- Hari Ini Malam Jumat Apa?
- Mitos-mitos Malam Jumat Kliwon 1. Malam Berkunjungnya Para Leluhur 2. Malam Keramat 3. Malam Datangnya Tuyul 4. Malam Keluarnya Makhluk-makhluk Halus 5. Hujan pada Malam Jumat Kliwon 6. Malam Sakral untuk Ziarah 7. Malam untuk Belajar Ilmu 'Tertentu'
- Larangan atau Mitos Malam 1 Suro 1. Membangun atau Pindah Rumah 2. Berkata Kasar atau Buruk 3. Berisik 4. Mengadakan Pesta 5. Keluar di Malam Hari
- Tradisi Malam 1 Suro
Terhitung setelah Matahari terbenam hari Kamis, malam Jumat dimulai. Pertanyaannya, hari ini malam Jumat apa? Bagi detikers yang ingin mengetahui jawaban atas pertanyaan tersebut, simak kalender Jawa besok, 27 Juni 2025 di bawah ini!
Dalam kebudayaan Jawa, selain 7 hari yang umum dijadikan patokan (seperti Senin, Selasa, dan Rabu), dikenal pula lima hari pasaran. Menurut penjelasan dalam buku Kitab Primbon Jawa Serbaguna oleh R Gunasasmita, kelimanya adalah Pon, Wage, Kliwon, Legi, dan Pahing.
Lebih lanjut, bila 5 hari pasaran dikombinasikan dengan 7 hari dalam seminggu, muncullah apa yang disebut weton. Contoh weton adalah Selasa Pahing, Rabu Pon, dan Jumat Kliwon. Weton ini biasa digunakan masyarakat Jawa sebagai panduan atas berbagai hal, seperti penentuan watak, pemilihan hari baik, dan pencocokan jodoh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di samping itu, pengetahuan weton juga berguna untuk mengetahui hari-hari yang dikeramatkan, seperti Selasa Kliwon. Lalu, bagaimana dengan malam Jumat hari ini? Apa wetonnya? Cari tahu informasi lengkap seputar kalender Jawa besok, 27 Juni 2025 dan mitosnya berikut ini!
Hari Ini Malam Jumat Apa?
Berdasarkan kalender Masehi, hari ini adalah Kamis, 26 Juni 2025. Dalam sistem penanggalan Jawa, hari ini bertepatan dengan Kamis Wage. Namun perlu diketahui, dalam tradisi kalender Jawa, pergantian hari dimulai saat Matahari terbenam. Artinya, mulai malam ini kita sudah memasuki Jumat Kliwon.
Jika mengacu pada kalender Hijriah yang diterbitkan Kemenag RI, malam ini juga bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1447 H, sedangkan menurut Instagram Mangkunegaran dalam kalender Jawa jatuh pada 1 Suro 1959 Dal dengan wuku Madhangkungan. Dengan demikian, besok, Jumat 27 Juni 2025 adalah Jumat Kliwon, dan secara spiritual maupun adat, suasananya sudah dimulai sejak malam ini.
Kalender Jawa merupakan hasil perpaduan antara kalender Saka (yang berasal dari budaya Hindu-Buddha) dan kalender Hijriah Islam. Penyatuan sistem ini diprakarsai oleh Sultan Agung dari Mataram pada tahun 1633 Masehi, sebagai upaya untuk mengharmoniskan tradisi leluhur dengan nilai-nilai Islam yang semakin mengakar di tanah Jawa. Hingga saat ini, sistem kalender tersebut masih digunakan oleh masyarakat Jawa.
Mitos-mitos Malam Jumat Kliwon
Malam Jumat Kliwon, dalam pandangan masyarakat Jawa, memegang nilai khusus yang berbeda. Keyakinan kemudian diwujudkan dalam bentuk mitos-mitos yang sampai sekarang masih dipegang teguh oleh sebagian masyarakat Jawa. Berikut ini penjelasannya.
1. Malam Berkunjungnya Para Leluhur
Disadur dalam skripsi berjudul Satuan Lingual dalam Sesaji Malam Jumat Kliwon di Kabupaten Pemalang (Kajian Etnolinguistik) oleh Diah Ayu Wulandari dari Universitas Negeri Semarang, malam Jumat Kliwon diyakini adalah momen kembalinya para arwah leluhur.
Oleh karena itu, sesaji dihadirkan di rumah untuk menyambut kedatangan leluhur. Hal ini dilakukan untuk menghormati kunjungan leluhur yang telah pergi mendahului tersebut. Makanan yang dipakai sesaji biasanya meliputi tumpeng, ingkung ayam, dan pisang (gedhang).
2. Malam Keramat
Ada lagi mitos malam Jumat Kliwon yang tidak kalah menarik. Dikutip dari buku Misteri Hari Jum'at oleh Mokhammad Samson Fajar, malam Jumat Kliwon dianggap sakral karena bertepatan dengan puncak puasa 40 hari yang biasa dilakukan orang Jogja.
Pada hari ke-40 tersebut, masyarakat Jogja biasa meletakkan segala jenis sesajen di berbagai tempat sakral. Alhasil, suasana pada malam tersebut jadi terasa berbeda karena dikeramatkan secara khusus.
Tidak berhenti sampai di situ, pengaruh luar negeri juga terasa meski tidak secara langsung. Di luar negeri, yang ditakuti adalah Jumat tanggal 13. Pasalnya, 13 dianggap sebagai angka sial. Oleh karena itu, kombinasi malam Jumat Kliwon dengan tanggal 13 jadi yang paling dianggap keramat sekaligus ditakuti.
3. Malam Datangnya Tuyul
Salah satu mitos populer malam Jumat Kliwon adalah kedatangan tuyul. Namun, makhluk halus satu ini tidak serta merta datang. Menurut penjelasan dari buku Asal-Usul & Sejarah Orang Jawa tulisan Sri Wintala Achmad, pada malam Jumat Kliwon, tuyul akan menyambangi orang yang mencabut alis.
4. Malam Keluarnya Makhluk-makhluk Halus
Bukan hanya tuyul secara terkhusus, malam Jumat Kliwon juga dipercaya jadi waktu berhamburan keluarnya para makhluk halus. Di antaranya, seperti tertulis dalam buku Perempuan Kamar oleh Agus Subakir, adalah genderuwo, wewe gombel, pocong, dan banaspati.
Mitos ini telah menyebar begitu luas. Jadi, jangan heran jika saluran televisi maupun media banyak dipenuhi kisah mistis pada malam satu ini. Kemunculan kisah-kisah horor dari orang yang mengaku mengalaminya pada malam Jumat Kliwon pun menjadikan mitos ini semakin subur.
5. Hujan pada Malam Jumat Kliwon
Diringkas dari buku Etnologi Jawa oleh Prof Dr Suwardi Endraswara M Hum, ada pula mitos tentang hujan yang jatuh pada malam Jumat Kliwon. Air hujan yang turun pada malam tersebut dianggap punya kekuatan magis. Oleh karenanya, orang Jawa akan menadahnya dengan mangkuk di halaman rumah, lalu digunakan sebagai 'air penerang hati'.
6. Malam Sakral untuk Ziarah
Dalam buku Bhinneka: Enam Belas Karangan tentang Agama, Sastra, dan Bahasa di Indonesia oleh Henri Chambert-Loir, malam Jumat Kliwon juga dianggap sebagai waktu sakral untuk pergi berziarah. Hal ini disebabkan adanya dua kombinasi hari yang kuat.
Pertama, hari Jumat dalam syariat Islam adalah penghulunya hari dalam seminggu. Hari ini dianggap istimewa karena banyaknya amalan sunnah yang dianjurkan. Kedua, kliwon dalam pasaran Jawa dipercaya sebagai hari yang punya kaitan kuat dengan spiritualitas. Dua alasan inilah yang menjadikan malam Jumat Kliwon sering dimanfaatkan untuk pergi berziarah.
7. Malam untuk Belajar Ilmu 'Tertentu'
Malam Jumat Kliwon dipergunakan oleh orang-orang yang sedang belajar ilmu 'tertentu'. Pada malam tersebut, mereka akan coba mempraktikkan ilmunya untuk kali pertama. Namun, akan ada kegagalan akibat gangguan berbagai jenis hantu. Jika pun berhasil, hantu perempuan super cantik akan datang dan menggagalkan tes tersebut.
Larangan atau Mitos Malam 1 Suro
Mengutip dari jurnal Makna Komunikasi Ritual Masyarakat Jawa (Studi Kasus pada Tradisi Perayaan Malam Satu Suro di Keraton Yogyakarta, Keraton Surakarta, dan Pura Mangkunegaran Solo) oleh Galuh Kusuma Hapsari, disebutkan adanya lima larangan yang biasanya berkaitan erat dengan mitos malam 1 Suro. Adapun larangan yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Membangun atau Pindah Rumah
Larangan malam satu Suro pertama yang mungkin masih ada di tengah-tengah masyarakat adalah membangun atau pindah rumah. Dikatakan kegiatan membangun rumah atau pindah dari rumah yang ditinggali dipercaya mampu memberikan pengaruh yang kurang baik. Bahkan larangan ini menyebut membangun atau pindah rumah di malam satu suro bisa mendatangkan kesialan bagi yang melakukannya.
