Mengenal Ritual Jamasan Pusaka yang Dilakukan Saat 1 Suro dan Filosofinya

Mengenal Ritual Jamasan Pusaka yang Dilakukan Saat 1 Suro dan Filosofinya

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Minggu, 07 Jul 2024 17:02 WIB
Prosesi jamasan pusaka Museum Tosan Aji, Purworejo, Jumat (12/8/2022).
ilustrasi ritual Jamasan Pusaka. Foto: Rinto Heksantoro/detikJateng
Solo -

Masyarakat Jawa mengenal ritual Jamasan Pusaka yang umumnya dilakukan pada 1 Suro. Tradisi ini masih dipegang teguh oleh Keraton Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran.

Dikutip dari publikasi berjudul Makna Komunikasi Ritual Masyarakat Jawa oleh Galuh Kusuma Hapsari, 1 Suro dipilih untuk Jamasan Pusaka karena dianggap sebagai waktu dengan aura dan vibrasi energi yang sangat positif, baik dalam tradisi Islam maupun Jawa.

Pergantian tahun ini menciptakan kondisi spiritual yang mendukung pembersihan pusaka seperti keris dan tombak secara fisik maupun spiritual. Secara parapsikologi dan psikometri, pusaka seperti memiliki "nyawa" atau energi tersendiri, yang dipercaya mendapat manfaat maksimal dari proses pencucian pada malam tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mari kenali lebih dalam tentang ritual Jamasan Pusaka 1 Suro dengan menyimak penjelasan yang dihimpun dari laman resmi Pemerintah Kota Surakarta serta laman Nahdlatul Ulama berikut ini.

Prosesi Jamasan Pusaka 1 Suro

Terdapat tujuh tahapan dalam prosesi Jamasan Pusaka 1 Suro, berikut adalah penjelasan lebih lengkapnya.

ADVERTISEMENT

1. Susilaning Nglolos Dhuwung

Tahapan pertama adalah "susilaning nglolos dhuwung," yaitu proses penghormatan terhadap pembuat dan pemilik pusaka. Penjamas akan melakukan ritual khusus untuk menghormati dan menghargai orang-orang yang terlibat dalam penciptaan pusaka tersebut.

2. Mutih

Pada tahap ini, pusaka dibersihkan dari kotoran dan karat. Proses ini menggunakan campuran abu dari arang kayu jati, jeruk nipis, dan deterjen.

3. Warangan

Pusaka direndam dalam air campuran khusus dalam proses yang disebut "warangan". Tahapan ini bertujuan untuk membersihkan pusaka secara lebih mendalam dan memastikan tidak ada residu atau kotoran yang tertinggal.

4. Pengeringan dan Keprok

Setelah proses warangan selesai, pusaka dikeringkan menggunakan kain. Kemudian, pusaka melalui proses "keprok," di mana pusaka dipukul atau dipoles dengan teknik tertentu untuk memperkuat dan memoles permukaannya.

5. Penjemuran

Pusaka dijemur di bawah sinar matahari selama beberapa waktu. Penjemuran ini bertujuan untuk memastikan pusaka benar-benar kering sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya.

6. Pemberian Minyak dan Wewangian

Setelah kering, pusaka diberi minyak dan wewangian dari sari mawar, melati, atau cendana. Tahapan ini bertujuan untuk memberikan aroma yang harum dan menjaga kondisi fisik pusaka agar tetap baik.

7. Penutupan dengan Warangan

Tahap terakhir adalah menutupi pusaka dengan warangan. Proses ini memberikan lapisan pelindung pada pusaka dan menambah nilai estetika dengan memberikan tampilan yang lebih menarik dan berkilau.

Filosofi Jamasan 1 Suro

Kata "Jamasan" berarti mencuci atau membersihkan. Jamasan 1 Suro mengandung makna pembersihan fisik dan spiritual. Proses ini tidak hanya membersihkan pusaka seperti keris tetapi juga mengharuskan pemiliknya untuk introspeksi diri.

Ritual ini melibatkan "ubo rampe" seperti jajan pasar, wewangian, air kelapa, dan bunga-bungaan. Selain itu juga ada tumpengan atau doa bersama sebagai wujud rasa syukur.

Pembersihan keris dengan bahan seperti batu arsenik dan air jeruk dilakukan dengan penuh kecermatan setiap 1 Suro. Ini menunjukkan penghormatan terhadap warisan budaya.

Tradisi tersebut mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan hati dan pikiran, serta nilai-nilai seperti keikhlasan, kesabaran, dan ketelitian yang terkandung dalam setiap komponen keris.

Itulah penjelasan lengkap mengenai ritual Jamasan Pusaka yang kerap dilakukan pada 1 Suro. Semoga bermanfaat, detikers!




(sto/dil)


Hide Ads