Sejarah Kabupaten Klaten yang Dijuluki Kota Seribu Candi dan Mata Air

Sejarah Kabupaten Klaten yang Dijuluki Kota Seribu Candi dan Mata Air

Syifa'ul Husna - detikJateng
Sabtu, 27 Apr 2024 20:42 WIB
Alun-alun Klaten
Ilustrasi Klaten. Foto: Acmad Syauqi/detikcom
Klaten -

Kabupaten Klaten terletak di provinsi Jawa Tengah, tepatnya berada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta. Daerah ini terkenal dengan kesuburan tanahnya karena banyaknya mata air dari pegunungan di sekitarnya.

Sejarahnya pun tak kalah menarik untuk ditelisik melalui situs sejarah candi-candi yang ada di sana. Tidak hanya itu, berbagai tradisi menarik juga masih dilestarikan hingga sekarang.

Beragam keunikan menciptakan banyaknya julukan bagi Kabupaten Klaten, seperti kota seribu candi dan kota seribu mata air. Berikut ini merupakan ulasan asal-usul, fakta-fakta, letak geografis, dan ciri khas dari Kabupaten Klaten.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Asal-usul Kabupaten Klaten

Mengutip dari laman Pemkab Klaten, daerah ini memiliki sejarah yang tercatat dalam arsip kuno, arsip kolonial, dan manuskrip Jawa. Catatan itu seperti tertulis dalam Serat Perjanjian Dalem Nata, Serat Ebuk Anyar, Serat Siti Dusun, Sekar Nawala Pradata, Serat Angger Gunung, Serat Angger Sedasa dan Serat Angger Gladag.

Selain itu, dalam bundel arsip Karesidenan Surakarta juga menjadi rujukan sejarah Klaten seperti tercantum dalam Soerakarta Brieven van Buiten Posten, Brieven van den Soesoehoenan 1784-1810, Daghregister van den Resi dentie Soerakarta 1819, Reporten 1787-1816, Rijksblad Soerakarta dan Staatblad van Nederlandsche Indie.

ADVERTISEMENT

Terdapat dua versi asal usul nama Klaten. Versi pertama mengatakan nama Klaten berasal dari kata kelathi atau buah bibir yang kemudian diasimilasikan menjadi kata Klaten.

Versi Kedua merujuk pada cerita Kyai dan Nyai Mlati yang dipercaya sebagai sumber paling kuat dalam menjelaskan asal-usul nama Klaten. Kyai dan Nyai Mlati diceritakan sebagai seorang abdi dalem Keraton Mataram yang diutus raja untuk menyerahkan bunga Melati dan buah Joho guna menghitamkan gigi para putri kraton.

Oleh karena itu, mereka menanami sawah milik Raden Ayu Mangunkusuma, istri Raden Tumenggung Mangunkusuma yang saat itu menjabat sebagai Bupati Pulisi Klaten, yang kemudian dipindah tugaskan istana menjadi Wakil Patih Pringgalaya di Surakarta.

Akhirnya, dengan berjalannya waktu, mereka memutuskan untuk menetap di tempat tersebut. Kemudian semakin lama, jumlah penduduk yang tinggal di sana pun bertambah, dan akhirnya tempat tersebut diberi nama Klaten. Nama Klaten diambil dari kata melati (bahasa Jawa: mlathi) yang diubah menjadi kata Klathi. Guna memudahkan ucapan kata Klathi akhirnya diubah menjadi kata Klathen.

Dukuh tempat tinggal Kyai Melati diberi nama Sekolekan oleh masyarakat setempat. Nama Sekolekan berasal dari nama panjang Kyai Melati Sekolekan. Semakin berjalannya waktu nama Sekolekan berkembang menjadi Sekalekan, sehingga sampai saat ini nama dukuh itu adalah Sekalekan.

Kyai Melati dikenal sebagai sosok berbudi luhur dan sakti. Sampai akhir hayatnya ketika meninggal, di dusun itu juga Kyai Melati di makamkan.

Sampai saat ini sejarah Kabupaten Klaten masih simpang siur. Belum ada sumber maupun penelitian yang menuliskan kapan persisnya kabupaten atau kota ini berdiri dan bagaimana asal-muasalnya.

