Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon meninjau Gedung Sarekat Islam (SI) di Kelurahan Sarirejo, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang. Ia menargetkan revitalisasi bakal dilakukan tahun 2026.
Bangunan bersejarah seluas sekitar 1.000 meter persegi itu disebut menjadi salah satu saksi penting perjalanan sejarah bangsa jauh sebelum merdeka.
Pantauan detikJateng, Fadli Zon bersama Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng, dan para pejabat Pemkot Semarang mendatangi Gedung Sarekat Islam hari ini. Mereka mengelilingi gedung dan mengecek kondisinya yang sudah cukup rapuh.
Tampak dinding bangunan bersejarah itu mengelupas dan retak, bahkan ditembus akar pohon. Atapnya pun bocor dengan beberapa lubang yang terlihat. Lantai bangunan juga terasa lembab.
"Melihat langsung kondisi gedung Sarekat Islam di Semarang. Sebuah gedung yang kurang lebih luasnya 1.000 meter dan merupakan gedung asli yang digunakan dulu oleh Sarekat Islam dan masih ada tandanya Sarekat Islam," kata Fadli di lokasi, Jumat (19/12/2025).
Gedung yang tercatat sebagai cagar budaya tingkat Kota Semarang sejak 2014 itu disebut memiliki banyak fungsi dan menjadi tempat berlangsungnya sejumlah peristiwa bersejarah, termasuk masa perang mempertahankan kemerdekaan dan Perang Lima Hari di Semarang.
"Tempat ini juga menjadi pertemuan banyak tokoh-tokoh bangsa, termasuk yang datang dari Jakarta, yang berdiskusi, berdialog di gedung ini," tuturnya.
Dalam peninjauan itu, Fadli mencatat sejumlah kerusakan yang masih tampak, mulai dari tembok retak, kebocoran atap, hingga adanya akar pohon yang menembus dinding bangunan.
"Kami akan koordinasi dengan wali kota, pengurus yayasan, dan komunitas yang ada di Semarang, bagaimana kita bisa memperbaiki, merevitalisasi gedung ini, sekaligus bagaimana pengembangan dan pemanfaatannya," terangnya.
"(Jadi prioritas revitalisasi?) Ya, nanti tahun 2026. Kalau sekarang kan sudah mau di ujung tahun, sudah nggak. Tentu di 2026 nanti akan akan kita data. Mudah-mudahan kalau tidak ada halangan bisa selesai 2026," lanjutnya.
Fadli menilai, keaslian bangunan itu pun masih terjaga. Sekitar 70-80 persen struktur gedung disebut masih asli, termasuk kayu-kayu utama, bentuk atap, dan tata ruang bangunan.
"Kayu-kayunya itu ada di dalam foto-foto di tahun 1920-an, masih sama. Mungkin warnanya aja yang berganti atau dicat untuk melindungi," ungkapnya.
"Ciri khas atap juga masih. Modelnya dulu waktu saya lihat mau ambruk juga seperti itu. Ada tulisan SI-nya itu juga masih. Mungkin tegelnya sudah relatif baru. Nggak ada masalah karena itu biasa," imbuhnya.
Gedung tersebut pun direncanakan tak hanya dipugar, tetapi juga dikembangkan sebagai ruang edukasi dan aktivitas budaya.
"Yang jelas ada ruang edukasinya, bisa dipakai untuk seminar, diskusi, dialog, mungkin pengajian, terserah. Tapi yang jelas bermanfaat," ujar Fadli.
"Mungkin ada kafenya di sebelah sini. Jadi orang datang ke sini bisa duduk-duduk, minum kopi, makan lumpia," lanjutnya.
Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti menyambut baik rencana revitalisasi itu. Menurutnya, Pemkot siap terlibat dalam perawatan gedung bersama yayasan dan masyarakat.
"Jika ada proses perawatan, nanti mungkin akan kita pasrahkan kepada teman-teman di kecamatan dan kelurahan, supaya bisa ikut serta bersama yayasan merawat, sehingga lebih banyak digunakan untuk aktivitas warga," ucapnya.
(dil/apu)