.webp)
Theresia Dewi (47) dan Okta Ali Abrianto (31), ibu-anak korban pembunuhan Slamet Tohari alias Mbah Slamet dukun pengganda uang Banjarnegara telah dimakamkan. Keluarga Theresia berharap pelaku mendapatkan hukuman mati mengingat korbannya mencapai 12 orang.
"Kita mau gimana ya, kalau sudah kena pasal 340 (pembunuhan berencana) minimal hukumannya 20 tahun, kalau nggak seumur hidup, ya mati. Tapi karena korbannya sudah seperti komunis. Komunis saja mungkin hanya membunuh 7 jenderal. Ini sudah lebih dari, ya sekitar 12-an," kata Budi Irianto, salah satu kakak kandung Theresia kepada wartawan di TPU Giriloyo Magelang, Selasa (11/4/2023).
"Saya berharap keluarga-keluarga yang masih pencarian, semoga diberikan jalan terang sehingga bisa segera ketemu saudaranya, walaupun itu berupa jasad. Mungkin dia lebih terasa tenang karena jawaban itu sudah terjawab kalau bisa menemukan," tuturnya.
Budi mengatakan terakhir kontak dengan adiknya, Theresia pada 21 November 2021, sekitar pukul 23.30 WIB. Setelah tidak bisa kontak kembali dan tiga bulan kemudian melaporkan kejadian orang hilang menuju Polda DIY.
"Kemudian dua, tiga bulan berikutnya kita laporkan orang hilang. Lapornya di Jogja, di Polda (DIY)," kata Budi yang tinggal di Tempel, Sleman ini.
Dimakamkan Berdampingan
Jenazah Theresia Dewi (47) dan anaknya, Okta Ali Abrianto (31), telah dimakamkan di TPU Giriloyo. Sejumlah kerabat dan teman mengantarkan jenazah kedua korban Slamet Tohari alias Slamet dukun pengganda uang Banjarnegara hingga peristirahatan terakhir.
Pantauan detikJateng, jenazah tiba di pemakaman TPU Giriloyo pukul 11.26 WIB. Setibanya di makam, peti jenazah digotong sejumlah orang dari ambulans menuju liang lahad di Blok B 7.
Jenazah Theresia dan Okta dimakamkan dalam dua liang lahad yang bersebelahan. Sekitar pukul 11.46 WIB, prosesi pemakaman berakhir.
(aku/ams)
