Nama-nama Raja Keraton Solo dari yang Pertama sampai Sekarang dan Riwayatnya

Nur Umar Akashi - detikJateng
Senin, 03 Nov 2025 16:50 WIB
Keraton Solo. (Foto: Jo Chryst/Wikimedia Commons/CC BY-SA 4.0)
Solo -

Sampai sekarang, Keraton Solo masih mempertahankan eksistensinya setelah didirikan pada tahun 1745. Total, belasan raja telah memerintah Keraton Solo dengan riwayatnya masing-masing.

Keraton Solo atau Surakarta didirikan oleh Paku Buwono II dengan gelar Susuhunan Paku Buwono Senopati Ing Alaga Abdul Rahman Sayidin Panatagama. Pendirian Keraton Solo tidak bisa dilepaskan dari perpindahan ibu kota Mataram Islam dari Kartasura ke Surakarta.

Pemindahan ibu kota disebabkan kondisi Kartasura yang sudah tidak layak dijadikan pusat kerajaan akibat peristiwa Geger Pecinan. Mulanya, ada 3 tempat yang dijadikan opsi menurut dokumen unggahan Eprints UNY, yakni Desa Kadipala, Desa Sana Sewu, dan Desa Solo.

Desa Solo kemudian yang dijadikan lokasi pendirian Keraton Surakarta pada 17 Februari 1745. Ketika didirikan, Tumenggung Hanggawangsa meramalkan usianya akan sampai 200 tahun. Terbukti, Keraton Solo kehilangan status swapraja tahun 1946 silam lewat Peraturan Presiden Nomor 16/SD/1946.

Berikut ini nama-nama raja Keraton Solo dari pertama berdiri sampai sekarang dan kiprahnya.

Raja-raja Keraton Solo dari Awal sampai Sekarang

Diringkas dari buku Kitab Terlengkap Sejarah Mataram tulisan Soedjipto Abimanyu, nama-nama 12 raja Keraton Solo adalah:

1. Paku Buwono II (1745-1749)

Paku Buwono II merupakan raja terakhir Mataram Kartasura sekaligus raja pertama Kasunanan Surakarta. Nama aslinya adalah Raden Mas Prabasuyasa, putra dari Amangkurat IV, keturunan Sunan kudus.

Paku Buwono II naik tahta pada usia yang masih sangat belia, yakni 15 tahun. Semasa memerintah Kasunanan Surakarta, timbul banyak pemberontakan. Salah satunya adalah Geger Pecinan yang menjadi salah satu penyebab Kartasura runtuh.

Pada akhir masa pemerintahannya, Paku Buwono II menghadapi pemberontakan dari Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said. Akibatnya, sang raja jatuh sakit dan wafat tahun 1749. Tampuk kekuasaan beralih ke putranya, Paku Buwono III.

2. Paku Buwono III (1749-1788)

Nama lengkapnya adalah Raden Mas Suryadi. Ia naik tahta pada 15 Desember 1749 dengan gelar Paku Buwono III. Berbeda dengan ayahnya yang berkuasa selama 4 tahun di Surakarta, Paku Buwono III memimpin kerajaan selama 39 tahun hingga 1788.

Di antara peristiwa besar yang terjadi saat periode pemerintahannya adalah Perjanjian Giyanti. Ringkasnya, perjanjian ini membagi dua wilayah Mataram menjadi dua, untuk Kasultanan Jogja dan Kasunanan Surakarta.

3. Paku Buwono IV (1788-1820)

Bukan hanya menyandang gelar Paku Buwono IV, sosoknya juga dijuluki Sunan Bagus karena tampan. Pemilik nama asli Raden Mas Subadya ini mulai memerintah tahun 1788 dan berakhir 32 tahun kemudian.

Paku Buwono IV dikenal sebagai raja yang pandai memimpin. Ia perlahan-lahan mengganti orang-orang penting di pemerintahan dengan para ulama agar harapan bebas dari kekangan VOC terwujud. Karena kedekatannya dengan ulama, Paku Buwono IV mendapat gelar Sinuhun Wali.

Sang raja meninggalkan banyak karya yang masih bermanfaat sampai sekarang. Contohnya deretan karya sastra, seperti Wulang Sunu, Cipta Waskita, Panji Sekar, dan Serat Sasana Prabu. Dalam bidang bangunan, Paku Buwono IV mendirikan Masjid Agung, Gerbang Sri Manganti, dan Dalem Poerwadiningratan.

4. Paku Buwono V (1820-1823)

Pemerintahannya berlangsung singkat karena Paku Buwono V wafat dalam usia muda, yakni 39 tahun. Nama kecilnya adalah Raden Mas Gusti Sugandi, lahir pada Selasa Kliwon, 15 Februari 1785. Salah satu peninggalannya dalam periode singkat itu adalah Serat Centhini. Ialah yang memimpin para pujangga untuk menyusunnya.

5. Paku Buwono VI (1823-1830)

Berdasar wasiat Raden Mas Gusti Sugandi, Raden Mas Sapardan ditunjuk sebagai raja Keraton Solo selanjutnya. Gelarnya adalah Paku Buwono VI. Raja yang lahir tahun 1807 ini memerintah mulai 15 September 1823.

Kematian Paku Buwono VI masih menimbulkan misteri sampai sekarang. Ada tiga teori yang beredar, yakni meninggal akibat kecelakaan kapal laut, ditembak di bagian dahi, dan bunuh diri. Namun, yang dianggap paling kuat adalah versi kedua.

