Para orang tua siswa Madrasah Diniyah Desa Sengon, Kecamatan Tanjung, Brebes, mengadukan guru ngaji ke Polres Brebes. Pengaduan ini terkait dugaan tindakan cabul guru ngaji terhadap belasan murid madrasah.
KBO Satreskrim Polres Brebes, Iptu Puji Heryati dikonfirmasi via telepon membenarkan soal pengaduan tersebut. Dijelaskan KBO Satreskrim, para orang tua itu mengadukan ke polisi Rabu malam.
"Semalam sudah ada pengaduan dari orang tua korban. Nanti akan dilidik," ucap Puji singkat, Kamis (21/9/2023).
Dari aduan itu, Polres Brebes hari ini langsung melakukan proses penyelidikan dengan memanggil para orang tua dan anak-anaknya untuk dimintai keterangan. Jika diperlukan, terus KBO, para korban juga akan divisum di RSUD Brebes.
"Orang tua dan anaknya dijadwalkan hari ini dimintai keterangan dalam proses penyelidikan. Kalau perlu nanti di-visum," terus Iptu Puji Heryati.
Terpisah, Kabid Perlindungan Perempuan dan Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3KB) Brebes, Fatkhiyaturrohmah, membenarkan soal pengaduan tersebut. Mewakili Pemkab Brebes, Fatkhiyaturrohmah ikut mendampingi para orang tua dan anak-anak yang menjadi korban dugaan pelecehan seksual.
Terkait rencana pemanggilan oleh Polres Brebes, Kabid PPA ini juga membenarkan. Pihaknya akan melakukan pendampingan selama mereka menjalani proses pemeriksaan.
"Memang hari ini rencananya akan diperiksa. Nanti akan kami dampingi sebagai wakil dari Pemkab Brebes," tutur Fatkhiyaturrohmah.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah warga dari salah satu desa di Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes, mendatangi kantor desa setempat untuk mengadukan seorang guru ngaji di sebuah madrasah diniyah. Guru itu diduga telah melakukan pelecehan seksual terhadap sebagian muridnya.
Kadus setempat, Ahmad Mubarok membenarkan adanya aksi warga itu pada siang tadi. Ahmad mengatakan, guru ngaji berinisial MK (52) itu diduga melakukan pelecehan seksual terhadap muridnya.
"Warga datang ke kantor desa karena ada pengakuan dari murid murid madrasah diniyah yang menjadi korban pelecehan seksual. Ini baru dugaan, berdasarkan pengakuan anak-anak kepada para orang tua," kata Ahmad Mubarok kepada wartawan, Rabu (20/9).
Sedikitnya ada 17 orang tua yang mengaku anaknya menjadi korban pelecehan oleh guru ngaji tersebut. Saat dilakukan klarifikasi, Ahmad menjelaskan, guru ngaji itu mengakui perbuatannya.
"Terduga pelaku koperatif dan mengakui perbuatannya di hadapan orang tua korban dan pemerintah desa. Jumlah korban menurut pengakuan antara 19 atau 20 anak yang merupakan muridnya di madrasah. Mereka masih SD kelas 3 dan 4 SD," ujar Ahmad.
(apl/ams)