Contoh Karangan Cerpen Tentang Pendidikan Beserta Unsur dan Cara Membuatnya

Contoh Karangan Cerpen Tentang Pendidikan Beserta Unsur dan Cara Membuatnya

Santo - detikJateng
Selasa, 02 Mei 2023 16:07 WIB
Ilustrasi menulis
Contoh Karangan Cerpen Tentang Pendidikan Beserta Unsur dan Cara Membuatnya. Foto: detikcom/Thinkstock
Solo -

Contoh karangan cerpen tentang pendidikan dapat digunakan oleh siapapun yang membutuhkan sebagai referensi. Berikut contoh karangan cerpen tentang pendidikan beserta unsur dan cara membuatnya.

Menurut buku 'Bahasa Indonesia Untuk SMA/MA/SMK/MAK' (2018) oleh Imam Taufik dkk, cerpen merupakan karangan singkat yang berisi satu masalah dan berfokus pada satu tokoh.

Karangan cerpen dibangun oleh unsur intrinsik seperti tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, gaya bahasa, sudut pandang, dan amanat. Cerpen juga dibangun oleh unsur ekstrinsik yang melekat pada diri pengarang seperti pendidikan, pekerjaan, agama, dll, serta hal di luar pengarang seperti keadaan sosial, budaya, dan politik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cerpen dapat dibuat berdasarkan pengalaman hidup pengarang atau orang lain dan bertujuan untuk menyampaikan nilai-nilai kehidupan yang bersifat positif dan negatif dalam bentuk narasi yang menarik.

Cara Membuat Karangan Cerpen

Karangan cerpen merupakan prosa fiksi yang penggunaan kata dan kalimatnya harus dapat membangkitkan perasaan pembaca. Selain itu, cerpen juga bersifat tiruan dari perilaku atau peristiwa nyata. Berikut cara membuat karangan cerpen yang baik dan benar.

ADVERTISEMENT

Menentukan Tema

Tema sebuah karangan cerpen dapat berasal dari kehidupan diri sendiri atau kehidupan orang lain misalnya keluarga, teman dekat, guru, atau tetangga. Tema tersebut dapat berupa pengalaman menarik yang mengandung nilai-nilai kehidupan yang dapat menjadi pelajaran yang bermanfaat bagi orang lain (pembaca).

Menyusun Kerangka Cerpen

Setelah menentukan tema, penulis harus mengembangkan tema tersebut menjadi karangan cerpen dengan menyusun kerangka atau unsur-unsur pembangun cerpen. Kerangka cerpen merupakan urutan peristiwa yang akan ditampilkan dalam karangan cerpen. Pembuatan karangan cerpen harus mempertimbangkan pelaku dan peristiwa agar karangan cerpen tersebut enak dibaca.

Mengembangkan Unsur-unsur Pembangun Cerpen

Setelah menyusun kerangka, penulis harus mengembangkan kerangka tersebut dengan unsur-unsur pembangun cerpen menjadi sebuah cerita yang menarik. Penulis dapat memperluas tema yang telah ditentukan dalam kerangka dan sebaiknya tidak membahas tema yang tidak terdapat dalam kerangka.

Contoh Karangan Cerpen Tentang Pendidikan

Berikut contoh karangan cerpen tentang pendidikan berjudul 'Sekolahku di Pedalaman' karya Surya Ismail yang dikutip dari laman Scribd.

Sudah lima tahun aku belajar di sekolah Budi Makmur ini. Sekolahku berada di daerah pedalaman. Kondisi sekolahku sangat sederhana. Hanya ada tiga kelas. Dindingnya terbuat dari papan dan kulit kayu. Sementara atapnya terbuat dari daun sagu, atau sering disebut daun rumbia oleh suku pedalam.

Meja dan tempat duduk kami terbuat dari papan yang dibuat memanjang. Papan tulis hitam berukuran 1x2 meter menggantung di depan kelasku. Sekolahku hanya berlantaikan tanah. Kalau hujan turun, airnya akan masuk ke dalam kelasku hingga menjadi becek.

Sekarang aku sudah kelas enam. Hanya ada empat orang murid di kelasku. Sedangkan guru yang mengajar di sekolahku hanya ada dua orang. Pak Nantan dan Pak Kurna, mengajar dari kelas satu sampai kelas enam.

Dalam belajar, kami dan guru senang membaur. Seperti mengerjakan latihan misalnya, kami sering mengerjakan dan memecahkannya bersama-sama, dan tidak malu-malu bertanya kalau tidak paham. Kami dan guru terlihat sangat akrab sekali!

