Cap Go Meh Bareng Valentine, Panitia Imlek di Semarang Bagikan Cokelat

Cap Go Meh Bareng Valentine, Panitia Imlek di Semarang Bagikan Cokelat

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Jumat, 14 Feb 2025 20:43 WIB
Suasana perayaan Cap Go Meh di Rasa Dharma, Kelurahan Kranggan, Kota Semarang, Jumat (14/2/2025).
Suasana perayaan Cap Go Meh di Rasa Dharma, Kelurahan Kranggan, Kota Semarang, Jumat (14/2/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
Semarang -

Perayaan Cap Go Meh di Rasa Dharma, perkumpulan sosial dan kebudayaan Tionghoa di Semarang, kali ini sekaligus untuk merayakan hari kasih sayang atau Valentine's Day. Panitia acara membagikan cokelat ke hadirin.

Pantauan detikJateng di Rasa Dharma, Kelurahan Kranggan, Kecamatan Semarang Tengah, para tamu kompak mengenakan pakaian bernuansa merah dan pink. Dua warna itu sebagai simbol perayaan Cap Go Meh bertepatan dengan hari Valentine.

Hadirin Cap Go Meh itu tak hanya dari kalangan Tionghoa, ada pula masyarakat setempat dari berbagai etnis dan agama. Ketua Rasa Dharma, Harjanto Halim mengatakan Cap Go Meh ini juga disemarakkan oleh Komunitas Difabel Mandiri, Kinasih, dan Komunitas Bisindo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suasana perayaan Cap Go Meh di Rasa Dharma, Kelurahan Kranggan, Kota Semarang, Jumat (14/2/2025).Suasana perayaan Cap Go Meh di Rasa Dharma, Kelurahan Kranggan, Kota Semarang, Jumat (14/2/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng

"Cap Go Meh ini hampir sama seperti 'bada Syawal', dua minggu setelah Imlek, sebagai penutup saat malam tanggal 15. Banyak berkah, itu doa yang diucapkan supaya kita lebih mantap," kata Halim, Jumat (14/2/2025) sore.

"Sekaligus untuk merayakan Valentine, membagikan coklat kepada semua orang. Jadi Valentine nggak cuma untuk pacar, tapi semuanya," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Menurut Halim, perayaan Cap Go Meh sekaligus menjadi wadah silaturahmi masyarakat. Menu yang dihidangkan ada ronde hingga lontong sayur.

Suasana perayaan Cap Go Meh di Rasa Dharma, Kelurahan Kranggan, Kota Semarang, Jumat (14/2/2025).Suasana perayaan Cap Go Meh di Rasa Dharma, Kelurahan Kranggan, Kota Semarang, Jumat (14/2/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng

"Yang saya kaget ada ronde, karena itu bukan untuk Tionghoa peranakan, tapi untuk Tiongkok. Jarang sekali ada ronde," ujar dia.

"Ronde itu bunder, manis, menghangatkan, semuanya harus utuh. Sedangkan lontong menjadi simbol akulturasi yang nyata di masyarakat, Kota Semarang khususnya," imbuh Halim.

Halim menambahkan, perayaan Cap Go Meh tidak jauh berbeda dengan budaya makan ketupat saat Idul Fitri. Dia berharap Cap Go Meh yang bisa diikuti semua kalangan ini semakin menyuburkan toleransi di Kota Semarang.

"Perayaan apapun, Cap Go Meh, Natalan, Lebaran, harusnya bisa menjalin silaturahmi antaretnis, antargolongan. Perayaan seperti ini harus bisa jadi jembatan dan pintu, jangan jadi pagar dan tembok," ucap dia.

Salah satu anggota Komunitas Difabel Mandiri, Rizma Meitarusi mengaku senang bisa turut merayakan Cap Go Meh di Rasa Dharma.

"Senang banget, nggak nyangka diundang. Alhamdulillah jadi bisa tahu tradisi Cap Go Meh, tahu sejarahnya, filosofinya. Karena ini pertama kali ikut," kata Rizma.

Menurut Risma, perayaan ini menjadi inklusif karena merangkul semua lapisan masyarakat.

"Acaranya ini gabung, Valentine dan Imlek. Jadi aku dapat cokelat juga," ujar dia.

Dalam perayaan itu, para tamu menyimak cerita sejarah Cap Go Meh secara santai dan disampaikan dengan penuh humor. Selain menyantap hidangan, mereka juga saling mengobrol hingga berdendang bersama.




(dil/rih)


Hide Ads