Kabupaten Banyumas merupakan salah satu dari dari 29 kabupaten yang ada di Jawa Tengah. Kabupaten yang terkenal dengan ciri khas bahasa Ngapaknya ini memiliki sejarah yang cukup panjang.
Kabupaten Banyumas berbatasan dengan Kabupaten Brebes di sebelah utara, Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banjarnegara di sebelah timur, serta Kabupaten Cilacap di sebelah selatan dan barat. Ibu kota dari kabupaten ini adalah Purwokerto.
Gunung tertinggi di Jawa Tengah, Gunung Slamet, berada di ujung utara wilayah kabupaten ini. Lalu, bagaimana sejarah Kabupaten Banyumas? Berikut ini informasinya beserta asal-usul, fakta-fakta, geografi, dan ciri khasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asal-usul Kabupaten Banyumas
Dikutip dari Jurnal Institut Teknologi Telkom Purwokerto dengan judul "Buku Ilustrasi Asal-usul Nama Banyumas Sebagai Upaya Pengenalan Sejarah Pada Anak" oleh Mutiarani Shaleha, Luqman Wahyudi, dan Yanuar Ikhsan Pamuji, ada beberapa versi cerita mengenai asal-usul Banyumas, mulai dari versi dinas (pemerintah) hingga versi budayawan. Berikut cerita asal-usulnya:
#1 Versi Pemerintah
Nama Banyumas pertama kali muncul pada masa pemerintahan bupati generasi ke-4. Saat itu, daerah Kejawar dilanda kemarau panjang, dan masyarakat membuat belik di tepi pohon besar dengan harapan menampung air sisa.
Kemudian, datanglah seorang asing menunggang kuda yang terlihat seperti orang gila, yang membuat ketidaknyamanan di kalangan masyarakat. Akibatnya, penguasa setempat memenjarakannya.
Namun, beberapa orang menyaksikan bahwa orang asing tersebut seperti sedang berdoa. Tak lama setelah peristiwa itu, awan hujan datang dan turun hujan yang sangat menggembirakan masyarakat sehingga mereka bersorak "tirto" dan "ruhmi".
Dari situlah terbentuklah nama "tirto ruhmi". Dalam bahasa Jawa saat ini berarti banyu emas yang kemudian disingkat menjadi Banyumas. Orang asing tersebut kemudian dilepaskan dan melanjutkan perjalanannya ke barat, menuju desa Dawuhan, Grumbul Kalibening, yang berjarak 7 km dari Kejawar. Setelah ditelusuri, ternyata dia adalah salah satu murid Eyang Kalibening.
#2 Versi Budayawan 1
Pada suatu masa, di daerah yang disebut Selarong sedang mengalami kemarau panjang yang menyebabkan sumur dan sungai mengering. Masyarakat kemudian membuat belik atau lubang di tanah dengan harapan air tersisa di dalam tanah dapat terkumpul.
Saat tengah dilanda kemarau, seorang tamu asing datang menunggang kuda dan singgah di Selarong. Tingkah lakunya yang aneh membuat warga cemas sehingga dia ditahan.
Beberapa waktu setelah ditahan, awan hitam muncul menutupi Selarong. Tak lama kemudian, hujan lebat turun, menyebabkan kegembiraan di kalangan warga yang bersorak "banyu, banyu, banyu", sementara yang lain bersorak "emas, emas, emas".
Keduanya bergabung menjadi Banyu-emas, yang kemudian menjadi Banyumas. Sejak itu, daerah tersebut dikenal dengan nama Banyumas.
#3 Versi Budayawan 2
Saat masyarakat sedang membangun pusat pemerintahan di suatu daerah, mereka menemukan sebatang kayu besar yang terbawa arus di sungai Serayu. Kayu tersebut adalah kayu mas yang berasal dari Karangjambu, Kejobong, Bukateja, Purbalingga.
