Menelusuri Pati Hotel yang Pernah Jadi Markas Tentara Pelajar Saat Penjajahan

Menelusuri Pati Hotel yang Pernah Jadi Markas Tentara Pelajar Saat Penjajahan

Dian Utoro Aji - detikJateng
Minggu, 18 Agu 2024 09:25 WIB
Pati Hotel yang berdiri sejak zaman penjajahan Belanda sampai sekarang tetap eksis, Kamis (16/8/2024).
Pati Hotel yang berdiri sejak zaman penjajahan Belanda sampai sekarang tetap eksis, Kamis (16/8/2024).Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng
Pati -

Pati Hotel, yang merupakan hotel pertama di Kabupaten Pati merupakan saksi bisu saat terjadinya penjajahan Belanda. Hotel yang masih eksis hingga sekarang itu bahkan pernah dipinjam sebagai markas tentara pelajar atau Brigade 17 yang juga memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Lalu seperti apa ceritanya?

Pantauan detikJateng, Pati Hotel yang berada di Jalan Jenderal Sudirman memiliki suasana yang ramai lantaran pengunjung yang hilir keluar masuk. Hotel itu juga dilengkapi dengan kolam renang yang membuat warga sering berdatangan hanya untuk sekadar berenang.

Di bagian atas depan hotel tertera tulisan tahun 1926. Namun menurut keterangan pengelola hotel bangunan tersebut sudah banyak dilakukan renovasi sehingga bangunan yang asli sudah tidak bisa dilihat lagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat menelusuri ruang depan bagian aula terdapat papan informasi mengenai sejarah asal-usul berdirinya Pati Hotel. Tertulis, Pati Hotel didirikan pada tahun 1926 atau zaman penjajahan Belanda.

Pati Hotel didirikan oleh saudagar Tanah Jawa yang bertempat di Juana. Saudagar itu bernama Tuan Tan (Tan Shi Ging), yang merupakan seorang pedagang rempah-rempah.

ADVERTISEMENT

Dijelaskan pula dalam tulisan itu, alasan Mr Tan mendirikan Pati Hotel lantaran memiliki banyak rekan sesama pedagang. Kemudian bangunan itu dinamai Pati Hotel lantaran merupakan hotel pertama dan satu-satunya pada zaman tersebut.

Pati Hotel berada di pinggir Jalan Daendels, nama Gubernur Jenderal Belanda kala itu. Jumlah kamar di Pati Hotel dulu hanya ada 18 kamar berukuran 5x6 meter dan dilengkapi ruang restoran ukuran 10x12 meter.

Pati Hotel juga masuk dalam daftar katalog yang dikeluarkan oleh Asosiasi Hotel di Singapura. Maka banyak turis dari Belanda yang bernostalgia dan menginap di Pati Hotel. Termasuk eks tenaga ahli pabrik gula Trangkil yang berasal dari Belanda.

Monumen Teroeskan Pati.Monumen Teroeskan Pati. Foto: dok. Patikab.go.id

Jadi Markas Tentara Pelajar

Dijelaskan lebih lanjut, Pati Hotel sempat dipinjam oleh tentara pelajar atau Brigade 17 untuk dijadikan markas komando. Pada saat itu terjadi konfrontasi antara tentara Republik Indonesia (TRI) dengan Belanda. TRI bekerja sama dengan tentara pelajar mempertahankan Kudus ke timur.

Kemudian pada tahun 1949, tentara pelajar akhirnya bisa kembali ke bangku sekolah lantaran keadaan mereda setelah adanya perjanjian Linggarjati antara RI dengan Belanda. Setelah mereka tamat sekolah, banyak eks tentara pelajar yang diketahui menjadi orang-orang penting dalam pemerintahan.

Untuk mengenang jasa tentara pelajar, bahkan didirikan pula Monumen Teruskan yang berlokasi tepat di depan hotel. Manajer Hotel Pati, Tugino, juga membenarkan terkait sejarah tersebut.

"Dulunya bernama losmen Pati terus menjadi Hotel Pati. Karena dulu satu-satunya hotel ya Pati ini," jelasnya kepada detikJateng, Kamis (15/8/2024).

Menurutnya, Pati Hotel sampai sekarang masih eksis dan telah memiliki total 68 kamar. Harganya mulai dari Rp 100 ribu sampai dengan Rp 600 ribu.

"Alhamdulillah banyak bertumbuhnya hotel banyak, tempat kosan banyak, rezeki terbagi dan Alhamdulillah bisa jalan," terangnya.

Dihubungi terpisah, Pemerhati Sejarah Pati, Ragil Haryo, mengatakan Pati Hotel dulunya merupakan losmen Pati. Saat masa Belanda namanya Hotel Des Indes. Lalu pada masa Jepang berganti menjadi Tacibana.

"Seiring waktu menjadi Hotel Pati," jelas Ragil kepada detikJateng, Jumat (16/8/2024).

Menurutnya, letak Pati Hotel sangat strategis karena berada di pinggir Jalan Daendels yang sekarang berubah menjadi nama Jalan Jenderal Sudirman. Selain itu, Pati Hotel dulunya terletak dekat dengan stasiun dan kantor Karesidenan Pati. Tak ayal banyak orang menginap di Pati Hotel.

"Sehingga ada fasilitas umum yang modern, apalagi depan hotel kawasan cita rasa Eropa. Dan memang untuk hotel sangat menguntungkan karena dekat dengan stasiun kereta, dekat dengan karesidenan, jadi orang mengurus administrasi tetap menginap di losmen Pati," ungkap Ragil.




(cln/ahr)


Hide Ads