Latihan silat yang digelar di sebuah tempat di Karanggede, Boyolali, menjadi latihan terakhir bagi M (17), remaja yang merupakan warga setempat. Dia tewas ditendang oleh dua senior sekaligus pelatihnya di perguruan silat yang diikuti.
Tragedi itu menjadi salah satu berita yang banyak diakses pembaca detikJateng selama sepekan terakhir.
Peristiwa itu terjadi pada Kamis (22/5) dini hari. Latihan dilaksanakan di tempat latihan Dukuh Bejen, Desa Karangkepoh, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di malam itu, korban diminta melakukan kuda-kuda. Kemudian kedua seniorya, DWP (18) dan SW (17), menguji kekuatan kuda-kuda itu dengan cara menendangnya.
Sayangnya, tendangan tersebut terlalu keras. Korban yang masih remaja itu tidak kuat menghadapinya.
"Sesuai dengan keterangan saksi-saksi, penendangan dilaksanakan dua kali. Yaitu yang pertama di ulu hati, yang kedua berada di perut (korban). Nah setelah tendangan yang kedua ini yang bersangkutan (korban) kemudian terjatuh ke belakang dan pingsan," kata Kapolres Boyolali, AKBP Rosyid Hartanto, dalam keterangan kepada wartawan di halaman Sat Reskrim Polres Boyolali, Jumat (23/5/2025).
Setelah melihat korban jatuh pingsan, teman-temannya kemudian berusaha memberikan pertolongan. Membawa korban ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis.
"Namun demikian pada saat sebelum sampai rumah sakit, sudah dinyatakan yang bersangkutan meninggal dunia," imbuh dia.
Penanganan Terlambat
Menurut Kapolres, dua kali tendangan keras dari kedua tersangka itu berakibat fatal pada korban. Dari hasil autopsi, ada pendarahan di bagian usus besar dan usus halus korban. Kemudian ada juga pendarahan di bagian dada.
Pada saat kejadian, SW sempat berusaha memberikan pertolongan dengan mengurut perutnya dan mengangkat pinggang korban, karena saat itu korban mengalami sesak nafas. SW bersama temannya kemudian membawa korban yang dalam kondisi pingsan itu ke rumah sakit dengan diboncengan bertiga naik sepeda motor.
Tapi akhirnya korban dinyatakan meninggal dunia.
Dia menduga korban tewas akibat kerasnya tendangan dan diperparah dengan lambatnya penanganan.
"Inilah yang kemudian karena tidak tertangani dengan cepat, akhirnya menimbulkan asfiksia atau mati lemas dan si korban henti oksigen yang masuk ke dalam paru-paru dan akhirnya menimbulkan kematian," terangnya.
Jurus Tendangan Terbang
Berdasarkan hasil pemeriksaan, diduga pelaku menendang korban dengan cukup keras. Bahkan, pelaku mengambil ancang-ancang dan kemudian menendang korban bagaikan terbang.
"Kalau yang disaksikan oleh saksi, dan berdasarkan keterangan dari tersangka, ini masing-masing tersangka melakukan sekali penendangan. Yang satu ke arah dada yang satu ke arah perut. Namun tendangan yang dilakukan memang sangat kencang karena tendangannya ini dilakukan sambil terbang, ancang-ancang," ungkap Rosyid.
Hal ini juga terlihat dalam rekonstruksi yang dilakukan pada Kamis (27/5). Rekonstruksi memperagakan 13 adegan. Dimulai dari berkumpulnya para anggota perguruan silat itu berkumpul di halaman rumah warga yang menjadi tempat latihan.
Kemudian, tersangka DWP memberikan materi latihan kepada sejumlah anggota. Termasuk korban. DWP memberikan materi senam dan jurus. Lalu, DWP meminta mereka untuk pasang kuda-kuda. Saat posisi kuda-kuda itu, DWP menendang perut korban menggunakan kaki sembari terbang.
Akibat tendangan tersebut, M langsung jatuh ke belakang dan tangan memegangi perutnya. Lalu datang tersangka SW untuk menolong dan membantu korban untuk berdiri lagi. Lalu SW juga menendang perut korban hingga korban kembali jatuh dan pingsan.
"Jadi dalam rekonstruksi tadi kita sudah mendapatkan gambaran. Ada 13 adegan yang sudah dilaksanakan. Disaksikan oleh penasehat hukum, dari saksi maupun tersangka sudah membenarkan terkait dengan peristiwa tersebut," kata Kasat Reskrim Polres Boyolali, AKP Joko Purwadi usai rekonstruksi.
(ahr/ahr)