Pernah mendengar istilah rumah tusuk sate? Kemungkinan besar, detikers pernah sekelebat membaca atau mendengar bahwasanya rumah ini dikaitkan dengan kesialan, terutama jika dipakai untuk berbisnis.
Dirujuk dari dokumen unggahan Eprints PKN STAN, rumah tusuk sate adalah rumah yang terletak di ujung jalan. Posisi bangunan tusuk sate tepat berada di tengah pertigaan. Sederhananya, posisinya seperti di bagian atas huruf T dengan garis diagonal-vertikal melambangkan jalan.
Permasalahan rumah tusuk sate ini menarik untuk ditelisik. Mengingat, mitosnya ada dalam kebudayaan Jawa maupun konsep Fengsui China. Berhubung mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam, pandangan syariat juga perlu dipahami.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jadi, apa sih mitos rumah tusuk sate itu? Kenapa banyak developer kesulitan menjual rumah yang berdiri tepat di pertigaan? Simak pembahasan lengkapnya melalui uraian di bawah ini, yuk!
Poin Utamanya:
- Dalam kepercayaan Jawa, rumah tusuk sate sebaiknya dihindari. Efek buruknya meliputi potensi ribut dengan tetangga, pertengkaran antarsuami istri, dan kesialan atau musibah yang kerap menimpa.
- Islam tidak mengenal konsep rumah pembawa sial, seperti tusuk sate. Jadi, tidak ada larangan atau anjuran untuk tidak tinggal di rumah ini. Sebab, hanya Allah lah yang berkuasa atas segala sesuatu.
- Ilmu fengsui memberikan beberapa kategori rumah tusuk sate. Fengsui jelek rumah di posisi ini bisa diatasi dengan menerapkan sejumlah trik. Salah satunya adalah memasang dinding solid.
Mitos Rumah Tusuk Sate Menurut Kepercayaan Jawa
Disadur dari tulisan Titis S Pitana bertajuk 'Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisional Jawa: Memahami Ruang Hidup Material Manusia Jawa' yang terbit di jurnal Gema Teknik, bagi orang Jawa, rumah atau omah adalah komponen penting dalam hidup. Tidak mengherankan jika mereka mengaturnya sedemikian rupa, mulai dari tata letak, tata massa, hingga ornamen yang dipergunakan.
Dalam kebudayaan Jawa, rumah tusuk sate harus dihindari karena diyakini mendatangkan sial. Mitos ini, sebagaimana mitos-mitos Jawa lain, pada dasarnya adalah produk dari perbendaharaan ilmu orang Jawa yang didapat dari pengamatan terhadap lingkungan sekitar.
Secara logika, memang rumah tusuk sate berada di tempat yang tidak strategis. Berbagai masalah mungkin timbul, mulai dari ancaman lalu lintas yang sangat mungkin mencelakai, kebisingan karena berada di persimpangan, dan potensi kesehatan buruk karena banyak debu beterbangan.
Lebih lanjut, Sudiyono dan Ruth Purweni dalam buku Eksistensi Dunia Roh menjelaskan alasan lain rumah tusuk sate dianggap sial. Kabarnya, pasangan suami istri yang tinggal akan sering bertengkar. Bisa juga mengalami cekcok dengan tetangga sekitar.
"Banyak kepercayaan terkait dengan rumah tusuk sate, seperti sering ditimpa musibah, angker, sial, mengandung hawa panas, dan sebagainya," bunyi keterangan dalam buku itu, dikutip pada Minggu (14/12/2025).
Mitos Rumah Tusuk Sate Menurut Syariat Islam
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, mungkin tidak dikenal istilah rumah tusuk sate. Jadi, bagaimana Islam memandang mitos ini?
Dikutip dari detikProperti, Ustadz Khalid Basalamah menampik adanya kesialan yang datang akibat posisi rumah tusuk sate. Ia menyebut, percaya mitos semacam ini sama dengan tathayyur alias menggantungkan sesuatu yang sama sekali tidak ada dalam syariat Islam.
"Mau tusuk sate, mau tusuk apa... rumah dibangun dengan uang halal, mau di ujung gang, mau di samping, mau bentuknya kotak, nggak ada masalah sama sekali," terangnya dalam vidio yang diunggah akun YouTube Sebuah Kisah Official.
Buya Yahya ketika ditanya mengenai rumah yang angker atau membawa sial juga memberi keterangan serupa. Ia menjelaskan bahwa semua Muslim harus berprasangka baik, bahkan setelah seseorang tertimpa musibah di rumah itu misalnya. Jangan lantas menganggapnya buruk.
"Jadi, rumah nggak ada yang menjadikan sebab celaka, petaka nggak ada. Rumah hantu juga nggak ada," jelas pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah Al-Bahjah itu, dilihat dari kanal YouTube Al-Bahjah TV.
Mitos Rumah Tusuk Sate Menurut Fengsui
Suhana Lim dalam buku Fengshuipedia menyebut rumah tusuk sate punya beberapa kategori, dari yang tidak terlalu berbahaya sampai sangat riskan. Dijelaskan bahwa orang bisa tinggal di rumah tusuk sate jika personal qi-nya bagus.
"Namun, kenyataannya tingkat personal qi dan siklus keberuntungan manusia berfluktuasi setiap saat. Kalau terpaksa harus tinggal di lokasi tusuk sate, ada beberapa cara untuk menyiasatinya," terang Lim dalam buku itu.
Di antara cara yang bisa dilakukan adalah mengubah lokasi pintu masuk sehingga tidak menghadap jalan. Cara lainnya adalah membangun dinding solid dan menanam tanaman.
Metode lain dijelaskan Mas Dian dalam buku Solusi Feng Shui untuk berbagai tipe rumah tusuk sate. Untuk rumah yang sebagian lahannya kena daerah tusuk sate, pembenahannya adalah mengubah pintu masuk rumah agar tidak bertatapan langsung dengan jalan.
Sementara itu, untuk rumah tusuk sate akibat jalan yang ada di bagian samping, hindari membuka pintu samping ke arah jalan. Paling baik, buatkan dinding solid untuk sisi yang berpapasan dengan jalan itu sehingga dapat menangkal 'pukulan alam'.
Terakhir, rumah tusuk sate dari arah belakang. Cara membuat fengsuinya lebih baik tetap sama. Jangan membuka pintu pagar ke arah jalan di belakang rumah. Alih-alih, buat dinding solid di bagian itu untuk menahan Sha Qi.
Itulah penjelasan ringkas mengenai mitos rumah tusuk sate, ditinjau dari kacamata kebudayaan Jawa, syariat Islam, dan ilmu fengsui. Semoga bermanfaat!
(sto/afn)











































