7 Prosa Bahasa Jawa Lengkap dengan Sejarah dan Contohnya

7 Prosa Bahasa Jawa Lengkap dengan Sejarah dan Contohnya

Nur Umar Akashi - detikJateng
Selasa, 21 Jan 2025 12:36 WIB
Ilustrasi kumpulan buku
Ilustrasi buku. (Foto: Freepik/freepik)
Solo -

Sebagaimana bahasa-bahasa lainnya, bahasa Jawa juga memiliki prosa yang menarik untuk disimak. Selain jenis-jenisnya yang beragam, prosa bahasa Jawa juga memiliki sejarah perkembangan panjang di Nusantara.

Menurut definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia, prosa adalah karangan bebas (tidak terikat oleh kaidah yang terdapat dalam puisi). Sementara itu, dirujuk dari buku Apresiasi Prosa Fiksi oleh Satinem, prosa sering juga disebut dengan istilah fiksi. Artinya, prosa adalah karya naratif yang menceritakan sesuatu dengan sifat rekaan atau kenyataan berdasar khayalan.

Karakteristik prosa sebagaimana dijelaskan oleh Eka Nova Ali Vardani dalam modul kuliah Prosa Indonesia adalah bersifat fiksi atau rekaan, menyerupai kenyataan, bentuk karangan biasanya narasi, memiliki fungsi menghibur, dan memiliki unsur-unsur intrinsik (tokoh, peristiwa, latar, alur, dan pesan/ajaran).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk lebih memahami prosa bahasa Jawa, detikers dapat membaca uraian di bawah ini seputar sejarah dan jenis-jenisnya.

Sejarah Prosa Jawa

Dirangkum dari diktat bertajuk Sejarah Sastra Jawa oleh Drs Afendy Widayat Suwardi, sastra Jawa sebagai bagian dari budaya Jawa telah berkembang sejak zaman dahulu. Sejarah mencatat, sastra Jawa tidak lepas dari pengaruh yang didapat dari bahasa-bahasa lain, seperti Sansekerta dan Arab.

ADVERTISEMENT

Semula, budaya Jawa diwarnai dengan animisme dan dinamisme. Berangkat dari budaya ini, tampak adanya bentuk sastra lisan seperti doa yang disampaikan saat acara sesaji untuk makhluk supernatural penguasa tempat tertentu. Dari satu sisi, doa-doa yang dipakai dianggap bernilai sebagai karya sastra.

Pada awal Masehi, agama Hindu dan Buddha masuk ke Jawa. Masuknya dua agama ini juga dibarengi dengan kebudayaan-kebudayaan, termasuk di antaranya cerita-cerita yang dianggap suci. Setelah melalui proses penyesuaian, cerita-cerita ini diterima sebagai mite atau legenda milik orang Jawa.

Sebagai contoh, dalam Serat Pustaka Raja oleh Ranggawarsita, raja-raja di Jawa dituliskan sebagai keturunan Pandu Raja di Astina dalam kisah pewayangan. Contoh lainnya, konsep poliandri pada pernikahan Drupadi dengan para Pandawa, diubah menjadi monogami saja, yakni antara Drupadi dengan Puntadewa.

Prosa Jawa terus mengalami perkembangan hingga agama Islam masuk di akhir masa Kerajaan Majapahit. Agama Islam memberikan pengaruh yang kuat pada kesusastraan Jawa sehingga muncullah sastra mistik Islam-kejawen seperti suluk dan wirid. Lambat laun, karya sastra seperti kisah pewayangan juga turut terkena efek dari budaya Islam.

Dalam perkembangan selanjutnya, yakni pada awal abad ke-20, bentuk-bentuk prosa Jawa modern seperti roman, novel, dan cerita pendek mulai dikenal. Kondisi ini menunjukkan keterbukaan masyarakat Jawa untuk menerima unsur-unsur dari Barat melalui proses globalisasi.

Darusuprapta memberikan usulan periodisasi untuk menjelaskan sejarah sastra jawa sebagai berikut:

  1. Sastra Jawa kuna (karya sastra parwa, kakawin mayor, dan kakawin minor)
  2. Sastra Jawa tengahan (karya prosa Jawa tengahan dan kidung)
  3. Sastra Jawa baru/modern (antara lain karya sastra wulang, cerita lakon, dongeng, babad, novel, dan geguritan)

Jenis Prosa Jawa

Dihimpun dari buku Piwulang Basa Jawi oleh Heru Subrata, prosa dalam bahasa Jawa dapat ditinjau dari periodisasi yang dibuat Darususprapta. Rincian ringkasnya adalah sebagai berikut:

1. Parwa

Berdasar penjelasan dalam tulisan berjudul Sastra Parwa dalam Studi Sastra Jawa Kuna oleh I Ketut Nuarca, dijelaskan bahwasanya parwa adalah prosa Jawa kuno yang mengandung cerita epik. Contohnya adalah Agastyaparwa, Uttarakanda, dan Brahmandhapurana.

2. Mite

Diambil dari bahan ajar berjudul Prosa Jawa Modern yang diunggah laman resmi Universitas Negeri Yogyakarta, di antara prosa berbentuk mite dalam bahasa Jawa adalah Serat Cariyosipun Ulam Kutuk Ngrabeni Tiyang Estri (1914).

3. Legenda

Legenda adalah cerita rakyat yang berasal dari tradisi lisan masyarakat Jawa. Permisalan prosa bahasa Jawa berupa legenda adalah Rara Kadreman yang dibuat oleh Kuswadiardja pada 1916.

4. Dongeng

Contoh judulnya adalah Sato Kewan, Tunggal Ati, Campur Bawur, Wulang Darma, dan Empol-Empil.

5. Novel

Novel adalah karya sastra berbentuk prosa yang panjang dan kompleks. Sama seperti cerita pendek, novel memiliki karakter, plot, hingga setting. Hanya saja, novel jauh lebih kompleks dan rumit. Di antara contoh prosa bahasa Jawa berupa novel adalah Serat Riyanta (Soelardi, 1920).

6. Cerita Pendek (Cerpen)

Memiliki cerita yang relatif singkat dibandingkan novel, cerpen umumnya hanya berfokus pada satu peristiwa atau episode penting dalam hidup. Di antara contoh judul cerpen selaku prosa bahasa Jawa adalah Dayaning Lebaran, Dhawahing Kabegjan Ingkang Boten Kenging Dipuntulad, dan Aku Eling ing Kasetyan.

7. Roman

Sastra Jawa juga memiliki prosa berupa roman. Roman adalah cerita yang menggambarkan kehidupan orang dari lahir sampai mati. Jenisnya pun berbeda-beda, contohnya roman adat, roman sosial, dan roman detektif. Permisalan roman Jawa adalah Godhane Prawan Ayu, Dawet Ayu, dan Kembang Brayan Idan Ayu Rani.

Itulah penjelasan lengkap mengenai sejarah prosa bahasa Jawa berikut tipe dan contoh-contohnya. Semoga penjelasannya mencerahkan, ya!




(sto/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads