Warga Dusun Gopaan, Desa Genito, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang menggelar tradisi pernikahan tembakau. Tradisi ini rutin digelar di bulan Safar tepatnya pada hari pasaran Selasa Pahing.
Warga yang ditinggal di lereng Gunung Sumbing terlihat antusias mengikuti tradisi ini. Pasalnya acara tradisi ini dilangsungkan setiap setahun sekali.
Adapun acara ritual pernikahan tembakau yang berlangsung di Sendang Piwakan. Rangkaian upacara pernikahan tembakau diawali dengan iringan gunungan hasil bumi yang dibentuk menyerupai naga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, disusul pasangan temanten tembakau terdiri tembakau laki-laki, dan tembakau perempuan. Diketahui, sebagian besar warga di lereng Gunung Sumbing menggantungkan hidupnya dari pertanian tembakau.
Di Sendang Piwakan ini, diawali dengan ritual dan doa bersama. Kemudian, setelah doa bersama dilanjutkan dengan pentas jathilan.
Selanjutnya, beberapa orang membawakan tarian yang menyimbolkan aktivitas potong tembakau. Kemudian, iring-iringan tembakau memasuki lokasi pernikahan yang berlangsung di Sendang Piwakan.
Untuk pentas kesenian ini berlangsung di Dusun Gopaan. Warga setempat membuat dua panggung, satunya untuk pentas wayang kulit dan panggung satunya lagi untuk pentas kesenian tradisional.
"Perkawinan tembakau itu nguri-uri (merawat budaya), bibit tembakau biar lancar sampai terus. Soalnya tembakau (hasil panen) ekonomi yang paling baik," kata Sugitno, Kepala Dusun Gopaan kepada wartawan di lokasi ritual, Selasa (29/7/2025).
"Misalnya tembakau itu lancar, petani yang tidak bangun (rumah) jadi bangun. Yang tidak (menikah) jadi menikah. Kalau (hasil) tembakau bisa (menyejahterakan) masyarakat semuanya," sambung Sugitno.
![]() |
Menurutnya, tradisi yang dilangsungkan setiap bulan Safar tepatnya pada hari Selasa Pahing. Jika pada bulan Safar tidak ada hari Selasa Pahing, acara dimajukan di bulan Suro.
"Kalau bulan Safar nggak ada Selasa Pahing dilangsungkan (maju) bulan depannya, bulan Sura. Tetap, Selasa Pahing. Ya nggak apa-apa, tapi lebih baiknya di bulan Safar," ujarnya.
"Harapannya (hasil panen) mudah-mudahan baik bisa lancar bagi petani. Prihatin sekali untuk petani tembakau (masih sering hujan)," tuturnya.
Sementara itu, suasana di Dusun Gopaan sendiri lebih ramai dari hari biasanya. Di mana setiap rumah warga menyediakan menu makanan dan camilan yang beragam.
Warga yang datang menuju dusun tersebut dipersilakan mampir dan menikmati menu makanan. Pengunjung atau tamu yang singgah belum boleh pulang sebelum menikmati menu makanan.
"Ini sudah tradisi, tiap Selasa Pahing. Bukan hanya saudara, teman, nggak tahu siapa (datang). Kalau dengan Lebaran, ya ramai ini (Safaran). Tiap rumah menyediakan (makanan) full," kata Pupung Slamet (55), warga Gopaan.
Menurutnya, warga bergotong royong untuk mengadakan Safaran tersebut.
"Iya (warga patungan). Per KK itu Rp 450 ribu. (pengeluaran per KK) Kalau patungan nggak masalah, yang berat ini (masak-masak). Ibaratnya sedekah," kata dia.
"Mau siapa yang masuk (rumah) nggak masalah. Boleh, kita nggak tahu boleh. Iya (disediakan makanan)," pungkasnya.
Terakhir setelah ritual dari sendang, gunungan hasil bumi dibawa menuju Dusun Gopaan. Kemudian, didoakan dan gunungan diperebutkan warga yang datang.
(ahr/apl)