Zaman memang sudah modern, tetapi sebagian masyarakat Jawa masih menggunakan perhitungan kuno untuk menentukan nasib perjodohan atau perkawinan. Jika hasil perhitungan jodoh tibo pati, sebagian besar orang tua memilih untuk tidak melanjutkan perjodohan anaknya tersebut.
Menurut Kejawen: Jurnal Kebudayaan Jawa yang diterbitkan oleh Universitas Negeri Yogyakarta Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah, masyarakat Jawa memiliki pedoman pasatoan salaki rabi, yaitu panduan dalam mencari pasangan hidup yang salah satunya ditentukan berdasarkan neptu atau weton kelahiran.
Lalu, apakah arti dari jodoh tibo pati sebenarnya dan mengapa banyak orang tua memilih untuk menghentikan perjodohan jika mendapatkan hasil ini? Mari simak pembahasan selengkapnya di bawah ini!
Arti Perhitungan Jodoh Tibo Pati
Dikutip dari buku Primbon Masa Kini oleh Romo RDS Ranoewidjojo, dalam perhitungan jodoh menurut primbon Jawa, sisa angka empat artinya tibo pati. Hasil ini melambangkan suatu hubungan yang tidak baik.
Watak 'pati' seringkali diartikan sebagai pertanda adanya kesulitan dan kerusakan yang terus terjadi dalam sebuah hubungan. Jika dalam perhitungan jodoh seseorang mendapatkan angka ini, dipercaya bahwa hubungan tersebut akan menghadapi banyak tantangan dan mungkin tidak akan berjalan dengan lancar.
Watak 'pati' juga sering dikaitkan dengan ketidakberuntungan. Dalam konteks hubungan, pasangan yang jatuh pada angka ini bisa saja sering mengalami perselisihan, perbedaan pendapat, dan masalah yang sulit diselesaikan.
Ketidakharmonisan menjadi ciri khas dari hubungan yang terkena pengaruh 'pati'. Kondisi ini membuat hubungan rentan terhadap kegagalan atau bahkan perpisahan.
Meskipun begitu, kepercayaan ini didasarkan pada tradisi dan keyakinan masyarakat Jawa kuno. Tidak sedikit yang memilih untuk tidak terlalu terikat pada perhitungan ini dan lebih fokus pada usaha untuk memperbaiki hubungan melalui komunikasi dan pengertian yang lebih baik.
Perhitungan Jodoh Berdasarkan Weton
1. Menghitung Neptu
Pertama, kita perlu menghitung neptu terlebih dahulu dari kedua belah pihak. Neptu sendiri merupakan jumlah nilai hari dan pasaran pada saat kelahirannya.
Berdasarkan informasi yang tertera pada Kejawen: Jurnal Kebudayaan Jawa yang dipublikasikan Universitas Negeri Yogyakarta Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah, berikut ini adalah perhitungan neptu yang terdapat pada primbon Betaljemur Adammakna (KPH Cakraningrat).
Hari dan nilainya:
- Ahad: 5
- Senin: 4
- Selasa: 3
- Rabu: 7
- Kamis: 8
- Jumat: 6
- Sabtu: 9
Pasaran dan nilainya:
- Kliwon: 8
- Legi: 5
- Pahing: 9
- Pon: 7
- Wage: 4
2. Menghitung Pasatoan Salaki Rabi
Setelah mendapatkan neptu dari kedua belah pihak, sekarang kita bisa menghitung perjodohannya atau pasatoan salaki rabi. Caranya adalah menjumlahkan neptu dari pria dan wanita, kemudian membaginya dengan angka 5 atau mengurangi dengan angka kelipatan 5 terdekat. Agar lebih memahaminya, detikers dapat menyimak contoh berikut ini.
Wisnu adalah pria yang lahir pada Senin Kliwon dan Jeni lahir pada Rabu Legi. Maka dapat kita hitung dengan cara ini:
- Neptu Wisnu: 4 + 8 = 12
- Neptu Jeni: 7 + 5 = 12
- Penjumlahan neptu Wisnu dan Jeni: 12 + 12 = 24
- Pengurangan dengan kelipatan 5 terdekat: 24 - 20 = 4
Karena sisa perhitungan adalah 4, perhitungan jodoh antara Wisnu dan Jeni tibo pati atau dihadapkan pada kehancuran.
Demikian penjelasan mengenai perhitungan jodoh tibo pati berdasarkan primbon Jawa. Semoga dapat memberikan manfaat, detikers!
(sto/apu)