Pengertian Guru Wilangan, Guru Lagu, dan Guru Gatra dalam Tembang Macapat

Pengertian Guru Wilangan, Guru Lagu, dan Guru Gatra dalam Tembang Macapat

Syifa`ul Husna - detikJateng
Rabu, 12 Feb 2025 12:15 WIB
Aturan struktur tembang macapat.
Guru wilangan, guru lagu, dan guru gatra tembang macapat. (Foto: Tangkapan Layar Buku Macapat Tembang Jawa Indah dan Kaya Makna terbitan Kemdikbud)
Solo -

Tembang macapat adalah puisi tradisional dalam bahasa Jawa yang disusun dengan aturan tertentu. Aturan-aturan tersebut berupa jumlah baris atau guru gatra, jumlah suku kata atau guru wilangan, dan bunyi sajak akhir setiap baris atau guru lagu.

Dulunya tembang macapat digunakan para orang tua untuk memberikan nasihat kepada anaknya tentang arti kehidupan. Ajaran agama dan nilai-nilai moral yang terkandung di tembang macapat mudah diterima karena disampaikan dengan rangkaian kata yang indah.

Tembang macapat terdiri dari 11 jenis, yaitu maskumambang, mijil, sinom, kinanti, asmarandana, gambuh, dandanggula, durma, pangkur, megatruh, dan pucung. Masing-masing tembang macapat tersebut memiliki guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu yang berbeda-beda. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai pengertian guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu pada beserta contohnya pada 11 tembang macapat yang dikutip dari buku berjudul Macapat Tembang Jawa, Indah, dan Kaya Makna karya Zahra Haidar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengertian Guru Gatra, Guru Wilangan, dan Guru Lagu

Guru Gatra

Guru gatra adalah banyaknya jumlah baris dalam satu bait. Jumlah guru gatra memengaruhi ritme pembacaan puisi. Berbagai jenis tembang macapat memiliki aturan yang berbeda-beda pada jumlah barisnya.

Guru Wilangan

Guru wilangan adalah banyaknya jumlah suku kata (wanda) dalam setiap baris pada tembang macapat.

ADVERTISEMENT

Guru Lagu

Guru lagu adalah bunyi sajak pada akhir kata dalam setiap baris. Bunyi sajak ini berupa aksara vokal yang terdiri dari a, i, u, e, o. Maksudnya akhir kata pada setiap baris harus memiliki bunyi dari salah satu huruf vokal.

Contoh Guru Gatra, Guru Wilangan, dan Guru Lagu pada Tembang Macapat

Setiap tembang macapat memiliki perbedaan pada guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan. Hal ini menjadi ciri khas tersendiri pada keindahan tembang macapat. Berikut ini contohnya.

1. Tembang Pocung

Ngelmu iku kalakone kanthi laku,

Lekase lawan kas,

Tegese kas nyantosani,

Setya budya pengekesing dur angkara.

Tembang Pocung di atas memiliki guru gatra atau baris sebanyak 4. Guru wilangan atau jumlah suku kata pada setiap barisnya adalah 12, 6, 8, 12. Sedangkan guru lagu atau bunyi akhir suku kata setiap barisnya adalah u, a, i, a.

2. Tembang Maskumambang

Dhuh anak mas sira wajib angurmati,

Marang yayah rena,

Aja pisan kumawani,

Anyenyamah gawe susah.

Tembang Maskumambang di atas memiliki guru gatra atau baris sebanyak 4. Guru wilangan atau jumlah suku kata pada setiap barisnya adalah 12, 6, 8, 8. Sedangkan guru lagu atau bunyi akhir suku kata setiap barisnya adalah i, a, i, a.

3. Tembang Gambuh

Sekar gambuh ping catur,

Kang cinatur polah kang kalantur,

Tanpa tutur katula-tula katali,

Kadalu warsa kapatuh,

Katutuh pan dadi awon.

Tembang Gambuh di atas memiliki guru gatra atau baris sebanyak 5. Guru wilangan atau jumlah suku kata pada setiap barisnya adalah 7, 10, 12, 8, 8. Sedangkan guru lagu atau bunyi akhir suku kata setiap barisnya adalah u, u, i, u, o.

4. Tembang Megatruh

Kabeh iku mung manungsa kang pinujul,

Marga duwe lahir batin,

Jroning urip iku mau,

Isi ati klawan budi,

Iku pirantine ewong.

Tembang Megatruh di atas memiliki guru gatra atau baris sebanyak 5. Guru wilangan atau jumlah suku kata pada setiap barisnya adalah 12, 8, 8, 8, 8. Sedangkan guru lagu atau bunyi akhir suku kata setiap barisnya adalah u, i, u, i, o.

5. Tembang Mijil

Dedalane guna lawan sekti,

Kudu andhap asor,

Wani ngalah dhuwur wekasane,

Tumungkula yen dipundukani,

Bapang den simpangi,

Ana catur mungkur.

Tembang Mijil di atas memiliki guru gatra atau baris sebanyak 6. Guru wilangan atau jumlah suku kata pada setiap barisnya adalah 10, 6, 10, 10, 6, 6. Sedangkan guru lagu atau bunyi akhir suku kata setiap barisnya adalah i, o, e, i, i, u.

6. Tembang Sinom

Nuladha laku utama,

Tumraping wong tanah Jawi,

Wong agung ing Ngeksiganda,

Panembahan Senapati,

Kepati amarsudi,

Sudane hawa lan nepsu,

Pinesu tapa brata,

Tanapi ing siyang ratri,

Amemangun karyenak tyas ing sasama.

Tembang Sinom di atas memiliki guru gatra atau baris sebanyak 9. Guru wilangan atau jumlah suku kata pada setiap barisnya adalah 8, 8, 8, 8, 7, 8, 7, 8, 12. Sedangkan guru lagu atau bunyi akhir suku kata setiap barisnya adalah a, i, a, i, i, u ,a ,i, a.

7. Tembang Dandanggula

Nanging yen sira ngguguru kaki,

Amiliha manungsa kang nyata,

Ingkang becik martabate,

Sarta kang wruh ing kukum,

Kang ngibadah lan kang ngirangi,

Sukur oleh wong tapa,

Ingkang wus amungkul,

Tan mikir pawewehing liyan,

Iku pantes sira guronana kaki,

Sartane kawruhana.

Tembang Dandanggula di atas memiliki guru gatra atau baris sebanyak 10. Guru wilangan atau jumlah suku kata pada setiap barisnya adalah 10, 10, 8, 7, 9, 7, 6, 8, 12, 7. Sedangkan guru lagu atau bunyi akhir suku kata setiap barisnya adalah i, a, e, u, i, a, u ,a ,i, a.

8. Tembang Kinanthi

Mangka kanthining tumuwuh,

Salami mung awas eling,

Eling lukitaning alam,

Dadi wiryaning dumadi,

Supadi nir ing sangsaya,

Yeku pangreksaning urip

Tembang Kinanthi di atas memiliki guru gatra atau baris sebanyak 6. Guru wilangan atau jumlah suku kata pada setiap barisnya adalah 8, 8, 8, 8, 8, 8, 8. Sedangkan guru lagu atau bunyi akhir suku kata setiap barisnya adalah u, i, a, i, a, i.

9. Tembang Asmarandana

Gegaraning wong akrami,

Dudu bandha dudu rupa,

Amung ati pawitanΓ©,

Luput pisan kena pisan

Yen gampang luwih gampang,

Yen angèl angèl kalangkung,

Tan kena tinumbas arta.

Tembang Asmarandana di atas memiliki guru gatra atau baris sebanyak 7. Guru wilangan atau jumlah suku kata pada setiap barisnya adalah 8, 8, 8, 8, 7, 8, 8. Sedangkan guru lagu atau bunyi akhir suku kata setiap barisnya adalah i, a, e, a, a, u, a.

10. Tembang Durma

Dipunsami hambanting sariranira,

Cecegah dhahar guling,

Darapon sudaa,

Napsu kang ngambra-ambra,

Rerema hing tyasireki,

Dadi sabarang,

Karsanira lestari.

Tembang Durma di atas memiliki guru gatra atau baris sebanyak 7. Guru wilangan atau jumlah suku kata pada setiap barisnya adalah 12, 7, 6, 7, 8, 5, 7. Sedangkan guru lagu atau bunyi akhir suku kata setiap barisnya adalah a, i, a, a, i, a, i.

11. Tembang Pangkur

Mingkar-mingkuring angkara,

Akarana karenan mardi siwi,

Sinawung resmining kidung,

Sinuba sinukarta,

Mrih kertarto, pakartining ngelmu luhung,

Kang tumrap neng tanah Jawa,

Agama-ageming aji.

Tembang Pangkur di atas memiliki guru gatra atau baris sebanyak 7. Guru wilangan atau jumlah suku kata pada setiap barisnya adalah 8, 11, 8, 7, 12, 8, 8. Sedangkan guru lagu atau bunyi akhir suku kata setiap barisnya adalah a, i, u, a, u, a, i.

Demikian uraian singkat tentang pengertian guru wilangan, guru lagu, dan guru gatra dalam tembang macapat lengkap dengan contohnya. Semoga informasi ini bermanfaat, Lur!

Artikel ini ditulis oleh Syifa`ul Husna peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(sto/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads