Ada berbagai cara untuk mensyukuri hasil panen yang melimpah. Di Desa Bogotanjung, Kecamatan Gabus, Pati, warga mewujudkan syukur tersebut dengan menggelar tradisi perang nasi berkat.
Pantauan detikJateng, ratusan warga berkumpul di sekitar punden Mbah Rohmat sekitar pukul 09.00 WIB. Mereka membawa nasi berkat berupa nasi, mi, telur, tahu, dan tempe.
Setelah itu ada iring-iringan gunungan hasil panen dari rumah kepala desa menuju punden. Terlihat juga ada rombongan barongan dan wayang kulit. Mereka lalu masuk ke punden.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prosesi acara inti yakni pertunjukan wayang kulit secara singkat di dalam punden. Hanya kepala desa dan perangkat desa yang di dalam punden. Setelah itu dilakukan doa bersama oleh tokoh masyarakat setempat.
Selepas acara inti, rombongan kepala desa dan dalang keluar dari punden. Warga yang telah menunggu di luar langsung melempar nasi berkat ke kades dan dalang wayang kulit. Bahkan sang dalang sampai memakai jas hujan saat dilempari nasi.
Warga kemudian saling perang nasi berkat. Mereka percaya jika terkena nasi berkat ini bisa mendapatkan berkah dari Tuhan.
![]() |
Warga setempat, Priyo (40) mengaku membawa nasi berkat yang berisi sayuran, tahu,tempe, dan telur. Setelah didoakan bersama, sisa nasi berkat dilempar ke warga lainnya.
"Setelah didoakan itu ada tradisi tawuran atau perang nasi ini oleh warga," jelas Priyo kepada detikJateng di lokasi, Kamis (22/5/2025).
Dia mengatakan warga yang terkena nasi berkat ini bisa mendapatkan berkah, dilancarkan rejekinya.
"Katanya orang tua itu biar berlebih sandang pangannya. Harapannya hasil panen melimpah ruah," ungkap dia.
Kepala Desa Bogotanjung, Budiarto mengatakan tradisi perang nasi berkat sudah berjalan setiap tahunnya. Tradisi ini digelar dalam rangka sedekah bumi Desa Bogotanjung, Kecamatan Gabus.
"Tradisi ini mulai dahulu nenek moyang kita. Jadi kita meneruskan. Kalau sejarahnya tawuran nasi itu menandakan bahwa hasil panen kita telah berlebih," jelas Budiarto ditemui di lokasi siang tadi.
"Jadi bumi merasakan juga. Akhirnya ditabur-tabur begitu. Jadi bukan kita saja merasakan hasil bumi, tapi bumi juga merasakan juga," dia melanjutkan.
Menurutnya, dalam aksi perang nasi berkat ini tidak ada warga yang sampai marah. Kata dia, warga justru senang.
"Nggak ada yang marah. Dilempar kayak apa malah itu dianggap sebagai berkah. Kalau nggak kena malah nggak pernah itu kalau tradisi orang sini," ungkap dia.
Budiarto mengatakan, acara sedekah bumi ini dimulai dengan kirab gunungan hasil bumi menuju punden desa setempat. Warga membawa nasi berkat. Mereka bersama-sama berdoa dan ada pertunjukan wayang kulit.
"Wayang tadi secara singkat saja. Karena tampil soal sejarah biar panen melimpah," jelasnya.
Puncaknya hiburan ketoprak sehari semalam di depan rumah kades. Dia berharap agar hasil panen tahun depan melimpah.
"Niat warga sedekah bumi diberikan panjang umur, kesehatan, yang petani bisa makmur, yang dagang untungnya banyak berkah begitu," pungkas dia.
(dil/dil)