Gedung Sarekat Islam di Semarang Direvitalisasi 2026, Bakal Ada Kafenya

Gedung Sarekat Islam di Semarang Direvitalisasi 2026, Bakal Ada Kafenya

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Jumat, 19 Des 2025 18:34 WIB
Gedung Sarekat Islam di Semarang Direvitalisasi 2026, Bakal Ada Kafenya
Menteri Kebudayaan Fadli Zon, Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng, dan Yayasan Balai Muslimin Indonesia meninjau Gedung Sarekat Islam, Kota Semarang, Jumat (19/12/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
Semarang -

Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon meninjau Gedung Sarekat Islam (SI) di Kelurahan Sarirejo, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang. Ia menargetkan revitalisasi bakal dilakukan tahun 2026.

Bangunan bersejarah seluas sekitar 1.000 meter persegi itu disebut menjadi salah satu saksi penting perjalanan sejarah bangsa jauh sebelum merdeka.

Pantauan detikJateng, Fadli Zon bersama Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng, dan para pejabat Pemkot Semarang mendatangi Gedung Sarekat Islam hari ini. Mereka mengelilingi gedung dan mengecek kondisinya yang sudah cukup rapuh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menteri Kebudayaan Fadli Zon, Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng, dan Yayasan Balai Muslimin Indonesia meninjau Gedung Sarekat Islam, Kota Semarang, Jumat (19/12/2025).Menteri Kebudayaan Fadli Zon, Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng, dan Yayasan Balai Muslimin Indonesia meninjau Gedung Sarekat Islam, Kota Semarang, Jumat (19/12/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng

Tampak dinding bangunan bersejarah itu mengelupas dan retak, bahkan ditembus akar pohon. Atapnya pun bocor dengan beberapa lubang yang terlihat. Lantai bangunan juga terasa lembab.

"Melihat langsung kondisi gedung Sarekat Islam di Semarang. Sebuah gedung yang kurang lebih luasnya 1.000 meter dan merupakan gedung asli yang digunakan dulu oleh Sarekat Islam dan masih ada tandanya Sarekat Islam," kata Fadli di lokasi, Jumat (19/12/2025).

ADVERTISEMENT

Gedung yang tercatat sebagai cagar budaya tingkat Kota Semarang sejak 2014 itu disebut memiliki banyak fungsi dan menjadi tempat berlangsungnya sejumlah peristiwa bersejarah, termasuk masa perang mempertahankan kemerdekaan dan Perang Lima Hari di Semarang.

"Tempat ini juga menjadi pertemuan banyak tokoh-tokoh bangsa, termasuk yang datang dari Jakarta, yang berdiskusi, berdialog di gedung ini," tuturnya.

Dalam peninjauan itu, Fadli mencatat sejumlah kerusakan yang masih tampak, mulai dari tembok retak, kebocoran atap, hingga adanya akar pohon yang menembus dinding bangunan.

"Kami akan koordinasi dengan wali kota, pengurus yayasan, dan komunitas yang ada di Semarang, bagaimana kita bisa memperbaiki, merevitalisasi gedung ini, sekaligus bagaimana pengembangan dan pemanfaatannya," terangnya.

"(Jadi prioritas revitalisasi?) Ya, nanti tahun 2026. Kalau sekarang kan sudah mau di ujung tahun, sudah nggak. Tentu di 2026 nanti akan akan kita data. Mudah-mudahan kalau tidak ada halangan bisa selesai 2026," lanjutnya.

Fadli menilai, keaslian bangunan itu pun masih terjaga. Sekitar 70-80 persen struktur gedung disebut masih asli, termasuk kayu-kayu utama, bentuk atap, dan tata ruang bangunan.

"Kayu-kayunya itu ada di dalam foto-foto di tahun 1920-an, masih sama. Mungkin warnanya aja yang berganti atau dicat untuk melindungi," ungkapnya.

"Ciri khas atap juga masih. Modelnya dulu waktu saya lihat mau ambruk juga seperti itu. Ada tulisan SI-nya itu juga masih. Mungkin tegelnya sudah relatif baru. Nggak ada masalah karena itu biasa," imbuhnya.

Gedung tersebut pun direncanakan tak hanya dipugar, tetapi juga dikembangkan sebagai ruang edukasi dan aktivitas budaya.

"Yang jelas ada ruang edukasinya, bisa dipakai untuk seminar, diskusi, dialog, mungkin pengajian, terserah. Tapi yang jelas bermanfaat," ujar Fadli.

"Mungkin ada kafenya di sebelah sini. Jadi orang datang ke sini bisa duduk-duduk, minum kopi, makan lumpia," lanjutnya.

Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti menyambut baik rencana revitalisasi itu. Menurutnya, Pemkot siap terlibat dalam perawatan gedung bersama yayasan dan masyarakat.

"Jika ada proses perawatan, nanti mungkin akan kita pasrahkan kepada teman-teman di kecamatan dan kelurahan, supaya bisa ikut serta bersama yayasan merawat, sehingga lebih banyak digunakan untuk aktivitas warga," ucapnya.

Sementara itu Ketua Dewan Pembina Yabami, Siti Fatimah menegaskan, Gedung Sarekat Islam memiliki nilai sejarah penting dalam perjuangan bangsa sebelum kemerdekaan Republik Indonesia.

"Gedung ini pernah dipakai untuk rapat-rapat mengenai perjuangan Sarekat Islam. Jadi di sini betul-betul mempunyai sejarah perjuangan sebelum kemerdekaan," jelasnya.

Saat ini, Yabami sebagai pengelola pun membuka ruang seluas-luasnya untuk rencana revitalisasi, agar gedung bisa dimanfaatkan masyarakat.

"Karena hujan yang terus-menerus menyebabkan gedung ini seolah-olah rapuh. Tapi tetap kita pertahankan agar bisa menjadi momen penting bahwa perjuangan Indonesia ternyata salah satunya melalui gedung ini," kata Fatimah.

Fatimah menjelaskan, gedung tersebut selama ini digunakan untuk berbagai kegiatan warga, mulai dari salat Idul Fitri dan Idul Adha, penyembelihan hewan kurban, pencoblosan, hingga pernikahan sederhana warga sekitar.

Siti Fatimah menyebut, pemugaran total terakhir dilakukan pada 2014, bersamaan dengan penetapan gedung sebagai cagar budaya tingkat Kota Semarang. Sejak saat itu, perawatan dilakukan secara mandiri oleh yayasan.

"Bagi kami sebenarnya tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah ditetapkan sebagai cagar budaya. Hanya saja, setelah itu kami tidak bisa merencanakan pembangunan dengan bentuk lain, semuanya harus sesuai ketentuan, karena cagar budaya," ujarnya.

Ke depan, pihaknya pun akan mulai mengumpulkan foto, buku, dan literasi sejarah terkait Gedung Sarekat Islam. Koleksi tersebut rencananya akan ditampilkan setelah proses renovasi dilakukan.

Halaman 2 dari 2
(dil/apu)


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads