Pakar terorisme, Dr Amir Mahmud, menuding Negara Islam Indonesia (NII) sebagai dalang di balik aksi Siti Elina, wanita berpistol yang mencoba menerobos Istana. Amir menyebut aksi itu tidak dilakukan sendiri tanpa pengaruh kelompok radikal yang kuat.
"Apa yang dilakukan di Istana itu mengidentifikasikan salah satu bentuk mereka memiliki jaringan. Dalam pemberitaan, Densus 88 membidik itu semua, di belakang itu semua mengerucut ke NII," kata Amir Mahmud saat ditemui usai mengisi acara FGD di Adhiwangsa Hotel, Karanganyar, Sabtu (29/10/2022).
Direktur Amir Mahmud Centre Surakarta itu mengatakan aksi tersebut dilancarkan untuk menjadikan ideologi Islam khilafah dapat ditegakkan di Indonesia. Oleh karena itu, menurutnya aksi tersebut akan selalu bergulir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jaringan ini ingin membangun konsep Islam khilafah. Ada misi ideologi sistem khilafah, dan akan selalu bergulir," ujarnya.
Amir menyebut aksi teror ini memanfaatkan wanita dan diyakini akan selalu ada. Dia pun meminta waspada jelang tahun politik pada Pemilu 2024 mendatang.
"Dalam waktu tertentu, mereka memerlukan menampilkan sosok seperti itu, perempuan. Perempuan membawa senjata, dan bukan baru sekali ini saja. Mereka akan muncul di berbagai tempat lagi, apalagi menjelang Pemilu 2024," ujarnya.
Waspada Aksi Teror Jelang Pemilu 2024
Amir menduga isu terorisme itu nantinya akan digoreng menjadi isu Islamophobia oleh kelompok tertentu. Dia khawatir Pancasila akan dibenturkan dengan isu Islamophobia ini.
"Itu pergerakan kelompok. Saya membahasakannya antara kelompok radikal dengan oposisi sudah bersatu sekarang ini. Untuk membangun isu-isu pablik, di antaranya Islamophobia," ucapnya.
Amir menegaskan tidak ada Islamophobia oleh Negara. Hal itu ditunjukkan dengan kebebasan beragama, dan aktivitas masyarakat melakukan ibadah seperti pengajian.
Namun di sisi lain, pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menciptakan keamanan bangsa. Terlebih menjelang tahun politik.
"Ini isu yang dimainkan kelompok tadi, untuk menggiring opini terhadap kelompok-kelompok yang ada di Indonesia ini," jelasnya.
Sebelumnya, Siti Elina (24) wanita yang membawa pistol dan mencoba menerobos Istana Presiden, Jakarta Pusat ditetapkan sebagai tersangka UU Terorisme hingga kepemilikan senjata api. Siti Elina diketahui juga terhubung dengan kelompok radikalisme eks Hizbuth Tahrir Indonesia (HTI) dan Negara Islam Indonesia (NII).
Dari hasil pendalaman juga ditemukan keterkaitan suami dan murabbi Siti Elina yang tergabung dengan kelompok NII Jakarta. Sejauh ini, Densus 88 Antiteror masih mendalami motif Siti Elina mencoba menerobos Istana.
(ams/rih)