Tembang macapat adalah puisi tradisional dalam Bahasa Jawa yang disusun dengan aturan-aturan tertentu yang meliputi guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu. Masing-masing tembang macapat memiliki filosofi dan watak yang berbeda dengan tujuan menyampaikan nilai-nilai moral tentang arti kehidupan.
Tembang macapat terdiri dari 11 tembang, yaitu Maskumambang, Mijil, Sinom, Kinanti, Asmarandana, Gambuh, Dandanggula, Durma, Pangkur, Megatruh, dan Pocung. Sebelas tembang tersebut menceritakan perjalanan kehidupan manusia mulai dari manusia sebelum dilahirkan, kemudian lahir dan tumbuh kembang, mengenal cinta, hingga manusia meninggal dan kembali ke alam ruh.
Tembang macapat sering ditemui di acara pertunjukan wayang, karawitan, dan mata pelajaran bahasa Jawa. Mengutip dari laman Institut Islam Nahdlatul Ulama dan Desa Wonosari Kabupaten Gunungkidul berikut ini filosofi dan watak dari 11 tembang macapat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Filosofi dan Watak Tembang Macapat
1. Maskumambang
Filosofi
Tembang Maskumambang menggambarkan tentang kehidupan manusia saat masih berada di alam ruh. Kemudian ruh tersebut ditanamkan ke dalam rahim ibu. Kata 'mas' memiliki arti dapat memahami jati diri dan kata 'kumambang' memiliki arti kemapul atau kehidupan yang masih melayang dan bergantung pada ibu.
Watak
Tembang Maskumambang memiliki watak yang mencerminkan suasana penderitaan, sedih, dan duka.
2. Mijil
Filosofi
Kata mijil berasal dari kata mbrojol yang artinya keluarnya jabang bayi dari rahim ibu. Tembang ini menceritakan tentang proses kelahiran manusia yang masih suci, lemah, dan harus dilindungi.
Watak
Tembang Mijil memiliki watak yang mencerminkan suasana penuh nasihat, cinta, dan terbuka.
3. Sinom
Filosofi
Kata sinom memiliki arti pucuk pohon yang bertunas dan berbunga. Tembang Sinom menggambarkan kehidupan manusia masa muda. Pada masa ini digambarkan manusia memiliki gambaran yang indah dan penuh harapan.
Watak
Tembang Sinom memiliki watak ramah, sabar, dan mengedepankan perilaku saudara.
4. Kinanthi
Filosofi
Kata kinanthi berasal dari kata kanthi yang bermakna seseorang membutuhkan tuntunan atau jalan yang benar agar cita-citanya terwujud. Tembang Kinanthi menggambarkan masa pembentukan jati diri untuk meraih cita-cita.
Watak
Tembang Kinanthi memiliki watak yang penuh nasehat dan dapat menjadi teladan yang baik.
5. Asmaradana
Filosofi
Kata asmaradana memiliki arti cinta. Tembang ini menggambarkan masa-masa asmara yang penuh percintaan dan kasih sayang antara laki-laki dan perempuan.
Watak
Tembang Asmaradana memiliki watak yang mencerminkan perasaan cinta, sedih, dan penderitaan.
6. Gambuh
Filosofi
Gambuh memiliki arti jumbuh atau bersatu. Tembang ini menceritakan manusia yang berkomitmen dalam perkawinan untuk menyatukan cinta dalam rumah tangga.
Watak
Tembang Gambuh memiliki watak yang mencerminkan rasa penuh persaudaraan, persahabatan, dan keramahan.
7. Dhandhanggula
Filosofi
Dhandhanggula terdiri dari kata 'dhandang' yang artinya harapan dan kata 'gula' yang artinya manis. Tembang Dhandhanggula menceritakan kehidupan manusia yang telah mencapai tahap kesejahteraan dan mapan secara sosial. Artinya kehidupan manusia sudah mencapai fase kecukupan sandang, papan, dan pangan.
Watak
Tembang Dhandhanggula memiliki watak umum, luwes, dan menyentuh hati.
8. Durma
Filosofi
Kata durma memiliki arti pemberian. Tembang Durma menggambarkan bahwa dalam menjalani kehidupan, seseorang harus melakukan sedekah atau berbagi kepada sesama.
Watak
Tembang Durma memiliki watak penuh gairah, penuh amarah, dan tegas.
9. Pangkur
Filosofi
Kata pangkur berasal dari kata mungkur yang artinya meninggalkan. Tembang ini menggambarkan tentang hawa nafsu dan angkara murka pada manusia yang harus ditinggalkan. Sebab hawa nafsu negatif dapat menggerogoti jiwa manusia.
Watak
Tembang Pangkur memiliki watak pemberani, berhati besar, dan sentosa. Lagu ini cocok untuk menggambarkan semangat perjuangan pahlawan.
10. Megatruh
Filosofi
Kata megatruh berasal dari kata megat roh. Artinya keadaan manusia yang mengalami perpisahan antara nyawa dan jasad atau mengisahkan kematian manusia.
Watak
Tembang Megatruh memiliki watak sedih dan sengsara.
11. Pocung
Filosofi
Pucung berasal dari kata pocong atau jasad manusia yang dibungkus kain mori putih. Tembang ini menceritakan jasad manusia yang dikuburkan di tempat peristirahatan.
Watak
Tembang Pocung memiliki watak kemandirian dan kebebasan. Tembang pocung biasanya menceritakan hal-hal lucu untuk memberikan nasehat.
Demikian penjelasan tentang filosofi dan watak 11 tembang macapat dari Tembang Maskumambang hingga Pocung. Semoga bermanfaat, Lur!
Artikel ini ditulis oleh Syifa`ul Husna peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(sto/cln)