Dalam hal jodoh atau perkawinan tidak sedikit masyarakat Jawa yang masih menggunakan perhitungan tertentu. Maka dari itu, ada istilah 'jodoh tibo lungguh' yang mungkin didengar oleh sebagian orang. Lantas, apa arti jodoh tibo lungguh?
Secara umum, jodoh tibo lungguh berarti hasil perhitungan jodoh berupa lungguh. Kata lungguh memiliki makna tersendiri yang berkaitan erat dengan weton. Di dalam buku '60 Detik Langsung Bisa Membaca Kepribadian & Sifat Orang Terdekatmu: Hanya Dengan Melihat Inisial Nama, Tanggal Lahir, Tanda Tangan, Tulisan Tangan, dan Garis Tangan' karya Balqis Khayyirah, weton merupakan gabungan hari umum yang berlaku dari Senin sampai Minggu dan juga pasaran dalam kalender Jawa yang ditandai dengan Legi, Wage, Pon, Kliwon,hingga Pahing.
Meskipun begitu, weton memiliki makna yang cakupannya lebih luas dibandingkan itu. Bagi sebagian masyarakat Jawa, weton sering kali masih digunakan sebagai acuan untuk mengetahui berbagai hal tentang kehidupan. Termasuk asmara atau jodoh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Inilah yang membuat sebagian orang menjadi penasaran dengan hasil perhitungan weton jodoh mereka. Salah satunya pertanyaan tentang, 'apakah termasuk dalam lungguh atau bukan?' Untuk menjawabnya, mari simak penjelasannya berikut ini.
Intinya:
- Jodoh tibo lungguh tidak terlepas dari salaki rabi soal asmara atau jodoh.
- Lungguh termasuk dari hasil perhitungan jodoh atau perkawinan.
- Lungguh memiliki makna tersendiri yang mampu mewakili gambaran nasib sepasang calon suami dan istri.
Jodoh Tibo Lungguh Itu Apa?
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, sebenarnya jodoh tibo lungguh merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan hasil perhitungan yang diwakili dengan kata 'lungguh'. Mengutip dari penelitian 'Tinjauan 'URF Terhadap Tradisi Perhitungan Weton sebagai Acuan dalam Menentukan Tanggal Akad Perkawinan Studi Kasus di Desa Kasihan, Kecamatan Tegolombo, Kabupaten Pacitan' oleh Taufiq Qurrohman, lungguh merupakan salah satu lambang yang muncul setelah dilakukannya perhitungan terhadap nama calon suami-istri.
Perhitungan tersebut dikenal juga sebagai salaki rabi. Tak hanya lungguh, ada juga lima lambang lainnya yang memiliki makna masing-masing. Adapun makna lungguh dalam hal perhitungan weton jodoh diartikan sebagai 'duwe pangkat' atau memiliki pangkat.
Beberapa lambang lainnya diwakili dengan sri yang berarti 'slamet lumintu rejekine' (selamat dana mengalir tanpa henti rezekinya), gedhong yang berarti 'sugih' (kaya), lara yang artinya 'kangelan' (kesulitan), hingga pati yang artinya 'Sangsara utawa kerep kepaten' (sengsara atau terputus).
Sementara itu, dijelaskan dalam penelitian lain, lungguh juga memiliki makna yang berkaitan dengan nasib seseorang. Mengacu dari 'Perhitungan Jodoh di Desa Semedo Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas Perspektif URF' karya Rizqi Wahyu Utomo, lungguh berarti kehormatan. Kemudian untuk sri berarti kaya, dunya artinya dunia, lara berarti sakit, hingga pati artinya meninggal.
Sementara itu, apabila pasangan mendapatkan hasil lambang lungguh, maka dapat diartikan bahwa pasangan tersebut adalah jodohnya. Mereka diperkirakan akan menjalani kehidupan rumah tangga yang penuh dengan rasa penghormatan dan penghargaan oleh orang-orang sekitar.