Masyarakat terkejut karena kayu tersebut berhenti tepat di lokasi pembangunan. Adipati Mrapat memerintahkan masyarakat untuk mengambil kayu tersebut dan menjadikannya sebagai saka guru balai si Panji. Nama pusat pemerintahan kemudian diambil dari kayu mas tersebut karena nama dan keberadaannya di sungai, sehingga dinamai Banyumas.
#4 Versi Budayawan 3
Asal muasal nama Banyumas berkaitan dengan insiden saat Adipati Mrapat kembali dari Wirasaba. Saat itu, dalam perjalanannya, ia melewati Sungai Mas. Tiba di perbatasan dua sungai, ia memerintahkan para prajuritnya untuk mendirikan tempat persinggahan yang kemudian dinamai Banyumas.
Fakta-fakta Banyumas
Dikutip dari situs resmi Sekretariat DPRD Kabupaten Banyumas, Kabupaten Banyumas berdiri pada tanggal 6 April 1582. Pendirinya adalah Raden Joko Kahiman yang sekaligus menjadi bupati pertama Banyumas dengan julukan atau gelar Adipati Marapat (Mrapat).
Raden Joko Kahiman adalah putra dari Raden Banyak Sosro dan Nyi Banyak Sosro. Sejak kecil, Raden Joko Kahiman diasuh oleh Kyai Sembiarta dan Nyi Ngaisah.
Dari catatan sejarah, Raden Joko Kahiman terbukti sebagai seorang ksatria yang sangat mulia yang dapat menjadi contoh bagi semua penduduk Kabupaten Banyumas. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika motto dan etos kerja Kabupaten Banyumas disematkan sebagai SATRIA.
Candra atau surya sengkala untuk hari jadi Kabupaten Banyumas adalah "Bektining Manggala Tumataning Praja", yang artinya kebaktian dalam wujud kerja seorang pimpinan akan menghasilkan tertatanya atau terbangunnya suatu pemerintahan.
Setelah berlakunya Undang-undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Peraturan Pemerintah Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Tengah, Banyumas menjadi salah satu dari 29 Kabupaten di Jawa Tengah.
Letak Geografi Kabupaten Banyumas
Dikutip dari situs Perpustakaan Kemendagri, wilayah Banyumas terletak di bagian barat daya provinsi Jawa Tengah, yang merupakan bagian tengah dari Pulau Jawa. Menurut catatan sejarah, wilayah ini sebelumnya merupakan bagian daerah mancanegara dari kerajaan-kerajaan Jawa, termasuk Majapahit, Demak, Pajang, Kartasura, hingga Kasunanan Surakarta.
Banyumas memiliki peran yang signifikan dalam berbagai peristiwa sejarah penting di Tanah Jawa. Sebagai contoh, wilayah ini memainkan peran penting dalam penyebaran agama Islam di bagian barat Jawa Tengah, serta sebagai basis logistik bagi pasukan Sultan Agung Hanyakrakusuma selama penyerangan terhadap Batavia.
Banyumas juga terlibat dalam perjuangan Pangeran Mangkubumi hingga berdirinya Kesultanan Yogyakarta, serta dalam perang Diponegoro (Perang Jawa), serta dalam upaya mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Ciri Khas Kabupaten Banyumas
Meskipun berasal dari suku Jawa, penduduk Banyumas memiliki karakteristik khas yang dapat membedakannya dengan yang lain. Dalam berbicara, mereka cenderung menggunakan nada suara yang keras dan terkesan buru-buru.
Mereka merespon lawan bicara dengan cepat dan dengan logat yang kental, menghibur, enak didengar, serta cenderung menjulurkan bibir saat berbicara. Itu adalah ciri khas dialek Banyumas yang dikenal dengan sebutan bahasa Ngapak.
Nah itu tadi informasi mengenai sejarah Kabupaten Banyumas lengkap dengan asal-usul, fakta-fakta, geografi, dan ciri khasnya. Semoga bermanfaat ya lur!
Artikel ini ditulis oleh Agus Riyanto peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(dil/apu)