Makna dan Filosofi Tradisi Syawalan bagi Masyarakat Jawa

Makna dan Filosofi Tradisi Syawalan bagi Masyarakat Jawa

Nur Umar Akashi - detikJateng
Selasa, 16 Apr 2024 11:53 WIB
Ilustrasi Ucapan Selamat Idul Fitri atau Lebaran
Ilustrasi makna dan filosofi tradisi Syawalan bagi masyarakat Jawa. Foto: Getty Images/iStockphoto/sofirinaja
Solo -

Syawalan merupakan tradisi Idul Fitri yang dapat kita jumpai di wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Meski familier dengan kebiasaan tersebut, apakah detikers sudah tahu makna dan filosofi tradisi Syawalan?

Dikutip dari buku Kuliner Yogyakarta Pantas Dikenang Sepanjang Masa oleh Murdijati Gardjito, upacara Syawalan di Jogja diawali dengan sungkeman. Kemudian Syawalan dilanjutkan dengan jamuan makan kupat luar.

Masyarakat di Pekalongan punya kebiasaan berbeda. Di dalam buku Murdijati Gardjito berjudul Pekalongan Dendam Rindu Riuhnya Sari Bambu, dijelaskan bahwa masyarakat Pekalongan merayakan Syawalan satu minggu setelah Idul Fitri dengan mengadakan pesta syukuran. Salah satu hidangan yang khas dari tradisi ini adalah kue lopis raksasa dan lothekan atau lotis buah muda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa Makna Tradisi Syawalan?

Menurut Dr H Zubaidi MPd dalam bukunya, Pendidikan Islam Risalah Ahlussunnah Wal Jama'ah An-Nahdliyah, tradisi Syawalan memiliki makna yang berarti dalam kehidupan masyarakat Jawa dan juga di dalam Islam.

Secara harfiah, Syawalan adalah acara maaf-memaafkan yang dilakukan pada hari Lebaran. Namun, di balik makna harfiahnya, terdapat filosofi yang mengandung nilai-nilai kearifan lokal dan juga ajaran agama Islam.

ADVERTISEMENT

Filosofi Tradisi Syawalan

1. Sikap Saling Memaafkan

Pertama, Syawalan menunjukkan sikap saling memaafkan dan merajut kembali hubungan yang harmonis di antara sesama. Tradisi ini merupakan bentuk konkret dari sikap tolong-menolong dan saling memaafkan, yang merupakan nilai penting dalam Islam.

Dengan melakukan Syawalan, masyarakat berusaha memperbaiki hubungan yang mungkin terganggu selama tahun berjalan dan memperkuat tali silaturahmi di antara satu sama lain.

2. Wujud Akulturasi Budaya Jawa dan Islam

Kedua, Syawalan merupakan wujud dari akulturasi budaya Jawa dan ajaran Islam. Meskipun awal kedatangan Islam membawa ketidaknyamanan di masyarakat Jawa, tapi tradisi Syawalan muncul sebagai upaya kreatif untuk mengakomodasi ajaran Islam dengan budaya lokal.

Dalam tradisi Syawalan, para ulama dan kyai berhasil menggabungkan nilai-nilai Islam tentang maaf-memaafkan dengan tradisi Jawa tentang sungkeman dan silaturahmi.

3. Memperkenalkan Konsep Ampunan dari Allah SWT

Filosofi tradisi Syawalan juga melibatkan konsep ampunan dari Allah SWT. Dalam Islam, memaafkan sesama manusia juga merupakan bagian dari ibadah kepada Allah. Dengan melakukan Syawalan, masyarakat tidak hanya berharap memperoleh maaf dari sesama, tetapi juga berharap mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah SWT.

Hal ini sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW yang menekankan pentingnya memaafkan dan menjalin hubungan baik dengan sesama manusia sebagai bagian dari ibadah kepada Allah SWT. Berikut ini haditsnya.

عَنْ أَبِي ذَرِّ الْغِفَارِى رضي الله تعالى عنه انه قال سَمِعْتُ رَسُوْلَ الله عليه الصلاة والسلام يَقُوْلُ مَنْ مَشَى لِزِيَارَةِ وَالِدَيْهِ كَتَبَ اللهُ تَعَالَى لَهُ بِكُلِّ خَطْوَةٍ مِائَةَ حَسَنَةٍ وَمَحَاعَنْهُ مِائَةَ سَيِّئَةٍ وَرَفَعَ لَهُ مِائَةَ دَرَجَةٍ، فَإِذَا جَلَسَ بَيْنَ يَدَ يْهِمَا وَتَكَلَّمَ مَعَهُ بِطَيبِ الكَلامِ أَعْطَاهُ اللهُ تعالى يَوْمَ الْقِيَامَةِ نُوْرًا يَسْعَى بِهِ بَيْنَ يَدَيْهِ فَإِذَا خَرَجَ مِنْ عِنْدِهِمَا خَرَجَ مَغْفُوْرًا لَهُ

Artinya:
"Dari Abi Dzaral-Ghifari RA, ia berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda: "Barangsiapa berjalan untuk berkunjung kepada kedua orang tua maka Allah SWT menulis dalam setiap langkah itu seratus kebaikan, dan menghapus seratus keburukan, dan mengangkat seratus derajat, dan ketika seseorang itu duduk di hadapan kedua orang tua dan ia berkata dengan perkataan yang lembut maka Allah SWT akan memberi sinar cahaya di hari kiamat di sekitarnya, kemudian ketika ia keluar dari tempat kedua orang tua itu maka ia keluar dengan memperoleh ampunan."

Demikian penjelasan mengenai makna dan filosofi tradisi Syawalan yang masih dapat kita temukan hingga saat ini. Semoga bermanfaat!




(rih/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads