Asal-usul Jepara dan Sejarahnya Dijuluki Kota Ukir Berkelas Dunia

Asal-usul Jepara dan Sejarahnya Dijuluki Kota Ukir Berkelas Dunia

Marcella Rika Nathasya - detikJateng
Senin, 04 Des 2023 13:57 WIB
Pekerja menyelesaikan pembuatan kursi ukir Jepara di Toko Ainur Jepara Kawasan Jalan Padang Panjang, Jakarta, Rabu (10/5/2023). Pedagang kursi kayu jati dari wilayah Jepara, Jawa Tengah tersebut di jual dengan harga berkisar Rp850 ribu hingga Rp2 Juta/kursi disesuaikan dengan ukuran kursi dan jenis ukirannya.  ANTARA FOTO/Reno Esnir/nz *** Local Caption ***
Ilustrasi asal-usul Jepara dan sejarahnya dijuluki kota ukir berkelas dunia. Foto wanita di balik industri ukiran kayu di Jepara, Selasa (3/10/2017). (ANTARA FOTO/RENO ESNIR)
Solo -

Jepara, sebuah kota yang terletak di pesisir utara Jawa Tengah, Indonesia, memiliki kekayaan sejarah dan keunikan budaya. Asal-usul Jepara dapat ditelusuri hingga zaman kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara, di mana daerah ini telah menjadi pusat perdagangan dan peradaban maritim.

Adapun yang membuat Jepara benar-benar dikenal di seluruh dunia adalah julukannya sebagai 'kota ukir dunia'. Gelar ini tidak diberikan secara sembarangan, melainkan tercermin dari warisan seni ukir kayu yang membanggakan, yang telah menjadi ciri khas kota ini.

Jepara menyimpan sejarah panjang hingga kota tersebut mendapat julukan sebagai kota ukir berkelas dunia. Berikut ini penjelasan sejarah dan asal-usul Jepara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Asal-usul Nama Jepara

Dikutip dari laman resmi PPID Kabupaten Jepara, asal nama Jepara berasal dari kata Ujung Para yang kemudian berubah menjadi Ujung Mara dan Jumpara yang kemudian menjadi Jepara Kata Jepara sendiri memiliki arti sebagai sebuah tempat pemukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah.

Kata ujung para terdiri dari dua kata yakni ujung dan para, ujung dalam kamus bahasa Indonesia memiliki arti bagian darat yang menjorok (jauh) ke laut, sedangkan para memiliki arti menunjukan arah. Sehingga ujungpara sendiri jika digabungkan memiliki arti sebagai suatu daerah yang letaknya menjorok ke laut.

ADVERTISEMENT

Sejarah Jepara Dijuluki Kota Ukir Berkelas Dunia

Kota Jepara dijuluki sebagai The World Carving Center atau kota ukir dunia. Julukan tersebut dilatarbelakangi Sejak abad ke-19, Jepara telah dikenal sebagai salah satu daerah pusat penghasil kerajinan ukiran kayu dan mebel terbesar di Indonesia bahkan telah dikenal hingga mancanegara.

Karya seni ukir kayu sudah menjadi bagian dari budaya, seni, dan ekonomi masyarakat Jepara sejak dulu yang diturunkan dari generasi ke generasi seiring perkembangan zaman. Pada saat ini, Kota Jepara menjadi salah satu daerah penghasil kerajinan ukiran kayu terbesar di Indonesia, bahkan produk kerajinan kayunya telah di ekspor ke berbagai negara di dunia.

Lantas, bagaimana sejarah jepara dijuluki kota ukir berkelas dunia ?

Mengutip dari laman resmi Indonesia.go.id, sejarah kota Jepara mendapat julukan kota ukir karena dahulu kala Prabangkara, ahli lukis dan ukir itu, dipanggil oleh Raja Brawijaya untuk melukis istrinya dalam keadaan tanpa busana sebagai wujud cinta sang raja. Sebagai pelukis, ia harus melukis melalui imajinasinya tanpa boleh melihat permaisuri dalam keadaan tanpa busana.