Arti Salaki Rabi
Sebelumnya telah disinggung sedikit tentang salaki rabi. Namun, sebenarnya apa itu salaki rabi? Mengutip dari 'Kejawen: Jurnal Kebudayaan Jawa' yang disusun oleh Universitas Negeri Yogyakarta. Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah, salaki rabi umumnya diartikan sebagai salah satu kriteria yang digunakan oleh masyarakat Jawa.
Salaki rabi adalah penentuan bakal menantu atau pedoman mencari jodoh. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Baik itu didasarkan pada weton nama, hari kelahiran, hingga neptu.
Lebih lanjut, di dalam publikasi 'Petung dalam Primbon Jawa' oleh Hartono, salaki rabi atau yang disebut juga sebagai petung salaki rabi adalah petung (perhitungan) dalam menentukan pasangan pengantin. Adapun lungguh sendiri merupakan bagian dari lambang yang ada pada salaki rabi ini.
Cara Hitung Salaki Rabi
Sebenarnya ada berbagai cara yang biasanya dilakukan untuk menghitung nasib jodoh atau perkawinan. Bisa dengan menggunakan nama, hari kelahiran, hingga neptunya. Namun demikian, kali ini akan diuraikan salah satu perhitungan yang sederhana untuk dilakukan, yaitu menggunakan neptu.
Neptu ini berkaitan dengan hari dan pasaran setiap orang, terutama calon suami dan istri yang ingin diketahui nasibnya melalui petung salaki rabi. Sebelum menghitungnya, terlebih dahulu perlu memahami neptu hari dan pasaran masing-masing orang. Berikut daftarnya sebagai acuan yang dihimpun dari sumber yang sama.
1. Hari Umum
- Minggu: 5
- Senin: 4
- Selasa: 3
- Rabu: 7
- Kamis: 8
- Jumat: 6
- Sabtu: 9
2. Pasaran
- Kliwon: 8
- Legi: 5
- Pahing: 9
- Pon: 7
- Wage: 4
Cara perhitungannya bisa dilakukan dengan menjumlahkan weton calon suami dan istri. Lalu hasil dari penambahan tadi dibagi 5, sehingga mendapatkan hasil antara angka 1, 2, 3, 4, atau 5. Hasil 1 diwakili oleh sri, 2 adalah dana, 3 lara, 4 pati, dan 5 lungguh.
Misalnya saja dibuat simulasi contoh perhitungan pasangan bernama A dan M akan segera menikah. A lahir pada Minggu Legi, sedangkan M Jumat Pahing. Weton A neptu 10 (5+5), sedangkan M neptu 15 (6+9).
Selanjutnya, neptu keduanya adalah 25 (10+15). Tak berhenti sampai di situ saja, neptu tadi perlu dibagi menjadi 5. Adapun 25 dibagi 5 sebesar 5 yang dilambangkan lungguh. Artinya, A dan M dapat berpeluang menjalani kehidupan rumah tangga yang dipenuhi dengan penghormatan.
Makna Petung Lungguh dalam Salaki Rabi
Masih mengutip dari publikasi yang sama, yaitu 'Petung dalam Primbon Jawa', terdapat makna dibalik setiap lambang perhitungan salaki rabi. Hal ini membuat adanya hasil yang dapat menunjukkan apakah perjodohan yang dilakukan akan baik atau tidak baik.
Lungguh termasuk dalam petung perjodohan yang baik. Beberapa petung lainnya yang termasuk perjodohan baik adalah sri, gembili, sanggar waringin, pandhita mukti, pedaringan kebak, gedhong, sumur sinaba, wasesa segara, penganten, dana, dan begja.
Hal tersebut senada dengan penelitian berjudul 'Analisis Kearifan Lokal Perhitungan Weton dalam Tradisi Pernikahan Adat Jawa Masyarakat Desa Karang Tanjung' oleh Lusi Handayani, hasil salaki rabi berupa sri, dana, dan lungguh dianggap bernasib baik. Sementara itu, sisanya yaitu lara dan pati dianggap tidak baik.
Itulah tadi penjelasan mengenai istilah jodoh tibo lungguh lengkap dengan cara hitung hingga maknanya. Semoga informasi ini membantu.
(par/apl)