Seorang kepala sekolah salah satu SD di Bringin, Magelang, ditemukan tewas di tengah hutan di Kebumen. Lokasi tewasnya kepala sekolah itu berada di dekat sebuah petilasan yang biasa digunakan untuk ritual.
Awalnya, pria itu disebut-sebut tersambar petir. Sebab, sebagian tubuhnya kehitaman. Keluarga yang percaya dengan kabar itu kemudian langsung memakamkannya.
Namun, warga kemudian melihat kejanggalan. Di sekitar lokasi penemuan mayat terlihat bersih, tidak ada tanda-tanda bekas sambaran petir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi, lihat situasi dan kondisi di lingkungan seperti tumbuh-tumbuhan nggak ada yang gosong, nggak ada yang terbakar, kan kita sangsi," kata Kepala Dusun Barisan di tempat korban tinggal di Magelang, Agus Priyanto, Rabu (21/5/2025).
Kejanggalan itu membuat polisi lantas bergerak melakukan penyelidikan. Makam kepala sekolah itu pun dibongkar untuk dilakukan autopsi. Adapun proses penyelidikan dilakukan oleh Polres Kebumen sebab mayat ditemukan di kabupaten itu.
"Awalnya ada penemuan jenazah tanpa identitas. Dapat identitas warga Srumbung. Pihak keluarga, Senin (19/5) malam datang, tapi mengikhlaskan nggak berkenan dilakukan autopsi. Sehingga kita nggak bisa bertindak dan kemudian dikebumikan (dimakamkan)," kata Kasat Reskrim Polres Kebumen AKP Yosua Farin Setiawan.
Saat itu, katanya, sedikit merasa ada kejanggalan. Kemudian, pihaknya, Selasa (20/5) malam, berkomunikasi dengan keluarga meminta izin untuk dilakukan autopsi.
"Karena kita belum tahu penyebab kematian kenapa. Karena itu ditemukan di tengah-tengah hutan atau seperti petilasan. Kita masih merasa ada yang janggal, jadi kita pengin tau penyebab meninggalnya karena apa," sambungnya.
Dia menyebut dugaan tersambar petir awalnya hanya asumsi masyarakat. Polisi yakin penyebabnya adalah hal lain.
"Karena di tengah petilasan barangkali (masyarakat) mengiranya kesambar petir. Kalau saya nggak pernah ngasih statement itu, dari awal nggak yakin meninggalnya gara-gara apa," katanya.
Hasil autopsi memang membuktikan tidak ada jejak sambaran petir di tubuh kepala sekolah itu. Polisi justru menemukan sisa-sisa racun di tubuhnya.
Polisi langsung memeriksa seorang warga Kebumen bernama Wahid (27) yang saat itu menemani korban melakukan ritual di petilasan itu. Apalagi, beberapa barang milik korban dibawa oleh pria yang mengaku sebagai seorang dukun itu, termasuk sepeda motor.
Dibunuh dengan Racun
Hasil autopsi memperlihatkan bahwa korban tewas akibat racun. Polisi kemudian memeriksa Wahid. Akhirnya dukun itu mengakui bahwa dia telah membunuh korban menggunakan racun.
Pelaku yang saat itu mendampingi korban untuk ritual mempersiapkan air yang sudah dicampur racun. Dia mengatakan kepada korban bahwa air itu berisi doa-doa dan memerintahkannya untuk meminumnya.
"Pelaku melakukan ritual pesugihan dan menggunakan sarana air mineral yang dibacakan doa seolah-olah sebagai bagian dari ritual pesugihan yang mana air mineral tersebut sudah dicampur Potassium Sianida untuk diminum oleh korban sehingga korban meninggal dunia," ungkap Kapolres Kebumen, AKBP Eka Baasith saat menggelar pers rilis di Mapolres Kebumen, Jumat (23/5/2025) siang.
Peristiwa itu terjadi pada Jumat (16/5) tengah malam. Mayat korban sendiri baru ditemukan warga beberapa hari berikutnya.
Setelah dilakukan olah TKP mayat tersebut sudah meninggal beberapa hari. Identitas awal tidak ditemukan di TKP, akhirnya dilakukan scientific dan diketahui korban merupakan warga Magelang," jelasnya.
Cerita soal uang gaib baca halaman berikutnya
Pelaku Gagal Tarik Uang Gaib
Dalam penyelidikan terungkap bahwa pelaku dan korban belum lama kenal. Mereka pertama kali bertemu pada Maret lalu. Kepada korban, pelaku mengaku memiliki kekuatan untuk bisa membuat orang kaya mendadak dengan uang gaib.
"Pelaku kenal dengan korban sekitar bulan Maret tahun ini. Kan dia (pelaku) seolah-olah berstatus sebagai seorang dukun. Jadi karena ada informasi ini korban berkenalan dengan pelaku," sebut AKBP Eka Baasith.
Setelah 3 kali melakukan ritual, uang gaib itu tak kunjung diperoleh. Hal itu membuat korban menjadi marah dan kecewa. Pelaku yang tersinggung akhirnya memilih membunuh korban.
Hal itu juga diakui oleh pelaku. Dia mengaku membunuh korban usai gagal menarik uang gaib.
Ia nekat menghabisi nyawa korban lantaran sakit hati. Upah yang dijanjikan korban setelah ritual tidak dibayar, terlebih permintaan korban yang memaksa tersangka harus bisa mencairkan uang senilai Rp 2 Miliar dalam semalam membuatnya semakin jengkel.
"Korban minta cair Rp 2 miliar dalam satu malam, saya nggak sanggup," ucapnya kepada detikjateng di Mapolres Kebumen, Jumat (23/5/2025) siang.
Wahid sendiri mengaku memang sering melakukan ritual untuk mendapatkan sesuatu dari alama gaib. Setelah melakukan ritual di tempat-tempat keramat, ia sering mimpi mendapatkan petunjuk untuk mengambil barang gaib.
"Ya kalau dibilang bisa kan namanya juga usaha lewat ritual. Kan saya emang sering cari-cari kayak gitu ritual. Kadang dapat petunjuk lewat mimpi dapat semar mesem, akik," imbuhnya.
Ketika dipercaya oleh korban untuk melakukan ritual pesugihan, ia juga mengaku telah berusaha sesuai kemampuan. Namun, karena usahanya itu gagal, korban justru memaki tersangka sehingga timbul niatan untuk menghabisi nyawa korban.
"Nah kami ya cari pesugihan bareng-bareng, sampe yang kedua kan gagal belum dapat apa-apa. Terus dia marah-marah ngatain saya kasar, saya kan sakit hati. Akhirnya saya berencana membunuhnya pas ritual ketiga. Pas ritual saya kasih air doa padahal itu racun. Setelah minum korban jatuh, setelah 10 menit saya tinggal pergi," sambungnya.
Simak Video "Video Terpopuler Sepekan: Deretan Calon Menteri Prabowo hingga Pemimpin Hamas Tewas"
[Gambas:Video 20detik]
(ahr/ahr)