Ketika Paku Buwono VI memerintah, Belanda memegang dominasi di Surakarta. Dua tahun setelah ia mulai berkuasa, Pangeran Diponegoro memberontak karena tidak suka dengan politik kolonial Belanda yang menyengsarakan.

6. Paku Buwono VII (1830-1858)

Nama kecil Paku Buwono VII adalah Raden Mas Malikis Solikin. Ia adalah putra ke-23 dari Paku Buwono IV dengan permaisuri Gusti Kanjeng Ratu Kencana. Raja keenam Solo ini naik tahta pada 14 Juni 1830 dan berkuasa selama 28 tahun.

Kondisi Solo terbilang damai ketika ia memerintah karena perang besar Pangeran Diponegoro sudah berakhir. Pun, bila ada pemberontakan, skalanya kecil. Karena kondisi aman ini, kebudayaan dan sastra berkembang pesat.

Waktu itu, pujangga besar Ranggawarsita muncul dan melahirkan karya-karya legendarisnya. Di antaranya adalah Serat Jaka Lodang, Serat Kalatidha, Serat Candrarini, dan Serat Cemporet. Paku Buwono VII juga menaikkan kualitas penegakkan hukum dengan meresmikan Undang-Undang Anger-Anger Nagari.

7. Paku Buwono VIII (1858-1861)

Ia adalah kakak dari Paku Buwono VII yang naik tahta pada 1858 dalam usia 69 tahun. Masa pemerintahannya berlangsung singkat, hanya sampai 1861 saja. Di antara peninggalannya adalah Gamelan Kyai Pandu yang konon dipergunakan untuk syiar Islam.

8. Paku Buwono IX (1861-1893)

Nama aslinya adalah Raden Mas Duksino. Paku Buwono IX adalah putra Paku Buwono IV. Ketika ayahnya dibuang Belanda ke Ambon, ia masih berada dalam kandungan. Julukannya ketika mencapai usia dewasa adalah KGPH Prabuwijaya.

Tidak banyak sumber menerangkan kondisi Solo di bawah pimpinan Paku Buwono Kesembilan. Padahal, ia berkuasa lama, mulai dari 1861 sampai 1893. Oleh Ranggawarsita, Paku Buwono IX dikatakan sebagai raja bijaksana. Sayang, bawahan-bawahannya banyak menjilat demi keuntungan pribadi. Ranggawarsita menyebut masa pemerintahan Paku Buwono IX sebagai zaman edan.

9. Paku Buwono X (1893-1939)

Lahir pada 29 November 1866 dengan nama Raden Mas Sayiddin Malikul Kusno, Paku Buwono X memerintah mulai 1893. Gelar resminya adalah Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwono Senopati Ing Ngalogo Ngabdulrahman Sayiddin Panotogomo Ingkang Kaping X.

Paku Buwono X adalah raja terbesar Keraton Solo karena berhasil membawa Surakarta ke masa keemasan bersama Mangkunegara VII. Kala itu, Surakarta menjadi kota yang sangat makmur dan merupakan kota terbesar kelima di Hindia Belanda.

Di bidang sosial, Paku Buwono X memberi kredit rumah kepada warganya yang kurang mampu. Ia juga membangun Sekolah Pamardi Putri dan Kasatriyan untuk memajukan pendidikan. Pada masanya pula, infrastruktur-infrastruktur megah Solo didirikan, seperti Pasar Gede Hardjonagoro, Stasiun Solo Jebres, Stadion Sriwedari, dan Taman Balekambang.

10. Paku Buwono XI (1939-1945)

Masa pemerintahan Paku Buwono XI yang bernama asli Raden Mas Antasena cukup singkat, yakni 6 tahun saja. Ia adalah putra sulung Paku Buwono X yang lahir pada Senin Kliwon, 1 Februari 1886.

Pemerintahan Paku Buwono XI menghadapi masa-masa sulit imbas pecahnya Perang Dunia II. Bahkan, sempat terjadi inflasi yang berakibat krisis keuangan. Jepang yang waktu itu berkuasa juga merampas sebagian besar kekayaan dan aset Keraton Solo.

11. Paku Buwono XII (1945-2004)

Raja kesebelas Keraton Solo adalah Paku Buwono XII yang memiliki nama asli Raden Mas Surya Guritna. Ia naik tahta menggantikan ayahnya pada 11 Juni 1945 pada usia 20 tahun. Total, Paku Buwono XII memerintah selama 59 tahun.

Pada masanya, Kasunanan Surakarta kehilangan status sebagai daerah istimewa. Pencabutan itu terjadi pada 1 Juni 1946, menjadikan Solo sebatas karesidenan saja. Paku Buwono XII mencoba berbagai macam cara untuk mengembalikan status daerah istimewa Solo kendati menemui jalan buntu.

12. Paku Buwono XIII (2004-2025)

Raja terakhir yang memerintah Keraton Solo sampai artikel ini dibuat adalah Paku Buwono XIII. Ia lahir di Solo, 28 Juni 1948 dengan nama Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hangabehi. Di bawah kepemimpinannya, Keraton Solo menjaga nilai-nilai tradisi Jawa agar tidak luntur.

Demikian daftar lengkap nama-nama raja Keraton Solo dari pertama berdiri sampai sekarang. Semoga dapat menambah wawasan detikers, ya!



Simak Video "Video: Raja Keraton Solo Pakubuwono XIII Tutup Usia"

(sto/aku)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork