Badan Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X turun tangan mengecek temuan struktur batu bata ukuran besar di Desa Candirejo, Kecamatan Ngawen, Klaten. Dari struktur tersebut diduga pernah ada bangunan candi.
"Diduga, baru diduga dulu itu ada candi. Tapi masih perlu penelitian lebih lanjut," ungkap Kapokja Perlindungan dan Penyelamatan BPK Wilayah X, Deni Wachju Hidayat kepada detikJateng, Rabu (15/5/2024) siang usai pengecekan.
Dijelaskan Deni, BPK turun ke lokasi setelah mendapat informasi ada temuan struktur batu bata di lokasi. Pihaknya sudah melihat dan melakukan pengukuran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita sudah mengukur-ukur di lokasi dan mendata. Untuk batu bata merupakan batu bata kuno," jelas Deni.
Batu bata tersebut, terang Deni, memiliki ketebalan sekitar 9 sentimeter sebagai ciri batu bata lama. Dari temuan lain, Yoni dan doorpel di lokasi diperkirakan bangunan masa klasik.
"Ya masa klasik (abad 8-9 Masehi). Kita sebenarnya pernah mengecek ke lokasi sampai ke dalam makam dulu (saat BPK masih BPCB Jateng)," lanjut Deni.
Warga setempat, Sugiyono menjelaskan batu bata itu ditemukan saat kebun dibersihkan oleh pemiliknya. Namun sejak dulu di sisi utara sebenarnya banyak bata serupa.
"Di situ (tepi kebun di pinggir jalan) sejak dulu banyak batu bata besar. Cuma sebagian sudah rusak," kata Sugiyono kepada detikJateng.
Sebelumnya diberitakan, tatanan batu bata ukuran besar ditemukan di dekat situs batu Yoni Desa Candirejo, Kecamatan Ngawen, Klaten. Struktur batu bata itu ditemukan di selatan dua Yoni.
Dari pantauan detikJateng, Jumat (26/4), temuan tatanan batu bata itu di bawah rumpun bambu yang dibersihkan. Jaraknya sekitar 10 meter dari dua batu Yoni, arca nandi rusak, dan batu doorpel yang diletakkan di lahan terbuka.
Struktur bata merah jumbo itu ukurannya sekitar 10x40 sentimeter. Posisinya di gundukan tanah yang bekas digali dan di selatannya ada lubang galian yang lebih dalam.
Susunan batu bata merah itu bertumpuk susun tiga dan memanjang ke selatan. Di bagian utara Yoni sisa pecahan batu bata serupa juga banyak ditemui.
"Yang menggali dengan keluarga yang punya pekarangan. Batu semacam itu di sini dulu banyak," ungkap warga setempat, Sugiyono, kepada detikJateng dengan bahasa Jawa campuran, Jumat (26/4).
(rih/apu)