Sebuah makam di Desa Kandangmas Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah dikeramatkan oleh warga setempat. Konon makam itu menyimpan kisah pilu percintaan antara putri Sunan Muria dengan santri keturunan dari Kerajaan Mataram.
Makam tersebut adalah peristirahatan terakhir Raden Ayu Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku yang berada di Dukuh Masin Desa Kandangmas. Makam itu berada di sebuah bukit. Untuk sampai di makam, warga harus berjalan kaki sejauh 300 meter menaiki jalan setapak.
Suasana makam terlihat asri. Di sekitar makam terdapat banyak pepohonan jati yang masih rindang dan lebat. Warga tidak berani mengambil kayu jati itu karena dikeramatkan oleh warga setempat. Peziarah biasanya datang setiap Rabu, Kamis, dan Jumat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Pengurus Makam Keramat Punden Masin, Sumartono mengatakan Makam Raden Ayu Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku telah dikeramatkan oleh warga setempat. Menurutnya Raden Ayu adalah anak Sunan Muria. Sedangkan Raden Bagus adalah keturunan Mataram yang menimba ilmu di pondok milik Sunan Muria.
"Karena dari Mataram berkeinginan untuk berguru di rumahnya Sunan Muria. Akhirnya mereka diterima ngaji bersama. Tapi sebelumnya Raden Bagus ini sudah punya ilmu luar biasa," jelas Sumartono ditemui di lokasi, Kamis (7/3/2024).
![]() |
Sumartono menceritakan ada sebuah kisah percintaan di balik makam itu. Konon kata dia Raden Ayu dengan Raden Bagus menjalin hubungan asmara. Namun karena caranya yang dinilai kurang baik, akhirnya berakhir dengan kematian.
"Dia mestinya direstui tapi caranya yang tidak sopan. Sebagai pemuda mereka bersama-sama di hutan. Mereka keduanya adalah berpacaran. Karena Den Ayu ini sudah diincar oleh orang lain termasuk murid dari Sunan Muria yang bernama Cibolek yang dari Bulumanis Kajen (Pati), ini hanya nama samaran," terang dia.
Dia mengatakan di balik hubungan asmara keduanya ternyata ada santri dari Pati yang bernama Cibolek menaksir Raden Ayu. Sayang Raden Ayu tidak menyukai Cibolek karena jelek. Raden Ayu memilih Raden Bagus. Namun hubungan keduanya diam-diam diawasi oleh Cibolek hingga dilaporkan kepada Sunan Muria.
"Cibolek itu jelek, cebol (kecil) memiliki keinginan untuk mempersunting Raden Ayu, dia Raden Bagus datang itu Raden Ayu tidak memperhatikan Cibolek tetapi yang diperhatikan adalah Raden Bagus. Akhirnya Raden Bagus diberikan pekerjaan oleh Sunan Muria untuk jaga padi di wilayah Muria Selatan atau sekarang Masin," terang dia.
Raden Bagus ditugaskan oleh Sunan Muria untuk mengawasi padi di sawah. Raden Ayu kata dia sering mengirim makanan kepada Raden Bagus saat menjaga padi di sawah. Ternyata Cibolek, kata dia, diam-diam mengawasi keduanya yang sedang menjalin asmara di sawah. Cibolek diam-diam melaporkan keduanya kepada Sunan Muria jika keduanya berpacaran di sawah.
"Raden Bagus disuruh jaga padi di sawah. Raden Ayu sering datang untuk mengirim makanan, witing tresno apa-apa jadi tertarik. Akhirnya itu mereka itu dilaporkan Cibolek kepada Sunan Muria, anak panjengan Raden Ayu tidak sopan, di sawah dia pacaran dengan Raden Bagus," terang Sumartono.
"Akhirnya dibuktikan oleh Sunan Muria kenyataanya, mereka masih pacaran. Akhirnya dilaporkan, di rumah lalu diberikan arahan oleh Sunan Muria. Namun mereka tetap menjalin hubungan," lanjut Sumartono yang sudah belasan tahun menjadi Ketuua Pengurus Makam Keramat Masin itu.
Sumartono menceritakan, Cibolek melihat lagi mereka pacaran lagi. Cibolek lalu melaporkan kepada Sunan Muria, bahwa padinya dirusak, dimakan burung itu. Padinya dimakan habis. Akhirnya dilaporkan, tetapi, saat Sunan Muria datang melihat padinya ternyata tidak ada yang rusak dan masih utuh.
Singkat cerita, Sunan Muria murka melihat anaknya yang menjalin hubungan dengan Raden Bagus. Sunan Muria bahkan mengancam akan memanah putrinya sendiri. Nahas ancamannya itu justru menjadi kenyataan dan dia memanah ke putrinya.
Raden Bagus yang melihatnya langsung menghadang. Panah itu lalu mengenai Raden Bagus hingga meninggal dunia.
"Singkat cerita Raden Ayu didatangi oleh Sunan Muria, karena anaknya sudah senang dengan Raden Bagus saya tidak mau pulang kalau tidak bersama dengan Raden Bagus. Kalau tidak mau pulang saya jemparing (anak panah), karena berniat jemparing di sini ada setan, akhirnya lepas, Raden Bagus tahu kalau Raden Ayu mau kena Jemparing, terus dihalangi oleh Raden Bagus dan akhirnya meninggal. Akhirnya dimakamkan di sini," terang dia.
Raden Bagus dan Raden Ayu akhirnya dimakamkan di Masin yang sekarang dikenal Desa Kandangmas. Warga berdatangan di makam tersebut. Terutama saat hari Rabu, Kamis, dan Jumat. Mereka datang baik hanya sekadar berdoa hingga berharap mendapatkan jodoh..
"Terus banyak yang datang ke sini. Sudah sore sampai subuh tidak pulang-pulang maka disabda menjadi kayu jati. Jati ini adalah sabda dari orang-orang yang takziah yang tidak mau pulang," pungkas dia.
Camat Dawe Fammy Dwi Arfana yang datang saat tradisi sewu sempol di makam keramat berharap agar masyarakat mendapatkan berkah dan ridho berkat menggelar sedekah kubur tersebut.
"Kami dari Kecamatan hanya bisa berdoa, semoga mendapatkan keberkahan kita semua. Tujuan untuk bersedekah berharap ridho allah," katanya ditemui di lokasi.
(apl/ahr)