Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah X melakukan konservasi atau pemeliharaan secara total di Candi Asu di Magelang. Konservasi yang dilakukan dengan penyemprotan air bersih pada bebatuan candi.
Pemeliharaan total terhadap Candi Asu yang berada di Dusun Sengi, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang terakhir sekitar tahun 2010 atau 2011. Untuk itu, mulai Rabu (29/5) sampai Selasa (4/6) dilakukan konservasi total.
Dalam pemeliharaan yang dilakukan, petugas menyemprotkan air bersih pada batu candi. Selain itu, ada juga pembersihan kering dan memakai kimiawi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Maksud dari kegiatan ini yaitu untuk merawat dan melindungi cagar budaya terutama Candi Asu dari kerusakan yang lebih parah. Adapun tujuannya yaitu untuk melestarikan cagar budaya agar tidak rusak lebih lanjut," kata Teknisi Pelestari Cagar Budaya BPK X, Tri Wahyu Handayani saat ditemui di Candi Asu, Jumat (31/5/2024).
Tri menjelaskan, Candi Asu 'dimandikan' untuk merawat batu candi dari tumbuhnya mikroorganisme. Tumbuhnya mikroorganisme baik berupa lumut, ganggang maupun lainnya jika dibiarkan bisa merusak bebatuan.
Proses 'memandikan' Candi Asu yang berada di Dusun Sengi, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jumat (31/5/2024). Foto: Eko Susanto/detikJateng |
"Jadi mikroorganisme yang tumbuh di candi itu adalah salah satu faktor penyebab dari faktor geologis. Yang dapat merusak batu, jadi untuk mencegah dari kerusakan itu dilakukan upaya konservasi atau perawatan dan pembersihan candi," sambung Tri.
Dia memaparkan metode dari konservasi Candi Asu ada beberapa. Pertama adalah pembersihan secara mekanis kering, yakni menggunakan alat sikat nilon, bisa sikat ijuk, bisa sapu lidi, sasarannya adalah bisa debu, sarang serangga, kotoran-kotoran akumulasi debu juga lumut yang kering.
"Pembersihan dengan metode mekanis basah. Metode pembersihan mekanis basah ini dengan menggunakan air disemprotkan untuk mempercepat dan mengefektifkan pekerjaan," katanya.
Pembersihan mekanis basah, kata dia, tujuannya lebih bersih dibandingkan mekanisme kering karena semua kotoran terangkat.
"Kemudian setelah itu apabila batu itu sudah dibersihkan mekanis basah, kok masih ada pertumbuhan mikroorganisme yang tidak bisa hilang itu maka dilakukan dengan pembersihan kimiawi. Bahan kimiawi ini sudah diuji. Kemudian aman bagi batunya, juga aman bagi pengguna atau yang membersihkan dan yang paling penting adalah aman bagi lingkungan sekitar," ujar dia.
(apu/apl)












