Pulang sekolah hari ini aku dibonceng Pak Nantan naik sepeda ontel. Sedangkan Rizal temanku ikut dengan Pak Kurna. Kami sering dibonceng seperti ini karena rumah kami berdua paling jauh. Jarak rumah ke sekolahku empat kilometer. Jam enam pagi aku sudah harus berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki melewati jalan setapak dan hutan belantara.

"Pak Nantan hari ini mancing ke sungai lagi? Boleh Ujang ikut?" tanyaku.

"Bapak hari ini memetik buah kelapa di kebun, Jang. Uang belanja sudah menipis. Besok kalau kelapa-kelapa itu sudah terjual, Bapak pasti akan ajak Ujang mancing di sungai!" janji Pak Nantan.

Aku sedih mendengarnya. Sudah lelah mengajar di sekolah, Pak Nantan harus memanjat kelapa lagi sampai di rumah. Kalau tidak, keluarganya tidak bisa makan. Karena dengan menjual buah-buah kelapa itulah Pak Nantan bisa mendapatkan uang untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.

Pak Nantan tak menerima gaji mengajar di sekolah, karena Pak Nantan hanya tamat SMP. Tapi niat baiknya ingin memajukan kampungku supaya bebas buta huruf dan pandai berhitung memang patut diacungi jempol.

Setahun yang lalu ada dua orang guru bantu yang dipindah tugaskan dari kota ke kampungku. Betapa gembiranya aku waktu itu. Aku berharap kehadiran mereka bisa memberikan kemajuan bagi sekolahku. Namun harapanku itu kemudian pupus.

Sebulan mengajar, mereka hanya empat kali datang ke sekolahku. Bulan berikutnya, mereka tak pernah datang-datang lagi ke sekolah. Ah, mungkin mereka tak terbiasa dengan keadaan kampungku yang terpelosok jauh berada di pedalaman.

Suatu hari Pak Nantan pernah bertanya kepadaku tentang cita-citaku. "Apa cita-citamu, Jang?"

"Aku ingin jadi seperti Bapak!" jawabku mantap.

"Menjadi guru?" Pak Nantan tersenyum.

Aku mengangguk, "Aku ingin membuat kampung ini menjadi maju. Aku ingin semua orang bisa membaca dan berhitung. Kalau orang-orang di kampung ini sudah bisa membaca dan berhitung, pasti mereka bisa membangun kampung ini menjadi lebih maju!"

Mata Pak Nantan tampak berkaca-kaca mendengar penuturanku. "Pendidikan di kampung ini memang sangat menyedihkan. Tak ada guru-guru yang mau mengajar di kampung ini. Apalagi kebanyakan anak-anak seusiamu lebih memilih bekerja di ladang membantu orang tua mereka daripada pergi ke sekolah."

Air mataku menetes. Aku sedih sekali. Di rumah, seharusnya Abah dan Emak bisa membimbingku belajar dan mengerjakan PR. Tapi mana mungkin, kedua orang tuaku tidak pandai membaca dan menulis. Malah suatu ketika Abah dan Emak memintaku untuk mengajari mereka membaca, menulis dan berhitung.

Wah.. Bagaimana mungkin? Apa aku bisa? Ah, tapi akhirnya ku coba juga. Setiap hari setelah pulang sekolah, aku pun mengajari orang tuaku membaca, menulis, dan berhitung.

"Abah bangga padamu, Jang. Anak sekecil kamu sudah pandai mengajari Abah dan Emakmu membaca, menulis dan berhitung," ujar Abah memujiku.

"Emak juga bangga, Jang. Berkat kamu sekolah, Emak dan Abahmu jadi tak bodoh lagi. Emak dan Abahmu sekarang sudah bisa membaca walaupun masih mengeja," kata Emak, lalu mencium kepalaku.

"Terima kasih," ucapku terharu. "Ini juga berkat Abah dan Emak yang mau menyekolahkanku hingga aku menjadi pintar dan bisa mengajari Abah dan Emak di rumah, hehe..." Abah dan Emak memelukku, dan menciumi kedua pipiku dengan penuh rasa sayang dan cinta.

Ah, kelak aku harus bisa membangun kampung ini menjadi lebih maju! Aku ingin semua orang di kampung ini bisa membaca, menulis dan berhitung. Doakan aku, ya, teman-teman!

Itulah contoh karangan cerpen tentang pendidikan yang dapat dijadikan sebagai referensi. Semoga bermanfaat, Lur!

Artikel ini ditulis oleh Santo, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(ahr/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads