Wayang Potehi, Jejak Seni Tionghoa yang Berkembang di Jawa Tengah

Wayang Potehi, Jejak Seni Tionghoa yang Berkembang di Jawa Tengah

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Kamis, 07 Des 2023 13:07 WIB
Jelang Imlek, Mal Ciputra menyajikan pagelaran wayang Potehi pada jam-jam tertentu. Yuk lihat.
Wayang potehi Foto: Rifkianto Nugroho
Solo -

Kesenian wayang di Jawa Tengah tidak hanya terbatas pada wayang kulit dan wayang orang. Di Semarang, ada sebuah pertunjukan bernama Wayang Potehi. Kesenian ini dipopulerkan oleh pendatang dari Negeri Tirai Bambu, Tiongkok.

Sekilas, Wayang Potehi ini mirip dengan Wayang Golek karena menggunakan boneka. Namun pernak-pernik dan properti yang digunakan sangat identik dengan Tionghoa. Begitu pula dengan cerita yang disampaikan.

Penasaran dengan Wayang Potehi yang sempat populer di kalangan masyarakat Semarang? Yuk, simak informasi berikut yang detikJateng himpun dari laman Warisan Budaya Takbenda Kemdikbud dan Budaya Kemdikbud.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengenal Wayang Potehi

Wayang Potehi adalah sebuah pertunjukan boneka yang menghadirkan kisah-kisah menarik dari Tiongkok. Kesenian ini pernah menjadi sorotan utama di Kota Semarang. Pertunjukan ini melibatkan lima individu yang berperan sebagai pemain musik, dalang, dan asisten.

Seluruh anggota tim, terutama dalang, harus memiliki pemahaman mendalam terhadap puluhan kisah sejarah dan mampu menghidupkan cerita di atas panggung. Mereka tidak hanya sekadar menghafal ceritanya.

ADVERTISEMENT

Berbeda dengan pertunjukan wayang lainnya, jumlah pemain musiknya mungkin terbatas. Meski begitu, berbagai alat musik seperti gembreng, kecer, simbal, dan lainnya tetap digunakan.

Awalnya, cerita Wayang Potehi berasal dari Tiongkok. Namun, kini Wayang Potehi melangkah lebih jauh dengan mengambil inspirasi dari novel atau tokoh seperti Kera Sakti.

Dahulu, pertunjukan ini dilakukan dalam dialek Hokkian. Namun seiring waktu, beralih ke bahasa Indonesia agar lebih inklusif dan diterima oleh masyarakat umum.

Wayang Potehi tidak hanya dihadirkan untuk tujuan hiburan semata. Bagi masyarakat Tionghoa, pertunjukan ini juga memiliki makna sosial dan ritual.

Meskipun mengalami masa sulit pada zaman dahulu akibat kebijakan pemerintah, beruntungnya saat ini semakin banyak individu yang peduli dan bersedia meneruskan tradisi seni ini.

Perkembangan Wayang Potehi

Dikutip dari laman resmi Kemdikbud RI, Wayang Potehi tidak hanya menceritakan kisah yang menarik, tetapi juga memiliki sejarah yang panjang di Jombang dan Surabaya. Di wilayah tersebut, seni ini diperkenalkan oleh para perantau Tionghoa yang membawa tradisi dari Cina Selatan.

Nama Potehi berasal dari bahasa Cina yang mengartikan boneka kantong dari kain. Pertunjukan ini melibatkan lima orang, terdiri dari dua dalang dan tiga pemain musik.

Ceritanya umumnya bersumber dari legenda dan kepahlawanan Tiongkok, namun jika dipentaskan di luar kelenteng, ceritanya lebih populer seperti Kera Sakti, Sam Pek Eng Tay, atau Pendekar Gunung Liang Siang.

Pada tahun 1920-an, Wayang Potehi memasuki Jombang dan berkembang di Klenteng Hong San Kiong Gudo. Meskipun awalnya diperkenalkan oleh pendatang Tionghoa yang berdagang, kini seni ini telah menjadi bagian integral dari budaya Indonesia.

Saat warga Tionghoa merayakan liburan besar, seperti Imlek, Klenteng Hong Tiek Hian di Surabaya menjadi destinasi ramai untuk ibadah dan menonton pertunjukan menarik Wayang Potehi.

Seni ini sudah hadir di Indonesia sejak abad ke-17 dan punya sejarah panjang. Oleh karena itu, kita diingatkan untuk tidak melupakan keberadaan Wayang Potehi yang kaya akan warisan budaya ini.

Itulah informasi lengkap mengenai Wayang Potehi dan sejarah panjangnya. Semoga bermanfaat, Lur!




(par/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads