Tari Gambyong, Kesenian Solo yang Dipentaskan untuk Menghormati Dewi Sri

Tari Gambyong, Kesenian Solo yang Dipentaskan untuk Menghormati Dewi Sri

Naufal Adam - detikJateng
Rabu, 12 Jun 2024 15:43 WIB
Pentas tari Gambyong diikuti 5.035 penari putri di Jalan Slamet Riyadi, Solo, Minggu (29/4/2018).
Pentas tari Gambyong diikuti 5.035 penari putri di Jalan Slamet Riyadi, Solo, Minggu (29/4/2018). Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom
Solo -

Kekayaan budaya Indonesia telah melahirkan berbagai jenis bentuk warisan budaya. Berbagai jenis kebudayaan Indonesia tersebut adalah dalam bentuk alat musik tradisional, lagu daerah, rumah adat, pakaian adat, tarian daerah, dan masih banyak lagi.

Salah satu bentuk kebudayaan yang memiliki banyak jenis di Indonesia adalah budaya seni tari. Dikutip dari KBBI, seni tari adalah gerakan badan (tangan dan sebagainya) yang berirama, biasanya diiringi bunyi-bunyian (musik, gamelan, dan sebagainya).

Di antara banyaknya jenis tarian tradisional yang ada di Indonesia terdapat salah satu jenis tari yang memiliki sejarah makna filosofis dalam kemunculannya, tari tersebut adalah tari Gambyong. Dilansir dari buku 'Pesona Solo' oleh Anita Chairul Tanjung, laman resmi Pemerintah Kota Surakarta, situs Indonesia.go.id, buku 'Saya Ingin Terampil & Kreatif' oleh Edy Purwanto, dkk, buku 'Sejarah Tari Gambyong, Seni Rakyat Menuju Istana', buku 'Paradigma Pendidikan Praktis dalam Pembelajaran Seni Tari untuk Anak di Sekolah Dasar' oleh Nur Fajrie, dkk., dan buku 'Mengenal Tarian di Nusantara, berikut detikJateng bahas mengenai sejarah, makna, fungsi, properti, pola lantai, dan keunikan Tari Gambyong.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Tari Gambyong

Di antara tarian tradisional yang populer di Solo, Tari Gambyong memiliki tempat istimewa. Berasal dari kalangan rakyat, tarian ini kemudian berkembang dan digemari di berbagai wilayah Jawa Tengah.

Konon, nama "Gambyong" terinspirasi dari seorang penari tledhek bernama Nyai Lurah Gambyong yang hidup di era Pakubuwana IV di Surakarta (1788-1820). Tari Gambyong merupakan evolusi dari tari tayub dan mulai dicatat dalam Serat Centhini pada abad ke-19.

ADVERTISEMENT

Popularitas Tari Gambyong tak luput dari perhatian pihak Keraton. Pada masa Pakubuwana IX (1861-1893), K.R.M.T Wreksodiningrat memperkenalkan tarian ini di lingkungan keraton dengan melibatkan para waranggana (pesinden) sebagai penarinya.

Di Mangkunegaran, modifikasi Tari Gambyong terus dilakukan, menghasilkan berbagai variasi seperti Gambyong Pareanom ciptaan Nyi Bei Mintoraras di tahun 1950. Hingga akhirnya muncul Gambyong Mudhatama, Gambyong Sala Minulya, Gambyong Pangkur, Gambyong Ayun-ayun, Gambyong Gambirsawit, Gambyong Dewandaru, dan Gambyong Campursari menjadi bukti dinamika dan kekayaan budaya tari.

Makna dan Fungsi Tari Gambyong

Tari Gambyong memiliki makna dan fungsi yang berlapis, terbagi antara makna yang terkandung dalam gerakannya dan fungsi yang dijalankannya dalam masyarakat Jawa. Berikut adalah makna dan fungsi Tari Gambyong.

Makna Tari Gambyong

1. Kecantikan dan Kelembutan

Gerakan anggun penari melambangkan citra ideal wanita Jawa yang halus dan anggun.

2. Keramahan

Tari Gambyong yang awalnya digunakan untuk menyambut tamu menunjukkan keramahan dan keterbukaan masyarakat Jawa.

3. Semangat dan Optimisme

Gerakan dinamis dan penuh semangat dalam Tari Gambyong mencerminkan semangat juang dan optimisme masyarakat Jawa.


Fungsi Tari Gambyong

1. Penyambutan Tamu

Seperti yang disebutkan sebelumnya, pada awalnya Tari Gambyong digunakan untuk menyambut tamu dalam berbagai acara hajatan.

