Menjelang datangnya Tahun Baru Islam atau Hijriah, banyak di antara kita yang mempertanyakan, apakah 1 Muharram itu sama dengan Suro? Untuk memperoleh jawabannya, sebaiknya detikers jangan melewatkan penjelasan di bawah ini!
Meski terdapat kemiripan antara Kalender Islam dan Jawa, faktanya terdapat perbedaan antara 1 Muharram dan 1 Suro. Kedua kalender ini ditentukan berdasarkan peredaran bulan dalam mengelilingi bumi.
Namun, terkadang terdapat selisih hari dalam penanggalan Islam dan Jawa. Dilihat detikJateng dari Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2024, 1 Muharram 1446 H jatuh pada Minggu, 7 Juli 2024. Sementara 1 Suro jatuh pada Senin 8 Juli 2024.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1 Muharram dan Amalannya
1 Muharram merupakan hari pertama dalam penanggalan Hijriah. Dikutip dari buku Kalender Ibadah Sepanjang Tahun oleh Ustadz Abdullah Faqih Ahmad Abdul Wahid, Muharram memiliki arti yang diharamkan atau dilarang.
Nama tersebut diberikan karena umat Islam dilarang atau diharamkan melakukan peperangan di bulan tersebut. Sebelumnya, Muharram disebut sebagai Al-Mu'tamar.
Berikut ini adalah amalan pada 1 Muharram yang sebaiknya dijalankan oleh umat Islam.
- Berpuasa pada hari terakhir Dzulhijjah atau siang hari sebelum malam 1 Muharram
- Membaca doa akhir tahun di hari terakhir Dzulhijjah, setelah sholat ashar atau sebelum masuk waktu maghrib
- Membaca doa awal tahun pada malam 1 Muharram, lebih tepatnya setelah sholat maghrib
- Menghidupkan malam 1 Muharram dengan memperbanyak membaca Al-Quran, berdzikir, dan sholat sunnah
- Berpuasa sunnah pada tanggal 1 Muharram
1 Suro dan Tradisinya
Dikutip dari Tradisi-tradisi Islam Nusantara Perspektif Filsafat dan Ilmu Pengetahuan oleh Puji Rahayu dkk, 1 Suro adalah hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Suro, yang bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah. Kalender Jawa yang berlaku saat ini diterbitkan oleh Sultan Agung. Faktanya, kalender Jawa ini mengacu pada penanggalan Hijriah.
Kalender Jawa versi Sultan Agung menggantikan Kalender Saka yang sebelumnya berlaku. Perlu kita pahami bahwa Kalender Saka tersebut berpedoman pada perjalanan matahari. Sementara Kalender Jawa sekarang menggunakan sistem penanggalan bulan seperti Kalender Hijriah.
Dalam tradisi Jawa, 1 Suro dianggap sebagai waktu yang tepat untuk introspeksi diri dan menjalankan "laku" seperti tirakatan puasa, tidak tidur semalam, atau tidak bicara.
Selain itu, terdapat beberapa pantangan yang berlaku pada saat Suro. Sebagian masyarakat Jawa percaya bahwa saat Suro, mereka dilarang bepergian jauh, menggelar hajatan atau pesta, serta berbicara hal-hal yang tidak baik. Larangan tersebut harus dipatuhi untuk menjauhi 'hukuman'.
Sampai pada akhir pembahasan ini, tentu detikers sudah memahami bahwa 1 Muharram berbeda dengan Suro, bukan? Semua penjelasan di atas bermanfaat!
(rih/apu)