Serunya Tradisi Weh Buweh di Demak, Digelar Tiap Malam 21 Ramadan

Serunya Tradisi Weh Buweh di Demak, Digelar Tiap Malam 21 Ramadan

Mochamad Saifudin - detikJateng
Minggu, 31 Mar 2024 22:25 WIB
Tradisi Weh Buweh di Kampung Sampangan Demak. Tradisi ini digelar setiap malam 21 Ramadan. Foto diambil Minggu (31/3/2024).
Tradisi Weh Buweh di Kampung Sampangan Demak (Foto: Mochamad Saifudin/detikJateng)
Demak -

Masyarakat Demak punya tradisi unik menyambut malam 21 Ramadan. Salah satunya dengan Tradisi Weh Buweh atau bertukar makanan di Kampung Sampangan, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak, Demak.

Pantauan di lokasi, Minggu (31/3/2024), pukul 18.50 WIB, peserta tradisi ini mayoritas merupakan anak-anak. Mereka tampak membawa nampan berisi jajanan di Jalan Baru Jalan Kyai Turmudzi Kampung Sampangan. Anak-anak ini lalu menukarkan jajanan yang mereka bawa sesuai dengan selera dan makanan yang tersedia.

Misalnya saja siswi kelas 3 SD setempat, Alea (8). Dia menukarkan makanan ringan yang dibawanya dengan kembang api.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Iya, seneng. (kembang api) ya buat mainan," ujar Alea yang berkeliling dengan teman dan tantenya ini.

Hal senada disampaikan Dina (34) yang berkeliling dengan anak dan keponakannya. Dia membawa jajanan yang kemudian dia tukar dengan klepon, bakso, balon, dan lainnya.

ADVERTISEMENT

"Ini mengajarkan anak untuk berbagi, saling menukarkan jajanan," kata Dina yang merupakan warga kampung setempat.

Sebagai informasi, Tradisi Weh Buweh ini biasa digelar saat malam 21 Ramadan setelah maghrib hingga menjelang isya. Warga menata jajanan di atas meja di depan rumahnya untuk diambil atau ditukar dengan anak-anak yang berkeliling.

Tampak di meja milik Ketua RT 3 RW 3, Retna ramai diserbu anak-anak kecil. Ternyata dia menyediakan es krim dalam ember yang kemudian dituangkan dalam cup untuk diberikan ke anak-anak.

"Laris sekali (es krim), tradisi Weh Buweh di Kampung Sampangan pas malam 21 Ramadan. Saya kalau malam 21 Ramadan ngambilnya (menyediakan) es krim, karena nggak ribet, anak-anak (juga) banyak yang suka," kata Retna.

Tradisi Weh Buweh di Kampung Sampangan Demak. Tradisi ini digelar setiap malam 21 Ramadan. Foto diambil Minggu (31/3/2024).Anak-anak tampak membawa nampan berisi jajanan saat Tradisi Weh Buweh di Kampung Sampangan Demak. Tradisi ini digelar setiap malam 21 Ramadan. Foto diambil Minggu (31/3/2024). Foto: Mochamad Saifudin/detikJateng

Dia mengaku menyediakan empat ember es krim yang habis dalam hitungan kurang dari satu jam. Retna menerangkan Tradisi Weh Buweh tahun ini banyak didominasi anak-anak kecil.

"Empat ember habis. Tahun ini makin banyak anaknya, makin banyak penerusnya," ujarnya senang.

Ajaran Berbagi di Balik Tradisi Weh Buweh

Sementara itu, tokoh masyarakat setempat Talkhis (63) mengatakan tradisi ini mengajarkan anak-anak untuk saling berbagi. Kegiatan berbagi ini dimaksudkan tanpa melihat harga atau nilai masing-masing jajanan atau barang.

Tradisi tersebut biasa disebut dengan berbagai pengucapan yang berbeda namun serupa, misalnya weh-uweh, aweh-aweh, weh-buweh.

"Ini tradisi Maleman, malam 21 Ramadan. Ini melatih anak-anak kecil agar jadi orang yang dermawan. Sesama saudara, sesama masyarakat itu berbagi secuil jajanan, ditukar-tukarkan tidak memandang besar kecilnya harga nilai jajanan atau barang tersebut," kata Talkhis.

Talkhis menyebut tradisi ini tak hanya dilakukan di Sampangan, tapi juga di kampung lainnya seperti Kampung Dumenggalan, Kembangan, dan sebagainya.

"Sebagian besar dari wilayah Sampangan, tapi bisa jadi berkembang. Orang Sampangan kemudian berpindah tempat mukim kemudian mengadakan tradisi Weh-Buweh," ujarnya.

"Seperti Botorejo, Jalan Pemuda dan sebagainya," sambung dia.

Tradisi Weh Buweh di Kampung Sampangan Demak. Tradisi ini digelar setiap malam 21 Ramadan. Foto diambil Minggu (31/3/2024).Tradisi Weh Buweh di Kampung Sampangan Demak. Tradisi ini digelar setiap malam 21 Ramadan. Foto diambil Minggu (31/3/2024). Foto: Mochamad Saifudin/detikJateng

Talkhis menyebut peserta yang mengikuti tradisi tersebut tak hanya warga setempat, tapi banyak pula warga luar kampung yang sudah berpindah tempat tinggal ikut merayakan tradisi ini.

"Tidak hanya warga sekitar, melainkan dari warga luat daerah juga. Ini banyak juga yang dari luar daerah. Iya (mudik)," sambungnya.

Dia menuturkan mayoritas warga kampung merupakan umat muslim. Meski begitu, dia tak membatasi umat agama lain untuk meramaikan tradisi ini.

"Kalau di sini alhamdulillah muslim semua, tapi seandainya ada ikut Weh-Buweh juga tidak apa-apa. Soalnya yang namanya sedekah tidak hanya ke orang muslim saja," ujarnya.

Tradisi Weh Buweh ini pun sudah berlangsung turun temurun. Dia mengenang saat usia belia juga mengikuti tradisi ini.

"Tradisi ini sudah lama, sejak saya lahir, saya lahir tahun 19961 sampai sekarang dilestarikan," sambungnya.

Hal senada disampaikan Ketua RT 6 RW 5, Sumarlan (70). Sumarlan menyebut tradisi tersebut sudah ada sejak dulu.

"Sudah lama, saya masih kecil sudah ada," ujar Sumarlan.

Berbeda dengan Kampung Sampangan, Tradisi Weh Buweh di Kampung Kembangan digelar usai asar hingga menjelang magrib. Salah satu remaja kampung setempat, Sabila (17) turut berkeliling menukarkan jajanan.

"Kalau di sini habis asar sampai setelah magrib-an. Setiap kampung beda-beda. Kalau saya
(berharap) kalau bisa selalu dipertahanin, sebisa mungkin kita merangkul adat istiadat jangan sampai lupa," harap Sabila.




(ams/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads