Timsus Polri masih mendalami motif Irjen Ferdy Sambo membunuh Brigadir Nopriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J. Peristiwa penembakan itu disebut berawal dari rangkaian kejadian di Magelang, Jawa Tengah.
Dilansir detikX, Senin (15/8/2022), keluarga besar Irjen Ferdy Sambo berangkat ke Magelang pada Sabtu 2 Juli 2022. Keluarga Irjen Sambo membawa sejumlah ajudan, sopir hingga asisten rumah tangga (ART). Mereka yakni Yoshua atau Brigadir J, Richard Eliezer Pudihang Lumiu alias Bharada E, Bripka Ricky Rizal, Briptu Daden. Selanjutnya sopir dan ART bernama Kuat Ma'ruf dan S.
Namun Irjen Ferdy Sambo dan Briptu Daden ternyata pulang lebih ke Jakarta naik pesawat pada Kamis (7/7). Sementara rombongan lainnya baru pulang ke Jakarta pada keesokan harinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut di atas diungkap oleh eks kuasa hukum Bharada E, Deolipa Yumara, kepada reporter detikX. Seperti diketahui, Bharada E mencabut kuasa Deolipa sebagai pengacaranya tiga hari yang lalu.
Berdasarkan penuturan Bharada E kepada Deolipa, selama di Magelang, Yoshua berlaku seperti biasa selayaknya ajudan. Hingga saat Ferdy Sambo dan istrinya merayakan hari ulang tahun pernikahannya pada Rabu (6/7). Keduanya disebut sempat cekcok akhir acara sehingga suasana menjadi tak enak.
Pada hari yang sama dengan saat kepulangan Irjen Ferdy Sambo ke Jakarta pada Kamis (7/7), Deolipa mengungkap, ada ketegangan lain yang terjadi di Magelang. Ricky dan Bharada E saat itu mengantarkan makanan untuk anak Irjen Ferdy Sambo di SMA Taruna Nusantara.
Namun tiba-tiba Putri menelepon dan meminta Bharada E segera kembali ke rumah di Cempaka Residence, Magelang. Saat itu Bharada E mengaku juga mendengar suara Yoshua dengan Kuat bersitegang.
Putri kemudian sempat menanyakan keberadaan Ricky. Bharada E lalu menyerahkan ponselnya kepada Ricky untuk menjawab pertanyaan itu. Melalui sambungan telepon itu, kata Deolipa, Ricky menerima perintah Putri untuk melerai Yoshua dan Kuat. Sesampai di rumah Sambo di Magelang, Ricky langsung berbicara dengan Kuat.
Menurut Deolipa, berdasarkan keterangan Bharada E, cekcok tersebut terjadi lantaran Yoshua menjaga Putri yang sedang sakit. Kuat disebut marah karena memergoki Yoshua sedang berduaan dengan istri Irjen Ferdy Sambo.
"Ada satu hari Bu Putri sakit. Yang jaga Yoshua. Tiba-tiba si Richard (Bharada E) disuruh pulang karena ada cekcok," ujar Deolipa.
Setelah itu, Ricky menyita senjata laras panjang dan pistol jenis HS-9 milik Yoshua. Ricky dan Kuat melarang Yoshua naik ke lantai dua, tempat kamar Putri berada. Yoshua saat itu juga dituduh menjadi penyebab Putri sakit.
Rangkaian peristiwa selanjutnya yakni saat Yoshua menghubungi kekasihnya Vera Hutabarat melalui video call pada Kamis (7/8) sekitar pukul 20.30-23.30 WIB malam. Melalui sambungan video call itu, Yoshua bercerita kepada Vera dia akan dibunuh oleh orang-orang yang disebut 'skuad-skuad'. Keterangan ini berdasarkan temuan detikX dua pekan yang lalu, yang didapat dari kesaksian Vera kepada Komnas HAM.
Baca juga: Permufakatan Jahat Sambo di Duren Tiga |
"Diancam tidak boleh naik ke atas (lantai dua, kamar Putri di rumah Magelang). Kalau naik, dibunuh," kata Vera dalam rekaman kesaksiannya kepada Komnas HAM yang didengar tim detikX.
Yoshua disebut tak hanya sekali bercerita ke Vera soal ancaman pembunuhan. Pada Selasa, 21 Juni 2022, Yoshua mengatakan kepada Vera sambil menangis dirinya sedang ada masalah kerjaan dan mendapatkan ancaman dari 'skuad-skuad'. Ia pun mempersilakan Vera mencari penggantinya sebagai calon suami.
Yoshua Tak Semobil dengan Putri Saat Pulang ke Jakarta
Saat rombongan kembali ke Jakarta, Yoshua tak berada dalam satu mobil dengan Putri Candrawathi. Padahal Yoshua merupakan anggota Brimob yang bertugas sebagai sopir Putri. Yoshua saat itu semobil dengan Bripka Ricky. Sementara Putri bersama Bharada E, Kuat dan S.
Berdasarkan rekaman CCTV, iring-iringan rombongan Putri melintasi jembatan penyeberangan orang (JPO) Mampang, Jakarta Selatan, pada pukul 15.32 WIB.
Selanjutnya rekaman CCTV di rumah pribadi Sambo di Jalan Saguling III, Jakarta, memperlihatkan Sambo memasuki rumah dengan memakai baju dinas Polri pada pukul 15.29 WIB.
Selang 12 menit kemudian, rombongan mobil Putri tiba di rumah tersebut pada pukul 15.40 WIB. Putri kemudian memasuki rumah mengenakan sweater hijau dengan setelan celana legging hitam, disusul para pekerja rumah tangga serta pada ajudan: Richard, Ricky, dan Yoshua, yang menurunkan tas dari mobil.
Putri kemudian menjalani tes PCR di lantai satu. Setelah itu, ia diketahui menemui suaminya.
Dalam rekaman CCTV yang diterima Komnas HAM, terlihat Sambo dan Putri terlibat percakapan yang sangat mempengaruhi tindakan keji untuk membunuh Yoshua.
"Dalam rekaman yang kami dapatkan dari kurang lebih satu jam, yang kita juga tadi tanyakan apa yang terjadi dalam peristiwa itu. Dan ternyata memang ada komunikasi antara Sambo dan Ibu Sambo, sehingga memang mempengaruhi, sangat mempengaruhi, peristiwa yang ada di TKP (rumah dinas Duren Tiga)," kata komisioner Komnas HAM Choirul Anam pekan lalu.
Pada pukul 15.49 WIB, dalam rekaman CCTV, terlihat Yoshua terlihat menurunkan tas yang bermuatan pakaian dari mobil menuju ke dalam rumah. Setelahnya, CCTV juga masih memperlihatkan Yoshua dan Bharada E melakukan tes PCR di lantai satu hingga keduanya keluar dari rumah Sambo.
Pada sela waktu ini, Sambo memanggil Ricky dan memintanya mengeksekusi Yoshua. Namun Ricky tak bersedia. Sambo akhirnya memanggil Bharada E. Berbeda dengan Ricky, tanpa menanyakan kesediaan Richard, eks pemimpin Satgassus Merah Putih Polri itu memberi perintah Bharada E untuk menghabisi Yoshua.
"Waktu pemanggilan itu, klien kami memang orang terakhir yang dipanggil (oleh Sambo)," kata Ronny Talapessy, pengacara Bharada E yang baru.
Pada pukul 16.31 WIB, Yoshua masih melakukan panggilan telepon via WhatsApp dengan Vera, "Bentar ya, Dek. Nanti Abang telepon lagi," tutup Yoshua.
Dalam panggilan telepon itu, menurut Vera, terdengar Yoshua sedang bersenda gurau dengan ajudan lainnya. Ini senada dengan temuan Ketua Komnas HAM Taufan Damanik, ketika itu para ajudan memang sedang bersantai di depan rumah pribadi Sambo.
Sekitar 30 menit kemudian, rombongan Putri meninggalkan rumah pribadi di Jalan Saguling III menuju rumah dinas di Duren Tiga, yang hanya berjarak sekitar 1 kilometer. Kali ini asisten rumah tangga yang berinisial S tidak ikut. Rekaman CCTV memperlihatkan mereka tiba di rumah dinas pada pukul 17.09 WIB.
Berdasarkan sumber detikX yang mengetahui BAP terbaru Bharada E, Yoshua, yang sedang berada di pekarangan, kemudian dipanggil Ferdy Sambo. Ini senada dengan keterangan Kabareskrim Polri Komjen Agus Andrianto, pada Jumat, (12/8).
Simak lebih lengkap di halaman berikutnya...
"Semua saksi kejadian menyatakan Brigadir Yoshua (almarhum) tidak berada di dalam rumah, tapi di taman pekarangan depan rumah. Almarhum J masuk saat dipanggil ke dalam oleh FS," kata Agus.
Ketika Yoshua memasuki rumah, terlihat Sambo sudah bersama Kuat, Ricky, dan Richard. Sementara Putri berada di dalam kamar.
Sambo kemudian memerintahkan Yoshua berlutut dan melipatkan kedua tangannya di belakang kepala. Sambo kemudian berteriak memberi komando Bharada E untuk menembak, "Tembak, tembak, tembak!"
Dari jarak sekitar 2 meter, Richard melepaskan tembakan dari pistol Glock 17 miliknya. Tubuh Yoshua kemudian tersungkur. Kaus putih yang dikenakannya bersimbah darah. Setelah mengeksekusi Yoshua, menurut keterangan Bharada E ke eks tim pengacaranya, Sambo, yang mengenakan sarung tangan berwarna hitam, menembaki tembok menggunakan pistol HS-9 milik Yoshua. Temuan ini senada dengan keterangan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Timsus Telusuri Kejadian-kejadian di Magelang
Dilansir detikNews, Senin (15/8/2022), Kabareskrim Polri Komjen Agus Andrianto mengatakan penyidik berada di Magelang hari ini untuk menelusuri faktor pemicu pembunuhan Brigadir J.
"Faktor pemicu kejadian sebagaimana diungkapkan Pak FS," jelasnya, Minggu (14/8).
Agus menjelaskan Timsus juga mencari barang bukti yang dibutuhkan dalam proses penyidikan terhadap kasus pembunuhan Brigadir J. Agus menilai setiap rangkaian peristiwa tidak bisa dihilangkan.
Rangkaian peristiwa yang dimaksud adalah saat Brigadir J bersama sejumlah pihak sempat mengunjungi Magelang sampai akhirnya ke Jakarta. Kejadian itu diketahui beberapa jam sebelum peristiwa pembunuhan terjadi.
Baca juga: Gempa M 5,3 Guncang Perairan Utara Jepara |
"Yang pasti hal dibutuhkan penyidiklah," ucap Agus.
"Rangkaian peristiwanya begitu kan nggak bisa kita hilangkan. Yang pasti tahu apa yang terjadi ya Allah SWT, almarhum (Brigadir J) dan Bu PC. Kalaupun Pak FS dan saksi lain seperti Kuat, Ricky, Susi dan Ricard hanya bisa menjelaskan sepengetahuan mereka," sambungnya.