2. Berkata Kasar atau Buruk
Malam satu Suro yang bertepatan dengan awal tahun baru Hijriah atau Islam menjadikannya sebagai sebuah waktu yang dapat dimaknai dengan berbagai amalan baik. Oleh sebab itulah, terdapat larangan untuk berkata kasar atau sesuatu hal yang buruk. Sebaliknya, setiap orang disarankan untuk tetap menjaga lisannya. Tak hanya dilihat dari aspek agama, terdapat mitos yang menyertainya.
Larangan berkata kasar atau buruk dilakukan sesuai dengan kepercayaan yang menyebut adanya keberadaan makhluk ghoib di bulan Suro. Kemudian para makhluk tersebut akan berkeliaran untuk mencari manusia yang bertindak lalai.
3. Berisik
Selanjutnya, larangan agar tidak berisik dikaitkan dengan tradisi yang dilakukan pada wilayah tertentu. Satu di antara tradisi malam satu Suro berupa mubeng benteng dan tapa bisu yang menjadi bagian dari ritual di Keraton Jogja. Tradisi ini dilakukan dengan tidak berbicara dan berjalan tanpa menggunakan alas kaki.
Melalui tradisi ini menciptakan suasana yang khidmat dan juga senyap. Oleh sebab itulah, larangan untuk berisik diharapkan bisa mendukung berlangsungnya tradisi tersebut agar berjalan dengan penuh makna.
4. Mengadakan Pesta
Tidak hanya membangun atau pindah rumah saja, ternyata pengadaan pesta di malam satu Suro juga cukup dihindari oleh sebagian kalangan masyarakat tertentu. Ini dilakukan atas dasar kepercayaan yang dipegang mengenai pesta atau hajatan di bulan Suro merupakan sebuah pemali. Untuk diketahui, KBBI mendefinisikan pemali sebagai pantangan atau larangan yang berasal dari adat maupun kebiasaan.
5. Keluar di Malam Hari
Larangan malam 1 Suro lainnya yang bisa jadi masih dijumpai di tengah-tengah masyarakat adalah keluar di malam hari. Hal ini dikarenakan keluar di malam hari saat malam Suro dipercaya mampu mendatangkan sesuatu hal yang negatif atau bahkan kesialan. Sebaliknya, terdapat anjuran untuk berdiam diri di dalam rumah saat waktu tersebut berlangsung.
Tradisi Malam 1 Suro
Selama ini malam 1 Suro identik dengan berbagai tradisi atau mitos yang masih dipercaya oleh sebagian kalangan masyarakat tertentu. Lantas, apa sajakah mitos yang menyertai malam 1 Suro ini? Di dalam buku Kacang HIjau dalam Kebudayaan, Sejarah, Mitos, dan Tradisi karya Katrin Vee, dijelaskan ada sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa selama malam 1 Suro.
Salah satunya dengan membuat bubur suro. Biasanya sebagian kalangan masyarakat akan memasak dan menyantap bubur suro. Dalam konteks tradisi tersebut, menyantap bubur suro dipercaya dapat menjadi wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Terutama atas berkah dan rezeki yang telah diberikan selama ini.
Kemudian, terdapat tradisi lainnya yang tidak pernah terlepas dari malam 1 Suro. Salah satunya ada ruwatan yang dilakukan oleh Keraton Kesultanan. Wahyu Budi Nugroho dalam bukunya Sosiologi Kehidupan Sehari-hari memberikan informasi pada setiap malam 1 Suro atau pergantian tahun baru Islam, Keraton Kesultanan akan menggelar ruwatan akbar.
Ruwatan tersebut dilakukan untuk menguatkan kembali hubungan antara Keraton dengan Pantai Selatan. Tradisi ini digelar di kawasan Parangkusumo yang dihadiri oleh tidak sedikit masyarakat setempat.
Itulah informasi ringkas mengenai hari ini malam Jumat apa pada Kamis, 27 Juni 2025 usai Matahari terbenam dan mitosnya. Semoga pembahasannya bermanfaat ya, Lur!
(sto/apl)