- Letak Tempat Tidur yang Baik Menurut Kepercayaan Jawa 1. Sisi Kepala di Arah Barat 2. Sisi Kepala di Arah Utara 3. Kepala ke Timur 4. Bantal di Sisi Selatan Dianggap Membawa Celaka
- Kepercayaan Orang Jawa tentang Tidur 1. Jangan Tidur dengan Kaki Terangkat 2. Hindari Tidur dengan Tangan di Atas Kening 3. Jangan Tidur Tengkurap, Terutama untuk Perempuan 4. Tidak Boleh Tidur di Bawah Balok Kayu Rumah
Dalam kepercayaan Jawa, tidur memiliki makna yang lebih dalam daripada sekadar beristirahat. Arah kepala saat tidur diyakini bisa membawa pengaruh pada umur panjang, rezeki, dan keseimbangan batin seseorang. Petuah mengenai tata letak tempat tidur yang baik ini telah diwariskan secara turun-temurun dan menjadi bagian dari kearifan lokal yang masih banyak dijaga hingga sekarang.
Setiap arah tidur dianggap memiliki makna tersendiri. Kepala ke barat diyakini memberi ketenangan dan umur panjang, sedangkan arah utara dipercaya mendatangkan rezeki. Sementara itu, arah selatan justru dianggap tidak baik karena berhubungan dengan dunia roh dan kematian. Tak hanya arah tidur, masyarakat Jawa juga memiliki berbagai wejangan lain tentang posisi tubuh dan tata letak tempat tidur yang dipercaya berpengaruh pada nasib seseorang.
Bagi kamu yang tertarik dengan tradisi dan filosofi hidup masyarakat Jawa, penjelasan ini bisa memberi sudut pandang baru. Mari pahami makna di balik arah tidur menurut kepercayaan Jawa dan ketahui mengapa tidur menghadap selatan dianggap pantangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Poin utamanya:
- Arah tidur dipercaya membawa pengaruh pada umur panjang, rezeki, dan ketenangan batin.
- Kepala menghadap selatan dianggap pantangan karena dikaitkan dengan dunia roh.
- Wejangan tentang posisi tidur juga mengandung nilai kesehatan dan keharmonisan hidup.
Letak Tempat Tidur yang Baik Menurut Kepercayaan Jawa
Arah kepala saat tidur diyakini membawa pengaruh terhadap umur panjang, rezeki, hingga keseimbangan batin seseorang. Wejangan ini diwariskan turun-temurun dari para leluhur dan masih dipercaya hingga kini. Berikut adalah penjelasan yang dikutip dari buku Neo Patriotisme tulisan M Nasruddin Anshoriy serta Serat Sanasunu tulisan R NG Yadadipura II.
1. Sisi Kepala di Arah Barat
Menurut sabda raja yang termuat dalam ajaran Jawa kuno, arah kepala ke barat ketika tidur dipercaya membawa umur panjang. Arah barat sering dikaitkan dengan arah matahari terbenam, yang dalam falsafah Jawa melambangkan ketenangan dan akhir yang baik. Karena itu, tidur menghadap barat dianggap menumbuhkan kebijaksanaan dan memperpanjang usia, selama seseorang tetap menjaga keseimbangan dalam laku hidupnya.
2. Sisi Kepala di Arah Utara
Tidur dengan arah kepala ke utara disebut-sebut sebagai pertanda baik bagi urusan rezeki. Arah utara dimaknai sebagai arah kehidupan dan pertumbuhan, seperti matahari yang bergerak ke utara di musim tertentu.
Kepercayaan ini juga menyebutkan bahwa bantal di utara dapat menjauhkan kekhawatiran duniawi. Oleh karena itu, tidur menghadap utara sering disimbolkan sebagai posisi untuk mendatangkan kelancaran usaha dan ketenangan batin.
3. Kepala ke Timur
Berbeda dengan dua arah sebelumnya, tidur menghadap ke timur justru dianggap kurang baik dalam pandangan kepercayaan Jawa. Dikatakan bahwa arah kepala ke timur bisa menyebabkan seseorang terputus dari handai taulan dan kawan.
Arah ini dipercaya membuat hubungan sosial menjadi renggang serta menjauhkan rahmat dan kasih dalam persahabatan. Karena itu, orang Jawa kuno biasanya menghindari posisi ini untuk menjaga keharmonisan hubungan antar sesama.