Fakta Menarik Kabupaten Klaten

Selain memiliki sejarah unik, mengutip buku Profil Budaya dan Bahasa Kabupaten Klaten milik Kemdikbud, daerah ini memiliki banyak fakta menarik mulai dari letaknya, daya tarik wisata alam, dan banyak candi yang berdiri di sana.

  • Kabupaten terletak di antara Gunung Merapi dan Pegunungan Seribu.
  • Dijuluki sebagai kota 1000 candi karena Klaten kaya akan situs sejarah, terutama candi-candi yang terletak di berbagai wilayah Klaten. Beberapa candi yang terkenal diantaranya Candi Sewu, Candi Plaosan, Candi Merak, dan Candi Prambanan.
  • Dijuluki sebagai kota seribu mata air karena terdapat banyaknya sumber mata air atau umbul di daerah ini. Hal ini juga tidak lepas dari kondisi geografis yang terletak di dekat pegunungan.
  • Semarak upacara adat Apeman Yaqowiyu yang sudah berjalan sejak 1511 tahun Saka atau 1688 Masehi di Jatinom. Upacara ini dilakukan untuk menghormati perjuangan Ki Ageng Gribig dalam melakukan syiar agama Islam. Diketahui dulunya Ki Ageng Gribig menggunakan media apem untuk menyebarkan agama Islam di Klaten.

Letak Geografis Kabupaten Klaten

Kembali mengutip laman Pemkab Klaten, diketahui Kabupaten Klaten berbatasan sebelah utara dengan Kabupaten Boyolali, sebelah timur dengan Kabupaten Sukoharjo, sebelah selatan dengan Kabupaten Gunungkidul (DIY), dan sebelah barat dengan Kabupaten Sleman (DIY).

Wilayah Kabupaten Klaten terdiri dari tiga dataran, sebelah utara dengan dataran lereng Gunung Merapi, sebelah timur membujur dengan dataran rendah, dan sebelah selatan dengan dataran Gunung Kapur.

Wilayah kabupaten ini sebagian besar adalah adalah dataran rendah dan tanah bergelombang. Bagian barat laut merupakan pegunungan, bagian dari sistem Gunung Merapi. Ibukota kabupaten ini berada di jalur utama Solo-Yogyakarta.

Ciri Khas Kabupaten Klaten

Ciri khas Kabupaten Klaten tercermin pada berbagai tradisi dan kuliner-kulinernya. Berikut ini ciri khas Kabupaten Klaten dikutip dari laman Provinsi Jawa Tengah.

  • Tradisi Syawalan Bukit Sidoguru merupakan tradisi yang diadakan pada hari ketujuh bulan syawal. Tradisi ini dilakukan dengan melakukan kirab gunungan ketupat dari pintu masuk bukit Sidoguro. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa memiliki makna ngaku lepat atau mengakui kesalahan.
  • Tradisi Padusan guna menyambut bulan suci ramadan. Tradisi ini dilakukan sebagai simbol penyucian diri. Biasanya tradisi ini dilakukan di tempat sumber mata air atau umbul, mengingat Klaten terkenal sebagai kota seribu mata air.
  • Upacara Bersih Sendang Sinongko disertai dengan penyembelihan puluhan ekor kambing. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk wujud syukur masyarakat kepada Allah atas karunia berupa mata air sendang yang melimpah.
  • Kuliner sop ayam pecok menjadi salah satu kuliner yang wajib dicoba ketika berkunjung ke Klaten. Cita rasa gurih dari kaldu ayam kampung pada kuah sop ini menggugah selera.
  • Kuliner nasi tumpang lethok juga tidak boleh dilewatkan ketika berkunjung ke Klaten. Makanan ini terdiri dari nasi putih, urap atau gudangan, dan siramana kuah lethok yang gurih.

Demikian pembahasan mengenai sejarah Kabupaten Klaten yang dijuluki Kota Seribu Candi dan Kota Seribu Mata Air. Semoga bermanfaat, Lur!

Artikel ini ditulis oleh Syifa'ul Husna peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

(cln/cln)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads