Keluarga enam pelaku pemerkosaan anak di Brebes mengaku sempat diminta uang Rp 200 juta oleh LSM Barisan Patriot Peduli Indonesia (BPPI) dengan dalih 'mediasi' kasus pemerkosaan itu. Ketua LSM BPPI, Edi Sucipto menyebut tidak mengatasnamakan lembaga saat melakukan mediasi itu dan menyebut uang tersebut diserahkan kepada keluarga korban.
Edi mengaku keterlibatannya dalam mediasi tersebut sebagai tokoh masyarakat. Dia menampik jika membawa bawa nama LSM BPPI.
Ia juga menyebut tak tahu-menahu soal uang kompensasi. Uang tersebut, kata dia, diberikan langsung ke korban.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi tidak bawa-bawa lembaga. Kalo soal uang, uang itu kita serahkan dari keluarga para pelaku kepada keluarga korban," kata Edi kepada detikJateng, Rabu (18/1/2023).
Rekan Edi, Udin Zein, yang ikut menjadi saksi terjadinya mediasi menjelaskan keterlibatan dirinya dan LSM untuk membantu korban. Awalnya, mereka mengaku justru ingin membawa kasus ini ke jalur hukum.
"Kita tujuannya mau membantu menyelesaikan kasus ini. Kebetulan dari rekan-rekan media juga dan dari LSM Mas Edi Sucipto Ketua BPPI. Kebetulan korban juga tetangga satu kampung dengan kita. Kita konfirmasi kepada korban untuk membantu laporan (polisi). Kita fasilitasi," kata Udin Zen yang juga sebagai wartawan media online ini.
Soal jumlah uang yang diminta ke keluarga pelaku, Udin tegas mengatakan tidak tahu-menahu.
"Kalau saya kalau terkait uang, jumlah-jumlahnya kan saya tidak tahu. Kalau soal nominal itu bentuk tali asih karena kasihan. Sebelumnya korban kan tidak mau menerima uang dan tidak mau laporan. Karena sudah dimediasi dari awal," lanjut dia.
Sebelumnya diberitakan, kasus pemerkosaan anak di Brebes oleh enam pria sempat geger karena berakhir damai dengan campur tangan oknum LSM Barisan Patriot Peduli Indonesia (BPPI). Keluarga pelaku mengaku diminta anggota LSM untuk menyediakan uang sebesar Rp 200 juta untuk 'penyelesaian' kasus itu.
"Orang-orang dari LSM ngomong 'kalau hari ini tidak kelar, Polres Brebes akan turun tangan menangani kasus pemerkosaan'. Dia minta uang secepatnya dan harus deal malam itu juga. Awalnya meminta uang sebesar Rp 200 juta dan saya minta tawar menawar dan saat itu disepakati Rp 70 juta," ungkap K, salah satu orang tua pelaku.
Uang tersebut, kata K, diberikan kepada korban sebagai kompensasi atas perbuatan pelaku. Harapannya, korban tidak melakukan penuntutan atas perkosaan yang dialaminya.
"Alasannya untuk diberikan sebagai kompensasi kepada korban. Tapi pada kenyataannya korban hanya menerima sekitar Rp 30 juta. Yang menyaksikan banyak, yakni dari Ketua RT, Kadus, hingga Kepala Desa," tandasnya.
(aku/rih)