4. Bantal di Sisi Selatan Dianggap Membawa Celaka
Arah kepala ke selatan menjadi yang paling dihindari dalam petuah leluhur. Dalam beberapa naskah Jawa, disebutkan bahwa posisi ini dapat mendadak membuat mati atau rusak.
Arah selatan sering dikaitkan dengan dunia arwah dan kekuatan mistik, khususnya dalam kepercayaan terhadap penguasa Laut Selatan. Oleh karena itu, tidur dengan kepala di selatan dianggap tidak patut dan sebaiknya dihindari demi keselamatan.
Kepercayaan Orang Jawa tentang Tidur
Selain tata letak tempat tidur dan arah tidur, orang Jawa juga meyakini sejumlah ajaran turun-temurun mengenai tidur. Berikut ini adalah beberapa di antaranya yang dihimpun dari buku Asal-usul & Sejarah Orang Jawa tulisan Sri Wintala Achmad.
1. Jangan Tidur dengan Kaki Terangkat
Dalam kepercayaan Jawa, tidur dengan kaki terangkat dianggap bisa membawa kejadian buruk bagi ibu. Namun, hal ini sebenarnya bersifat simbolis. Secara medis, posisi tidur dengan kaki terangkat memang tidak disarankan karena dapat menghambat peredaran darah dan mengganggu pernapasan. Maka dari itu, ajaran ini lebih merupakan peringatan agar seseorang tidur dengan posisi tubuh lurus dan rileks supaya tetap sehat, bukan karena akan benar-benar mendatangkan petaka.
2. Hindari Tidur dengan Tangan di Atas Kening
Orang Jawa juga melarang tidur dalam posisi terlentang dengan tangan menindih kening. Konon, posisi seperti ini dipercaya bisa menyebabkan orang tua meninggal dunia atau pergi untuk selamanya.
Namun jika dilihat secara rasional, larangan ini berkaitan dengan sirkulasi darah. Tidur dengan tangan di atas kening dapat menghambat aliran darah ke kepala, sehingga bisa menimbulkan rasa tidak nyaman atau pusing ketika bangun. Dengan kata lain, pesan utamanya adalah menjaga posisi tidur yang alami dan tidak menekan bagian tubuh tertentu.
3. Jangan Tidur Tengkurap, Terutama untuk Perempuan
Tidur tengkurap dianggap tidak baik, terutama bagi perempuan, karena dalam kepercayaan Jawa bisa membuat jodoh menjadi sulit. Namun, di balik mitos tersebut, terdapat alasan yang masuk akal. Tidur tengkurap dapat menekan dada dan mengganggu pernapasan, terutama pada wanita.
Selain itu, posisi ini juga tidak ideal bagi tulang belakang dan organ dalam. Ajaran ini menunjukkan bagaimana orang tua Jawa dahulu mengajarkan etika dan kebiasaan tidur sehat dengan cara yang mudah dipahami oleh anak-anak.
4. Tidak Boleh Tidur di Bawah Balok Kayu Rumah
Menurut Mada Zidan dan Bonaventura Genta dalam buku Kisah Tanah Jawa, leluhur orang Jawa juga melarang kita untuk tidur tepat di bawah blandar atau balok kayu besar yang menjadi penopang atap rumah. Pantangan ini bukan tanpa sebab. Orang Jawa meyakini bahwa bagian blandar sering dihuni oleh makhluk halus atau jin rumah yang bersifat netral. Sosok ini tidak bermaksud jahat, tetapi sekadar ikut menumpang tinggal di dalam rumah bersama penghuninya.
Karena itulah, tidur di bawah balok kayu dianggap bisa menyebabkan seseorang mengalami ketindihan atau erep-erep, yakni kondisi di mana tubuh terasa lumpuh dan tidak bisa bergerak saat tidur, seolah-olah sedang diduduki makhluk tak kasatmata. Meski dalam penjelasan medis fenomena ini disebabkan oleh gangguan tidur seperti sleep paralysis, kepercayaan Jawa melihatnya sebagai bentuk ketidaksengajaan dari jin rumah yang tanpa sadar "menduduki" orang yang sedang tidur di bawah blandar.
Dalam kepercayaan Jawa, setiap arah memiliki makna simbolis yang mengajarkan keseimbangan, kehati-hatian, dan penghormatan terhadap energi sekitar. Meski sebagian dianggap mitos, nilai-nilai ini tetap mencerminkan cara leluhur menjaga ketenangan hidup. Apakah arah tempat tidurmu sudah sejalan dengan petuah leluhur Jawa, detikers?
(sto/aku)