2. Penghormatan kepada Dewi Sri

Tari Gambyong juga diyakini sebagai bentuk penghormatan kepada Dewi Sri, dewi kesuburan. Hal ini terlihat dari penggambarannya yang sering ditampilkan pada musim tanam dan panen padi sebagai harapan untuk mendapatkan hasil yang melimpah.

3. Hiburan

Seperti beberapa jenis tarian pada umumnya, Tari Gambyong juga berfungsi sebagai hiburan masyarakat dalam berbagai acara dan perayaan.

4. Pelestarian Budaya

Tari Gambyong merupakan warisan budaya yang terus dilestarikan. Dengan ditampilkannya tarian ini, nilai-nilai dan tradisi budaya Jawa dapat terus diingat dan diwariskan kepada generasi mendatang.

Properti dan Pola Lantai Tari Gambyong

Tari Gambyong identik dengan kostum yang dikenakan penari. Beberapa properti yang menjadi ciri khasnya meliputi:

  • Sampur: Selendang panjang yang biasa dililitkan di pinggang dan digunakan sebagai penambah keindahan gerak tari. Biasanya berwarna kuning melambangkan kemakmuran.
  • Kain Jarik dan Kain Jumputan: Kain batik yang dikenakan sebagai bawahan penari. Motif dan warna kain jarik bisa beragam namun seringkali dipadukan dengan warna kuning pada sampur.
  • Stagen: Kain panjang yang dikenakan sebagai penyangga kain jarik.
  • Kamisol: Baju atasan yang dikenakan penari, biasanya berwarna cerah.
  • Sanggul: Tata rias rambut tradisional Jawa yang biasa dihiasi dengan berbagai aksesoris seperti tusuk konde dan bunga.
  • Aksesoris: Perhiasan seperti gelang, kalung, dan anting yang dikenakan untuk mempercantik penampilan penari.
  • Pola lantai adalah pola garis yang dijadikan lintasan ketika melakukan pergelaran tari. Pola lantai Tari Gambyong terbentuk dari perpindahan posisi penari selama pertunjukan. Gerakan ini terbagi menjadi dua bentuk utama:
  • Garis Lurus: Pola lantai ini meliputi gerakan maju, mundur, dan berpindah ke samping secara lurus.
  • Garis Lengkung: Pola lantai ini meliputi gerakan melingkar penuh atau setengah lingkaran.

Keunikan Tari Gambyong

Tari Gambyong tak hanya sekadar tarian indah, namun memiliki keunikan tersendiri yang membedakannya dari tarian tradisional lainnya. Berikut beberapa hal yang membuat Tari Gambyong begitu istimewa:

1. Perpaduan Budaya Keraton dan Rakyat

Berasal dari tari rakyat tayub atau tledhek, Tari Gambyong kemudian diadopsi dan dimodifikasi di lingkungan keraton. Hal ini terlihat dari adanya Tari Gambyong versi keraton dan rakyat yang memiliki kekhasan masing-masing.

2. Gerakan Tangan yang Dominan

Ciri khas utama Tari Gambyong terletak pada gerakan tangan dan kepala. Gerakan tangan yang luwes dan ekspresif seringkali diiringi dengan pandangan mata yang mengikuti jari jemari. Gerakan ini menjadi pembeda yang mencolok dibandingkan tarian lain.

3. Modifikasi dan Variasi yang Kaya

Tidak seperti tari tradisional lainnya yang cenderung kaku dan statis, Tari Gambyong justru dinamis dan memiliki banyak variasi. Munculnya varian seperti Gambyong Pareanom, Gambyong Mudhatama, dan lain-lain, menunjukkan kekayaan dan kreativitas dalam pengembangan tarian ini.

4. Pementasan Tunggal dan Kelompok

Tari Gambyong bisa dibawakan oleh seorang penari tunggal atau sekelompok penari. Ketika ditampilkan secara tunggal, fokus akan tertuju pada ekspresi dan keluwesan penari. Sedangkan pementasan kelompok menampilkan keindahan kekompakan dan formasi para penari.

5. Makna yang Berlapis

Tari Gambyong tidak hanya mengedepankan keindahan gerak, namun juga memiliki makna yang dalam. Gerakannya melambangkan kecantikan, kelembutan, keramahan, semangat, dan optimisme masyarakat Jawa.

6. Fungsi yang Beragam

Selain sebagai hiburan, Tari Gambyong juga memiliki fungsi lain seperti penyambutan tamu, penghormatan kepada Dewi Sri, dan pelestarian budaya Jawa.

Demikian informasi mengenai sejarah, makna, fungsi, properti, pola lantai, dan keunikan Tari Gambyong. Semoga bermanfaat ya Lur!

Artikel ini ditulis oleh Naufal Adam peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(apu/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads