Terdakwa pembunuh berantai Slamet Tohari alias Mbah Slamet menghabisi nyawa 12 korbannya. Semuanya diminta untuk meminum potassium.
Rupanya, terdakwa tidak mau gegabah menggunakan obat hama tersebut kepada para korban. Sebelum diberikan kepada 12 korban, ia melakukan uji coba dulu yang diminumkan untuk hewan. Di antaranya adalah babi hutan, kambing, ayam, dan ikan.
"Pernah saya kasihkan ke celeng (babi hutan), kambing, ayam dan ikan. Semuanya langsung mati setelah diminumkan potas," kata terdakwa Mbah Slamet dalam persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Banjarnegara, Kamis (23/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk membunuh korban, ia mencampurkan 1,5 potassium yang dicampurkan ke minuman yang dibawa korban. Sebelum melakukan ritual, Mbah Slamet meminta para korban untuk membawa air minum.
"Masing-masing membawa air pocari sweat untuk dicampur dengan potas. Satu orang membawa satu botol minum dan dicampur dengan 1,5 potas," terangnya.
Dalam menjalankan aksi sadisnya, awalnya ia mengajak korban untuk melakukan ritual di kebun miliknya di blok cemara yang berada tidak jauh dari rumahnya di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara. Biasanya, ia bersama korban menggunakan kendaraan milik korban untuk menuju kebun di blok cemara.
"Kalau korban membawa kendaraan ya pakai mobil korban. Kalau tidak, menggunakan motor saya untuk menuju blok cemara," kata dia.
Ia mengaku tidak tahu pasti hari yang digunakan untuk menghabisi nyawa dari 12 korban tersebut. Namun, semuanya dilakukan sekitar pukul 20.00 WIB.
"Kalau harinya saya lupa, itu beda-beda. Tetapi semuanya jam 8 malam. Kalau kesorean kan bisa ada orang lihat," ujarnya.
Saat ditanya ketua majelis hakim Niken Rochayati, Mbah Slamet mengakui jika semuanya sudah direncanakan sekitar 5 hari sebelum membunuh para korban. Termasuk membeli obat pertanian potassium.
"Iya semuanya sudah dipersiapkan. Sekitar 5 hari sebelum dibawa ke blok cemara (lokasi pembunuhan para korban)," ucapnya.
Sementara itu, anggota majelis hakim Arief Wibowo menanyakan perihal alat bukti satu plastic potassium. Diduga praktik penggandaan uang hingga pembunuhan masih akan berlangsung jika kasus ini tidak terungkap pada Maret 2023.
"Ini masih banyak potasium yang ditemukan. Jadi kemungkinan jika korban terakhir atas nama Paryanto tidak terungkap saudara terdakwa ini masih akan membuka praktik ini," kata Arief.
(cln/ahr)