Serunya Grebeg Besar Keraton Solo, Gunungan Ludes Hitungan Menit

Serunya Grebeg Besar Keraton Solo, Gunungan Ludes Hitungan Menit

Tara Wahyu NV - detikJateng
Selasa, 18 Jun 2024 14:37 WIB
Warga berebut gunungan saat Grebeg Besar di Masjid Agung Solo, Selasa (18/6/2024).
Warga berebut gunungan saat Grebeg Besar di Masjid Agung Solo, Selasa (18/6/2024). (Foto: Tara Wahyu NV/detikJateng)
Solo -

Keraton Solo menggelar Grebeg Besar peringatan Hari Raya Idul Adha 1445 H/2024 M. Grebeg dimulai dari Keraton Solo lalu berjalan menuju ke Masjid Agung Solo.

Iring-iringan Grebeg Besar dimulai dari prajurit Keraton Solo, abdi dalem, gunungan, dan gamelan. Sampai di Masjid Agung, dilanjutkan dengan bacaan doa serta rebutan dua gunungan. Gunungan habis menjadi rebutan warga dalam satu menit.

Warga yang hadir sudah bersiap di halaman Masjid Agung untuk meraih gunungan hasil bumi. Salah satunya Umi Salamah yang sedang berlibur di Kota Solo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya dari Jakarta, rombongan 10 orang bersama keluarga. Saya senang sekali, saya rencananya hanya jalan-jalan sama anak, cucu, ponakan tadi sempat lihat kirab tapi nggak bisa nontonnya," kata Umi kepada awak media, Selasa (18/6/2024).

Dia pun langsung menuju ke area gunungan yang akan menjadi rebutan warga. "Tadi saya langsung ke sini (gunungan). Semoga dengan dapat gunungan ini dapat rezeki yang barokah," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Terpisah, Pengageng Parentah Keraton Solo, KGPH Adipati Dipokusumo mengatakan upacara grebeg dalam setahun dilakukan sebanyak tiga kali. Yakni Grebeg Besar (Idul Adha), Grebeg Mulud (Maulud Nabi), dan ketiga Grebeg Syawal Idul Fitri atau setelah puasa.

"Untuk kali ini Grebeg Besar tepat pada hari Selasa, yang perhitungan kalender Jawa 10 Besar, tanggal ini berdasarkan perhitungan dari kalender Jawa yang diciptakan oleh Ingkang Sinuhun Sultan Agung, di mana gabungan sinkronisasi dari Tahun Saka dan Tahun hijriah, untuk sekarang Tahun Jawa tahun 1957," ungkapnya.

Dipo mengatakan Grebeg selalu dimaknai dengan adanya gunungan, yaitu gunungan dari pala kependem, dan pala kesampar.

"Pala kependem yang menggambarkan kehidupan sebelum kita lahir. Kemudian pala kesampar yang berkaitan dengan kita hidup saat ini, dan kemudian pala gemantung hidup kita akan bagaimana selanjutnya," pungkasnya.




(aku/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads