Cara menghitung 1000 hari orang meninggal masih sering menjadi pertanyaan banyak orang, terutama dalam konteks tradisi Jawa. Peringatan ini dikenal sebagai 'nyewu' dan menjadi momen penting dalam rangkaian doa bagi orang yang telah wafat. Meski terdengar sederhana, cara menghitungnya tidak menggunakan kalender masehi, melainkan sistem hari pasaran Jawa yang memiliki aturan tersendiri.
Dalam tradisi Jawa, selamatan untuk orang meninggal dilakukan beberapa kali setelah kematian, yaitu pada hari ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, mendhak (setahun), mendhak pindho (dua tahun), dan puncaknya pada hari ke-1000. Umumnya, nyewu adalah peringatan terakhir yang digelar oleh keluarga.
Lantas, bagaimana cara menghitung 1000 hari orang meninggal menurut Jawa? Mari simak penjelasan lengkap berikut ini!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cara Menghitung 1000 Hari Orang Meninggal Menurut Jawa
Menurut Mama Flo dalam buku Primbon Praktis, perhitungan menuju hari ke-1000 setelah seseorang meninggal dilakukan menggunakan kalender tradisional Jawa, bukan kalender masehi. Maka, perhitungannya mengikuti siklus hari dan pasaran Jawa, bukan berdasarkan tanggal kalender biasa.
Dalam penanggalan Jawa, dikenal dua jenis siklus hari, pertama ada 'dina' atau hari yang jumlahnya ada tujuh, yaitu:
- Ahad/Minggu
- Senin
- Selasa
- Rabu
- Kamis
- Jumat
- Sabtu
Selain itu, ada pula 5 hari pasaran, yang terdiri dari:
- Legi
- Pahing
- Pon
- Wage
- Kliwon
Kombinasi keduanya membentuk 35 kombinasi hari-pasaran (weton). Dalam budaya Jawa, siklus 35 hari ini disebut dengan 'selapan'. Kombinasi ini berulang terus setiap 35 hari. Maka, dalam perhitungan hari ke-1000, kita cukup membagi jumlah hari tersebut dengan 35 untuk melihat berapa kali siklus lengkap yang sudah terjadi, lalu mencari sisa harinya.
Berikut ini adalah langkah mudah untuk menghitung 1000 hari orang meninggal menurut tradisi Jawa:
- Anggap hari wafat sebagai hari pertama. Jika wafat setelah matahari terbenam, maka sudah masuk ke hari selanjutnya.
- Karena yang dihitung adalah hari ke-1000, maka yang dicari adalah 999 hari setelah hari wafat.
- Bagi 999 dengan 35 (jumlah kombinasi hari dan pasaran):
- 999 Γ· 35 = 28 siklus penuh, sisa 19 hari
- Artinya, setelah melalui 980 hari (28 kali siklus 35 hari), kita akan kembali pada hari dan pasaran yang sama dengan hari wafat. Dari situ, cukup dihitung 19 hari ke depan untuk sampai pada hari ke-1000.
Contoh Cara Menghitung 1000 Hari Orang Meninggal
Sebagai contoh, ketika seseorang meninggal dunia pada Jumat Kliwon, maka kita cukup menambah 19 hari dalam daftar kombinasi hari-pasaran. Berikut ini daftar hari-pasaran yang dimulai dari Jumat Kliwon lalu ditambah 19 langkah atau 19 hari:
- Jumat Kliwon (hari pertama)
- Sabtu Legi
- Minggu Pahing
- Senin Pon
- Selasa Wage
- Rabu Kliwon
- Kamis Legi
- Jumat Pahing
- Sabtu Pon
- Minggu Wage
- Senin Kliwon
- Selasa Legi
- Rabu Pahing
- Kamis Pon
- Jumat Wage
- Sabtu Kliwon
- Minggu Legi
- Senin Pahing
- Selasa Pon
- Rabu Wage (hari ke-1000)
Jadi, 999 hari setelah Jumat Kliwon jatuh pada Rabu Wage. Dengan demikian, peringatan 1000 harinya (nyewu) jatuh pada Rabu Wage.
Tradisi Peringatan 1000 Hari Orang Meninggal di Jawa
Dalam buku Sejarah Islam di Jawa, Kamil Hamid Baidawi menjelaskan salah satu tradisi unik masyarakat Jawa yang masih lestari hingga kini adalah peringatan 1000 hari orang yang telah meninggal dunia. Tradisi ini dikenal sebagai bagian dari rangkaian selametan, sebuah ritual yang sarat nilai spiritual dan kebersamaan.
Peringatan ini biasanya dilangsungkan di hari ke-3, 7, 40, 100, hingga puncaknya pada hari ke-1000 setelah seseorang wafat. Di setiap momen tersebut, keluarga almarhum akan mengundang tetangga dan kerabat untuk hadir, mendoakan, serta mengenang kebaikan orang yang telah tiada.
Dalam praktiknya, acara selametan ini diisi dengan kegiatan keagamaan seperti pembacaan Al-Quran, sholawat, istighfar, tahlil, serta ditutup dengan doa bersama. Setelah itu, keluarga akan membagikan sedekah berupa makanan sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan. Tradisi ini mencerminkan perpaduan antara budaya lokal dan ajaran Islam. Selametan pada dasarnya merupakan bentuk ibadah yang mencakup zikir, doa, tauhid, sedekah, serta silaturahmi antarwarga.
Menariknya, tradisi ini merupakan hasil dari proses Islamisasi di Tanah Jawa yang dilakukan dengan pendekatan budaya. Para pendakwah Islam tidak serta-merta menghapus tradisi Hindu-Buddha yang telah mengakar, tetapi justru merangkul dan mewarnainya dengan nilai-nilai Islam. Pendekatan ini terbukti efektif dan damai, sehingga ajaran Islam dapat diterima luas oleh masyarakat Jawa saat itu.
Sampai di akhir pembahasan ini, apakah kamu sudah memahami cara menghitung 1000 hari orang meninggal menurut Jawa, detikers?
(par/par)