Puisi dan prosa merupakan dua karya sastra yang sering dianggap sama oleh sebagian orang. Padahal keduanya memiliki perbedaan. Berikut penjelasannya.
Puisi dan prosa adalah dua bentuk ekspresi sastra yang berbeda, baik dalam gaya maupun struktur. Puisi memiliki ciri khasnya sendiri, seringkali ditandai oleh penggunaan ritme, rima, dan metafora untuk menciptakan kesan estetis yang mendalam.
Struktur puisi yang teratur dan pemilihan kata yang cermat membentuk nada khusus yang tidak dapat dijumpai dalam prosa. Di sisi lain, prosa mengeksplorasi narasi secara lebih bebas, tanpa keterbatasan pola atau ritme yang ketat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam prosa, pengarang dapat mengembangkan cerita dan karakter dengan lebih panjang dan mendetail, memungkinkan pembaca untuk masuk lebih dalam ke dalam dunia fiksi atau nonfiksi yang disajikan.
Lantas apa pengertian puisi dan prosa, apakah ciri-ciri nya berbeda? Simak penjelasan di bawah ini.
Apa Perbedaan Puisi dan Prosa?
Pengertian Puisi dan Prosa
Dikutip dari buku 'Seni Mengenal Puisi' (2020) Oleh Agnes Pitaloka, puisi secara umum merupakan suatu karya sastra yang berasal dari ungkapan atau curahan hati penyair. Karya sastra ini dibuat berdasarkan ungkapan perasaan penyair.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), puisi diartikan sebagai ragam sastra dengan penggunaan bahasa yang masih terikat oleh mantra, irama,penyusunan larik, bait atau rima.
Puisi adalah bentuk ekspresi diri yang menggambarkan keresahan, imajinasi, kritik, pemikiran, pengalaman, kesenangan ataupun nasehat seseorang. Puisi adalah jenis karya sastra yang tersusun atas bahasa yang indah dan padat makna.
Sementara itu, mengutip dari buku Pengkajian Prosa Fiksi Oleh Andri Wicaksono, prosa menurut badudu merupakan karangan bebas yang tidak terikat pada uraian dan isian. Umumnya prosa digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Dalam kesusastraan, prosa disebut juga fiksi.
Ciri - Ciri Puisi
Puisi Lama
- Tidak diketahui nama pengarangnya (cenderung bersifat kolektif), seringkali berupa puisi rakyat
- Terikat oleh aturan, jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata pada tiap baris
- Dari mulut ke mulut (secara lisan), dapat disebut sebagai folklore
- Majas (gaya bahasa) yang digunakan bersifat tetap dan klise
- Menggambarkan masa kerajaan
Puisi baru
- Jelas nama pengarangnya
- Tidak terikat aturan bait, baris, suku kata, dan rima bebas
- Diungkapkan secara lisan dan tulis
- Majas bersifat dinamis
- Menggambarkan kehidupan pada umumnya
Ciri-Ciri Prosa
Prosa lama
- Bersifat statis atau ceritanya sama
- Bersifat tradisional
- Umumnya anonim atau tidak diketahui pengarangnya
- Tidak memperhatikan urutan waktu atau tahun
- Bentuknya : hikayat, kisah, dongeng
Prosa baru
- Dinamis sesuai dengan perkembangan masyarakat
- Bahan cerita diperoleh dari masyarakat
- Berdasarkan kenyataan
- Berbentuk tulisan
- Memperhatikan urutan peristiwa
- Tokoh yang digunakan umumnya manusia
- Bentuknya : roman, novel, cerpen
Contoh Puisi dan Prosa
Contoh Puisi 1# Bunga mawar
Warnamu merah, putih
Harummu menyebar ke seluruh taman
Meski tangkaimu berduri
Kau tetap menawan
Banyak kumbang dan kupu-kupu
Hinggap di tangkaimu
Berayun-ayun kian kemari
Menghisap sari madumu
Oh bunga
Engkau dapat melambangkan kebahagiaan
Namun dapat pula kesedihan
Karena durimu yang tajam
Contoh Puisi 2# Keindahan Alam
Bak gelombang jiwa di udara
Laksana sinar dipagi hari
Bagaikan rembulan mengarugi samudera
Seperti peri kehilangan matahari
Kicauan burung terdengar merdu
Menandakan adanya hari baru
Indahnya alam ini membuatku terpaku
Seperti dunia hanya untuk diriku
Gemericik air sungai
Begitu beningnya
Bagaikan zamrud khatulistiwa
Itulah alam desaku yang permai
Berdiri Aku
Berdiri aku di senja senyap
Camar melayang menepis buih
Melayah bakau mengurai puncak
Berjuang datang ubur terkembang
Angin pulang menyejuk bumi
Menepuk teluk menghempas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun-ayun di atas alas
Benang raja mencelup ujung
Naik marak menyerak corak
Elang leka sayap tergulung
Dimabuk warna berarak-arak
Dalam rupa maha sempurna
Rindu sendu mengharu kalbu
Ingin datang merasa sentosa
Menyecap hidup bertemu tuju
Contoh Prosa 1# Rubah dan Kambing
(Karya Tony Ireland)
Di suatu malam yang gelap, adalah waktu yang biasa bagi Rubah untuk berjalan-jalan di sekitar hutan. belantara. Malangnya, tepat malam itu rubah terjatuh ke dalam sumur yang cukup dalam. Berbagai cara dilakukan rubah untuk dapat mengeluarkan dirinya dari sumur itu seperti melompat, memanjat, bahkan. meminta tolong dengan berteriak.
