Detikers, tahukah kamu kalau masyarakat Jawa memiliki sistem horoskop sendiri? Horoskop Jawa yang menggunakan sistem penanggalan tradisional ini dikenal dengan nama pawukon.
Sistem pawukon ini sudah sejak lama digunakan oleh masyarakat Jawa untuk mengetahui hari baik, hari naas, hingga sifat seseorang berdasarkan waktu lahirnya.
Ingin mengenal pawukon lebih jauh? Sebaiknya jangan lewatkan penjelasan lengkap berikut yang detikJateng himpun dari laman resmi Kota Surakarta, buku Pranata Mangsa dalam Tinjauan Sains oleh Rif'ati Dina Handayani dkk, Mitologi Jawa oleh Budiono Herusatoto, artikel Pawukon: From Incest, Calendar, to Horoscope oleh Agustinus Admiranto yang dipublikasikan pada Journal of Physics: Conference Series 771 (2016), serta laporan penelitian pustaka berjudul Hermeneutika Pawukon Jawa oleh Wisnu Adi Kusuma dari Institut Seni Surakarta, 2018.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa Itu Pawukon?
Pawukon adalah istilah yang dipergunakan sebagai pedoman dalam siklus alam, juga dijuluki sebagai pengetahuan turun-temurun manusia yang diyakini telah ada sejak zaman pra-Hindu di Indonesia. Prasasti Lintakan (12 Juli 919 M) mencatat bahwa perhitungan pawukon digunakan sebagai dasar pelaksanaan upacara ruwatan atau ritual penolak bencana bagi raja.
Selain itu, pawukon juga merupakan landasan bagi pranata mangsa, yaitu sistem penentuan musim atau cuaca. Lebih dari itu, pawukon berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan manusia seperti kelahiran, pernikahan, pembangunan rumah, perayaan hari raya, tradisi adat, ritual keagamaan, dan upacara kematian.
Asal-Usul Pawukon
Asal usul Pawukon berasal dari legenda yang melibatkan Raja Prabu Watugunung, yang tanpa sadar menikahi ibunya sendiri, Dewi Sinta, serta bibinya, Dewi Landep, yang menghasilkan 27 anak dari perkawinan yang terlarang tersebut. Ketika Dewi Sinta menyadari kebenaran tentang hubungannya dengan putranya, ia berusaha untuk mengakhiri pernikahan mereka.
Namun, karena tidak berani secara langsung meminta Prabu Watugunung untuk memutuskan hubungan mereka, ia meyakinkan putranya tersebut untuk menyerang kahyangan atau dunia dewa. Dewi Sinta berharap bahwa selama serangan ini, mereka akan bertemu dengan kehancuran.
Harapannya terwujud ketika Prabu Watugunung dan anak-anak mereka tewas dalam pertempuran melawan Batara Wisnu. Setelah itu, Dewi Sinta memohon kepada para dewa untuk memindahkan roh mereka ke Kahyangan, permohonan yang dikabulkan.
Proses kenaikan kedudukan ke Kahyangan, dimulai dari Dewi Sinta dan berakhir dengan Prabu Watugunung, membutuhkan waktu 30 minggu (210 hari) untuk diselesaikan. Siklus ini kemudian dikenal sebagai Pawukon dalam kalender Jawa, yang berulang setelah kenaikan kedudukan Prabu Watugunung.
Bagian-Bagian Pawukon
Pawukon terdiri dari 5 bagian, mari kita simak penjelasannya satu per satu.
1. Pancawara/Pasaran
Pancawara atau pasaran merupakan perhitungan hari dengan siklus lima harian, terdiri dari:
- Kliwon/kasih
- Legi/manis
- Pahing/jenar
- Pon/Palguna
- Wage/kresna/langking
2. Sadwara/Peringkelan
Kedua, ada sadwara atau peringkelan, yaitu perhitungan hari dengan siklus 6 harian. Sadwara terdiri dari:
- Tungle/daun
- Aryang/manusia
- Wurukung/hewan
- Paningron/mina/ikan
- Uwas/peksi/burung
- Mawulu/taru/benih
3. Saptawara/Padinan
Saptawara atau padinan merupakan perhitungan hari dengan siklus 7 harian. Perhitungan hari ini sama dengan yang kita gunakan sehari-hari. Dimulai dengan Minggu dan diakhiri dengan Setu, berikut detailnya:
- Minggu/Radite
- Senen/Soma.
- Selasa/Anggara.
- Rebo/ Budha.
- Kemis/Respati.
- Jumungah/Sukra.
- Setu/Tumpak/Saniscara.
4. Hastawara/Padewan
Bagian pawukon selanjutnya adalah hastawara, yaitu perhitungan dengan siklus 8 harian. Berikut ini daftar harinya:
- Sri
- Indra
- Guru
- Yama
- Rudra
- Brama
- Kala
- Uma
5. Sangawara/Padangon
Terakhir adalah sangawara, yaitu perhitungan hari dengan siklus 9 harian. Ini dia rincian harinya:
- Dangu/batu
- Jagur/harimau
- Gigis/bumi
- Kerangan/matahari
- Nohan/rembulan
- Wogan/ulat
- Tulus/air
- Wurung/api
- Dadi/kayu
Kelima kelompok di atas adalah perpaduan dari hari serta pasaran yang selanjutnya akan mewujudkan perwatakan dari setiap wuku.
Demikian penjelasan singkat mengenai pengenalan pawukon Jawa. Semoga bermanfaat, detikers!
(par/dil)