Prabangkara melakukan tugasnya dengan sempurna sampai kotoran seekor cicak jatuh mengenai lukisan itu sehingga lukisan permaisuri mempunyai tahi lalat. Raja sangat puas dengan hasil karya Prabangkara namun begitu melihat tahi lalat tersebut, maka marahlah sang raja dan menuduh Prabangkara melihat permaisuri tanpa busana karena lokasi tahi lalatnya persis dengan kenyataannya.

Prabangkara pun dihukum dengan diikat di layang-layang, diterbangkan, dan kemudian jatuh di belakang gunung yang kini bernama Mulyoharjo. Prabangkara kemudian mengajarkan ilmu ukir kepada warga Jepara dan kemahiran ukir warga Jepara bertahan hingga sekarang.

Ukiran Jepara sudah ada sejak zaman pemerintahan Ratu Kalinyamat sekitar tahun 1549. Anak perempuan ratu bernama Retno Kencono mempunyai peranan yang besar bagi perkembangan seni ukir. Di zaman ini kesenian ukir berkembang dengan sangat pesat ditambah dengan adanya seorang menteri bernama Sungging Badarduwung yang berasal dari Campa dan sangat ahli dalam seni ukir. Sementara daerah belakang Gunung diceritakan terdapat sekelompok pengukir yang bertugas untuk melayani kebutuhan ukir keluarga kerajaan.

Semakin hari kelompok ini berkembang menjadi semakin banyak karena desa-desa tetangga mereka pun ikut belajar mengukir. Namun, sepeninggal Ratu Kalinyamat, perkembangan mereka terhenti dan baru berkembang kemudian di era Kartini, pahlawan wanita yang lahir di Jepara.

Peranan Raden Ajeng Kartini dalam pengembangan seni ukir sangat besar. Ia melihat kehidupan para pengrajin ukir yang tidak beranjak dari kemiskinan dan hal ini sangat mengusik batinnya. Ia kemudian memanggil beberapa pengrajin dari daerah belakang Gunung untuk bersama-sama membuat ukiran seperti peti jahitan, meja kecil, figura, tempat perhiasan, dan barang cinderamata lainnya, yang kemudian dijual oleh Raden Ajeng Kartini ke Semarang dan Batavia (sekarang Jakarta), sehingga akhirnya diketahuilah kualitas karya seni ukir dari Jepara ini.

Pesanan pun banyak berdatangan dan hasil produksi pengrajin seni ukir Jepara pun bertambah jenisnya. Sementara itu, Raden Ajeng Kartini pun mulai memperkenalkan karya seni ukir Jepara ke luar negeri dengan memberikan berbagai cinderamata kepada teman-temannya di luar negeri. Seluruh penjualan barang ini setelah dikurangi oleh biaya produksi, uangnya diserahkan secara utuh kepada para pengrajin yang mana dapat menaikkan taraf hidup mereka yang berkecimpung di bidang ini.

Ciri Khas Ukiran Jepara

Ukiran Jepara memiliki ciri khas yang menunjukkan bahwa ukiran itu berasal dari Jepara yaitu dari motifnya. Motif yang sangat terkenal dari ukiran daerah ini adalah Daun Trubusan yang terdiri dari dua macam. Pertama, daun yang keluar dari tangkai relung. Kedua, daun yang keluar dari cabang atau ruasnya.

Ukiran Jepara juga terlihat dari motif Jumbai dimana daunnya akan terbuka seperti kipas lalu ujungnya meruncing. Dan juga ada tiga atau empat biji keluar dari pangkal daun. Selain itu, salah satu ciri khasnya adalah tangkai relung yang memutar dengan gaya memanjang dan menjalar membentuk cabang-cabang kecil untuk mengisi ruang dan memperindahnya. Ciri-ciri khas ini sudah cukup mewakili identitas ukiran Jepara.

Artikel ini ditulis oleh Marcella Rika Nathasya Peserta program magang bersertifikat kampus merdeka di detikcom.




(dil/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads