Masyarakat Jawa menganut banyak pedoman hidup yang terus dipercaya sampai sekarang. Mulai dari larangan makan pisang dempet untuk ibu hamil, anjuran tidak tidur saat maghrib, hingga larangan menyapu pada malam hari.
Di balik masing-masing mitos tentu ada alasan yang telah diwariskan turun-temurun oleh orang tua ke anak-anaknya. Sering kali, alasannya didasarkan atas kejadian empiris atau sekadar berbasis logika. Ada pula yang bernuansa simbolis maupun spiritual.
Terkhusus larangan menyapu malam hari, apa alasan yang melatarbelakangi? Kenapa masyarakat Jawa sangat menghindari kegiatan satu ini? Simak penjelasan selengkapnya melalui artikel yang telah detikJateng siapkan berikut!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alasan Tidak Boleh Menyapu Malam Hari
Disadur dari buku Asal-Usul & Sejarah Orang Jawa oleh Sri Wintala Achmad, menyapu malam hari dilarang karena diyakini bisa mempersulit seseorang dalam mencari rezeki. Alasannya sederhana, malam hari merupakan waktunya beristirahat.
Dengan demikian, ketika seseorang menggunakan malam hari untuk menyapu alih-alih istirahat, menunjukkan bahwa ia tidak dapat mengatur waktu dengan baik. Kemungkinan lain, orang itu jadi tidak bisa beristirahat sehingga kegiatannya esok hari jadi terhambat.
Ada alasan lain sebagaimana dijelaskan dalam dokumen unggahan Etheses IAIN Kediri. Masyarakat Jawa percaya bahwa menyapu malam hari dianggap tidak sopan karena mengganggu waktu istirahat.
Di samping itu, suara yang ditimbulkan akibat menyapu diyakini bisa mengundang makhluk halus datang. Biarpun tidak ada bukti ilmiah atau pertanggungjawaban objektif, keyakinan semacam ini masih tumbuh subur di tengah masyarakat.
Ada pula mitos menyapu malam hari khusus ibu hamil. Netty Dyah Kurniasari dalam bukunya, Membongkar Mitos: Gender, Pola Asuh, dan Komunikasi Kesehatan dalam Upaya Penanganan Stunting, menjelaskan bahwa jika ibu hamil menyapu malam-malam, dikhawatirkan akan mendapat bayi yang terlahir cacat.
Bukan hanya terlahir cacat, diyakini juga si ibu hamil mungkin mengalami kesulitan dalam proses persalinan. Oleh karena itu, jika detikers perhatikan di kampung-kampung Jawa, para hamil tidak akan tampak menyapu malam hari karena masih percaya dengan mitos tersebut.
Mitos-mitos Lain dalam Kepercayaan Jawa
Ada banyak mitos lain dalam kepercayaan Jawa yang menarik untuk ditelisik. Berikut beberapa di antaranya:
1. Duduk di Tengah atau Depan Pintu
Salah satu mitos Jawa yang terkenal adalah larangan duduk di tengah-tengah pintu atau di depannya. Kabarnya, siapa saja yang duduk di tempat tersebut akan jauh dari jodoh, terlebih bagi anak perempuan.
Disadur dari buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar oleh Kusumastuti dkk, makan sembari duduk di depan pintu juga menyebabkan bayi yang dikandung tidak lahir secara baik. Tentunya, mitos ini berlaku untuk ibu hamil.
2. Buang Sampah di Kolong Tempat Tidur
Beberapa orang terbiasa membuang sampah di kolong tempat tidur. Di Jawa, kebiasaan semacam ini dilarang keras. Orang-orang Jawa menganggap, buang sampah di bawah tempat tidur adalah hal yang tidak elok (tidak baik). Pun dalam dunia kesehatan, buang sampah di kolong tempat tidur dapat menimbulkan bau tak sedap sehingga menyebabkan penyakit.
3. Menikah dengan Orang yang Rumahnya Hanya Berjarak 5 Langkah
Masyarakat Jawa memiliki banyak pedoman hidup seputar pernikahan. Mulai dari penghitungan weton untuk menentukan nasib rumah tangga sampai penentuan karakter seseorang dari weton kelahirannya.
Ada juga larangan menikah dengan orang yang rumahnya hanya berjarak 5 langkah atau berseberangan. Bila dilanggar, pasutri yang baru saja melangsungkan pernikahan bakal mendapati kehidupan rumah tangga serba kekurangan dan tidak bahagia.
Solusinya, salah satu rumah mempelai harus direnovasi sehingga posisinya berubah.
4. Nangis saat Sunatan
Tidak bisa dipungkiri, mayoritas anak kecil menangis saat disunat karena takut. Para orang tua Jawa kemudian mengajarkan anaknya untuk tidak menangis dengan mitos termasyhur. Konon, jika menangis saat sunat, sang anak bakal memperoleh istri yang tidak cantik.
5. Tidur Menghadap Utara
Kepercayaan Jawa lain yang populer adalah larangan tidur menghadap arah utara. Pasalnya, utara segaris dengan energi magnetik sehingga diyakini akan membuat seseorang cepat meninggal. Alih-alih, disarankan tidur mengarah timur atau barat.
6. Menyisakan Makanan
Ada ungkapan 'ora elok madang nyiso, mundak pitike mati' di tengah-tengah masyarakat Jawa. Artinya kurang lebih 'tidak baik menyisakan makanan, nanti ayamnya bisa mati'. Sekalipun terkesan tidak masuk akal, mitos semacam ini sukses membuat anak-anak selalu menghabiskan makanannya.
Ungkapan di atas juga mengandung petuah kehidupan seputar makan. Lebih baik mengambil makanan sedikit, dan bila kurang, menambah lagi, ketimbang langsung banyak, tetapi banyak tersisa. Kebiasaan ini tabu, terlebih saat masih banyak orang kekurangan makanan.
Nah, itulah pembahasan singkat mengenai larangan menyapu malam hari dalam kepercayaan Jawa. Semoga bisa menambah pengetahuan detikers, ya!
(par/aku)