cell kudu melalui uji pra-klinis dan uji klinis guna mengetahui keamanan dan efikasinya.
Promosi dan pemberian sekretom dilakukan Yuda yang juga menjadi dosen di Universitas Gadjah Mada (UGM) itu tanpa landasan ilmiah.
"Tidak ada ukuran efikasi atau khasiatnya, kan kasian rakyat. Nyatanya di Magelang ini tidak ada landasan ilmiahnya," sambungnya.
Produk Sekretom Bisa Dikirim ke Pasien Luar Magelang
Bahkan produk sekretom itu dapat dikirim ke pasien yang ada di Pulau Jawa selama 24 jam. Adapun pasien Yuda berasal dari seluruh Indonesia dan luar negeri.
"Produk sekretom ilegal tersebut dikirim ke pasien yang berdomisili di pulau Jawa dengan menggunakan termos pendingin dan bisa dijangkau dalam jangka waktu pengiriman satu hari untuk menjaga stabilitas produk tersebut," ujar Taruna.
"Sedangkan untuk pasien-pasien yang berasal dari pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi Selatan, serta pasien luar negeri pengobatan langsung dilakukan di sarana tersebut," tandasnya.
(dil/apl)