Sudah enam berlalu sejak dilaporkan ke Polres Pemalang, kasus pelecehan dengan terduga pegawai BPN Pemalang belum juga ada perkembangan. Sejumlah orang tua anak korban berharap kasus tersebut bisa segera ditangani.
Salah satu orang tua korban, EW (39) mengatakan, sampai saat ini anaknya masih trauma. Sementara kasus yang dilaporkan pada 22 November 2022 itu juga belum ada perkembangan berarti. Menurutnya, pada Febuari lalu dirinya mendapatkan Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP).
"Februari kalau tidak salah, saya baru dapat SP2HP, setelah sekian lama tak ada kabarnya. Terus pada Rabu (17/5) kemarin anak saya diminta datang ke Polres untuk dimintai klarifikasi tambahan, " terang EW saat dihubungi detikJateng, Senin (22/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
EW berharap pelaporannya segera bisa diungkap dan proses hukum dilanjutkan, agar peristiwa yang serupa tidak terjadi. EW juga menyayangkan beredarnya kabar jika kasus ini berakhir damai. Di mana pelaku yang merupakan oknum pegawai BPN Pemalang yakni DSP disebut telah memberi uang damai.
"Kabar itu salah, tidak benar. Berita di luar kasusnya berhenti karena kami dikasih uang padahal tidak sama sekali kami tetap lanjut. Terduga juga masih di luar, antisipasi adanya korban lainnya, kami tetap lanjut," ungkapnya.
Terpisah, Kapolres Pemalang, AKBP Yovan Fatika mengungkapkan pihaknya masih menangani kasus tersebut dan berkoordinasi dengan Polda.
"Masih pendalaman dan dikoordinasikan terus dengan Polda dan CJS (criminal justice system,red) lainya," jelas Yovan melalui pesan singkatnya kepada detikJateng.
Peristiwa dugaan kekerasan seksual anak di bawah umur ini, dialami oleh tujuh anak yang merupakan teman dari anak terduga pelaku. Namun, yang mengadukan ke Polres Pemalang, tiga anak dengan diantar oleh orang tuanya pada 22 November 2022 lalu.
Sampai saat ini, kasus ini masih dalam penanganan Polres Pemalang. Minimnya saksi, menjadi alasan polisi berlama-lama dalam penanganan kasus ini.
Peristiwa dugaan pencabulan ini terungkap setelah para korban menceritakan apa yang dialaminya ke guru BK, di mana saat ini para korban bersekolah. Dari guru BK inilah, para orang tua mengetahui peristiwa yang dialami oleh anak-anak mereka.
Lokasi kejadiannya di rumah terduga pelaku saat para korban bermain di rumah temanya yang juga anak terduga pelaku. Kejadian tidak bersamaan satu korban dengan korban lainnya.
Bentuk perlakuan terduga pelaku, yakni menindih para korban dari belakang saat bermain laptop, memperlihatkan alat kelamin hingga menggesek-gesekan kemaluan ke tubuh korban. Perlakuan itu tidak hanya sekali sekali namun beberapa kali dialami oleh korban.
(apl/ams)