Sayangnya, usaha tersebut tidak ada yang berhasil. Dengan tidak adanya jalan keluar bagi si rubah, pada akhirnya ia harus menerima bermalam di dalam sumur dan menunggu pertolongan esok hari.
Esok paginya, seekor kambing melewati sumur yang dihuni rubah semalaman. Kambing yang polos tertarik untuk melihat kedalam sumur dan alangkah terkejutnya kambing melihat rubah ada di dalam sumur yang dalam itu. Kambing pun bertanya kepada rubah,
"Maaf rubah, apa yang kau lakukan di dalam sumur?"
"Aku turun ke sumur ini karena sedang haus, ternyata air yang ada dalam sumur ini adalah air terbaik yang pernah ada, kalau kau ingin mencoba merasakannya turunlah kesini", jawab rubah dengan niat liciknya.
Dengan polosnya dan tanpa pikir panjang, kambing turun ke dalam sumur dan meminum air sebanyak- banyaknya. Namun setelah kenyang, justru kambing panik karena tidak bisa keluar dari dalam sumur tersebut. Akal licik rubah kembali muncul dan berkata, "Kambing, aku punya ide. Cobalah berdiri dengan kaki belakangmu dan antar aku keluar setelah itu aku akan membantumu dari atas".
Kambing pun tidak berpikir lagi dan segera menuruti ide rubah yang sebenarnya justru mencelakainya. Dia membantu rubah keluar dengan kakinya, sementara rubah malah berkata
"Andaikan saja kau cerdas, kau tidak akan masuk ke tempat tanpa berpikir cara keluar dari tempat itu". Rubah pun melenggang dengan meninggalkan kambing yang terjebak dalam sumur.
Contoh Prosa 2# Hikayat Hang Tuah
Dikisahkan ada sepasang suami istri. Sang suami bernama Hang Mahmud, dan si istri berjuluk Dang Merdu. Keduanya dikaruniai seorang putra bernama Hang Tuah. Pasangan tersebut tinggal bersama anak mereka di sebuah desa bernama Sungai Duyung.
Sungai Duyung dipimpin oleh seorang Raja Bintan yang terkenal bijak dan sangat disegani. Pada suatu malam, sang suami berkeluh pada si istri ingin merubah nasib ke Bintan. Malamnya, saat semua tertidur, Sang Suami Hang Mahmud bermimpi. Dalam mimpinya tersebut dirinya melihat bulan turun dari langit.
Bulan tersebut bersinar tepat di atas kepala anaknya Hang Tuah. Hang Mahmud pun terbangun, dan langsung menemui anaknya yang ternyata berbau wangi. Esok paginya, dirinya membuat pesta selamatan sebagai bentuk doa atas mimpinya malam kemarin.
Suatu hari Hang Tuah pergi bersama ayahnya untuk pergi membelah kayu sebagai bahan bakar. Namun tiba-tiba datanglah kawanan pemberontak. Semua orang sudah kabur, selain Hang Tuah. Para pemberontak mencoba membunuhnya namun,malah mereka yang mati terkena kapak Hang Tuah. Sejak saat itu Raja Bintan percaya padanya.
Namun, para Tumenggung justru iri dan mencoba memfitnah Hang Tuah. Para Tumenggung menuduh Hang Tuah adalah pemberontak yang sebenarnya. Mereka menghasut raja Bintan untuk segera membunuh Hang Tuah. Tetapi Hang Tuah selalu dilindungi Allah SWT dan gagal terbunuh. Hang Tuah pun akhirnya lebih memilih mengasingkan diri.
Artikel ini ditulis oleh Marcella Rika Nathasya peserta program magang bersertifikat di detikcom
(apl/dil)