Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa yang memiliki ciri khas karena memiliki aturan penggunaan yang berbeda karena disesuaikan dengan lawan bicara. Salah satunya ada bahasa Jawa ngoko alus yang contohnya akan dipaparkan berikut ini.
Berdasarkan informasi yang dibagikan dalam buku 'Belajar Bahasa Daerah Jawa Untuk Mahasiswa PGSD dan Guru SD' karya Rian Damariswara, disampaikan bahwa ngoko alus adalah bentuk undha-usuk dalam bahasa Jawa yang tersusun dari dua kosa kata dalam tingkatan bahasa Jawa yang berbeda. Tingkatan bahasa Jawa yang dimaksud adalah ngoko dan krama.
Sama seperti bentuk bahasa Jawa yang lainnya, ngoko alus juga masih digunakan dalam keseharian masyarakat Jawa. Agar dapat mengenal secara lebih dekat mengenai ngoko alus, detikJateng telah merangkum beberapa contohnya untuk dijadikan sebagai referensi belajar. Berikut 30 contoh percakapan bahasa Jawa ngoko alus beserta pengertian, penggunaan, hingga perbedaannya dengan ngoko lugu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa Itu Ngoko Alus?
Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, ngoko alus memiliki karakteristik tersendiri karena merupakan wujud dari perpaduan antara ngoko dan krama. Sementara itu, disebutkan dalam buku 'Baboning Pepak Basa Jawa' karya Budi Anwari, ngoko alus merupakan bahasa ngoko yang dicampur dengan krama.
Bahasa krama yang terdapat dalam ngoko alus digunakan untuk memberikan penghormatan kepada lawan bicara. Secara umum, kata atau frasa yang menggunakan krama adalah subjek, kata kerja, maupun objeknya.
Penggunaan Ngoko Alus dalam Keseharian
Lantas seperti apa penggunaan ngoko alus dalam keseharian? Mengingat ngoko alus merupakan gabungan dari ngoko dan krama, maka penggunaannya juga hanya diberikan kepada lawan bicara tertentu. Mengutip dari buku 'Piwulang Basa Jawi' karya Heru Subrata, penggunaan ngoko alus dapat ditujukan bagi saudara tua kepada saudara yang lebih muda, tetapi memiliki derajat yang lebih tinggi.
Kemudian ngoko alus juga bisa digunakan oleh istri dari seorang terhormat atau memiliki derajat yang lebih tinggi kepada suaminya. Ngoko alus juga biasanya berlaku bagi orang-orang yang sudah sering menggunakannya satu sama lain.
Sementara itu, masih dikutip dari buku sebelumnya, penggunaan ngoko alus dalam keseharian hanya ditujukan oleh seseorang kepada lawan bicara tertentu. Adapun penggunaannya adalah sebagai berikut:
- Lawan bicara yang memiliki status sama, tetapi masih memiliki rasa menghormati. Contohnya teman seumuran yang sudah lama tidak bertemu.
- Lawan bicara yang statusnya di atas, tetapi memiliki hubungan yang akrab. Contohnya istri kepada suami.
- Lawan bicara yang statusnya bisa lebih tinggi, tetapi bisa juga lebih rendah. Contohnya mertua kepada menantunya.
- Situasi yang tengah membicarakan seseorang dengan kedudukan lebih tinggi. Contohnya saat ada dua orang yang sedang membahas tentang orang lain, tetapi usia atau derajatnya lebih tinggi.
Beda Ngoko Alus dan Ngoko Lugu
Selama ini ngoko alus dan ngoko lugu menjadi bentuk bahasa Jawa yang tak jarang disebut memiliki kemiripan. Padahal keduanya merupakan hal yang sangat berbeda. Baik itu terkait aturan penggunaannya maupun kosa kata yang membentuknya.
Apabila ngoko alus terdiri dari campuran dari bahasa ngoko dan krama, lain halnya dengan ngoko lugu yang tidak ada kramanya sama sekali. Jadi dapat dikatakan ngoko lugu terdiri dari bahasa yang terbentuk dari ngoko saja.
Agar lebih memudahkan dalam memahami secara lebih dekat mengenai perbedaan ngoko alus dan ngoko lugu terdapat perubahan aturan kebahasaan yang perlu untuk diketahui. Dengan memahami perubahan kebahasaan bentuk ngoko lugu menjadi ngoko alus, maka diharapkan detikers dapat lebih mudah dalam mengenal seperti apa bentuk dari ngoko alus itu sendiri. Dikutip dari buku 'Bahasa Jawa XB' karya Eko Gunawan, berikut perubahan bentuk ngoko lugu ke ngoko alus:
- Kata sapaan bagi lawan bicara atau orang yang sedang dibicarakan diubah dari ngoko menjadi krama atau krama inggil.
- Kata kerja yang ditujukan untuk orang lain diubah dari ngoko menjadi krama inggil, tetapi kata kerja untuk diri sendiri diubah dari ngoko menjadi krama andhap.
- Kata benda yang dimiliki oleh lawan bicara atau orang lain yang berwujud ngoko bisa diubah menjadi krama atau krama inggil.
- Afiks yang melekat pada kata kerja tidak perlu diubah dari ngoko menjadi krama.
Contoh Penggunaan Ngoko Alus
Sebagai cara untuk memudahkan detikers dalam lebih memahami mengenai wujud dari ngoko alus, terdapat contoh penggunaan bentuk bahasa tersebut. Masih dikutip dari buku yang sama, berikut akan dipaparkan contoh penggunaan ngoko alus yang berasal dari orang pertama, kedua, dan ketiga:
- Orang pertama: Aku mangan sega pecel.
- Orang kedua: Kowe wis dhahar?
- Orang ketiga: Cahe apa arep dhahar nang kene?
Apabila merujuk dari contoh yang dipaparkan di atas dapat dilihat terdapat kombinasi antara ngoko dan krama. Bahasa ngoko yang dimaksud seperti penggunaan "mangan" yang berasal dari krama andhap dan "dhahar" yang berasal dari krama inggil. Kemudian bahasa ngoko dapat dijumpai pada kata "kowe", "arep", hingga frasa "nang kene".
30 Contoh Percakapan Bahasa Jawa Ngoko Alus
Setelah melihat contoh yang dipakai untuk orang pertama, kedua, dan ketiga, tidak ada salahnya bagi detikers untuk lebih memahami ngoko alus secara lebih dekat melalui contoh percakapan yang akan dipaparkan berikut. Ini 30 contoh percakapan bahasa Jawa ngoko alus yang dapat dijadikan sebagai referensi belajar:
1. A: Wis dhahar, mas?
B: Durung dik.
2. A: Sing arep tindak nyang Jogja sapa, pak?
B: Pak RT karo garwane, bu.
3. A: Panjenengan tindaka dhisik wae, tinimbang kesuwen ngenteni aku.
B: Oke siap.
4. A: Yen kersa mengko dakaturi sejinah.
B: Iki ora ngerepoti?
5. A: Aku mau ngundhuh pelem akeh, panjenengan apa kersa?
B: Yo, sithik wae.
6. A: Mbak, sliramu mengko nek kondur arep nitip apa?
B: Motor, dik.
7. A: Sios tindak Jogja, mas?
B: Iyo mas, panjenengan ora nderek?
8. A: Mbak kersa takdherekake?
B: Tulung yo dik.
9. A: Aku nyuwun pirsa, daleme mas Samsul kuwi, ning endi yo dik?
B: Oh wonten mriku, Mas.
10. A: Lho iki putramu ta?
B: Iyo jeng, wis kelas 12 SMA iki.
11. A: Wingi kae tindak ngendi ta, Mbak?
B: Malioboro Dik, opo kowe ora melu?
12. A: Bapak ngunjuk kopi?
B: Yo Bu, gelem aku.
13. A: Le, awakmu ngasta nang ngendi ta?
B: Wonten kantor Dukcapil Bu.
14. A: Sesuk, Mbah Kakung sida tindakan apa ora Nduk?
B: Nggih Bu, sios.
15. A: Pak Rendi kae dhahar soto entek telung mangkok.
B: Ampuh tenan.
16. A: Ngendikane Pak RT duit rondo digowo Asri.
B: Yo, tak omongne Tuti.
17. A: Pak Lurah sing anyar iki asmane sapa?
B: Pak Srimulyo.
18. A: Panjenengan sida arep ngejak aku apa ora, Mas?
B: Sido Dik, tenanan iki.
19. A: Simbah mengko arep tindak karo sapa?
B: Bapakmu, Dik.
20. A: Dhuwite mau wis diasta apa durung, Pak?
B: Uwis, Bu.
21. A: Sing ireng manis kare garwane Pak Mul.
B: Ojo grenengi wong.
22. A: Aku mengko arep nyuwun dhuwit marang Bu Ani.
B: Ojo lali sisan Bu Isna.
23. A: Ngendikane Bu Tarmi, sesuk Andi mulih esuk.
B: Yo wis, tak pethuk sesuk.
24. A: Bapak mau kondur jam pira?
B: Jam 9 Bu.
25. A: Mbak Susi wis dhahar?
B: Durung dik, isih ana tanggungan iki.
26. A: Matur nuwun marang sapa wae sing wis kersa paring panyaruwe.
B: Sami-sami, mas.
27. A: Panjenengan kok ora dhahar dhisik to Pak, saiki wis jam pitu lo.
B: Nunggu Esti karo Eka mulih dhisik Bu.
28. A: Eyangku isih durung bisa kondur saiki jalaran isih tindak pasar.
B: Yo uwis, tak tunggu nganti kondur.
29. A: Panjenengan mau arep diparingi kok ora kersa, genahe ta?
B: Ora popo, aku wis ana ning omah.
30. A: Kadone mau wis diasta apa durung ta, Mas Nathan?
B: Durung, malah lali aku.
Demikian tadi rangkuman penjelasan mengenai contoh percakapan bahasa Jawa ngoko alus yang disertai dengan pengertian, penggunaannya dalam keseharian, hingga perbedaan dengan ngoko lugu. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan kebahasaan bagi detikers, ya.
(par/ams)