Memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Oktober, ingatan sebagian masyarakat Kota Tasikmalaya langsung tertuju pada kata Mitra Batik.
Mitra Batik adalah nama jalan protokol di Kota Tasikmalaya yang membentang dari Simpang Empat Jalan RE Martadinata hingga Simpang Empat Jalan Galunggung.
Tak banyak warga yang tahu jika nama Mitra Batik ini merupakan nama sebuah koperasi yang unit usahanya bergerak di sektor industri kain batik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada masa kejayaannya dulu, Kota Tasikmalaya merupakan daerah produsen kain batik yang terkenal seantero Nusantara. Bahkan produk batik asal Tasikmalaya bisa tembus pasar ekspor. Industri batik ketika itu menjadi salah satu penopang perekonomian ribuan masyarakat Tasikmalaya.
"Koperasi Mitra Batik menjadi bukti kejayaan Tasikmalaya dalam dua bidang sekaligus, yakni pengembangan koperasi dan industri batik," kata Agus Rudianto, Ketua Dekopinda Kota Tasikmalaya, Rabu (2/10/2024).
Agus mengatakan industri batik di Tasikmalaya sudah tumbuh sejak zaman prakemerdekaan. Koperasi Mitra Batik sendiri didirikan pada 17 januari 1939, oleh sejumlah tokoh yang dimotori oleh Eni, Badri, Enong, Dion, Kartadibrata, Kartasasmita, Naseh, Sayuti, serta Sumiraatmadja.
"Koperasi Mitra Batik berdiri sekitar tahun 1939, oleh sejumlah tokoh masyarakat pelaku usaha batik di Tasikmalaya," kata Agus.
Dari beberapa sumber yang dihimpun detikJabar, saat itu setiap anggota menyimpan uang setiap bulan antara 1 sampai 5 gulden. Salah satu semangat atau prinsip yang menjadi latar kesuksesan mereka adalah 'Sehari Sehelai Benang Setahun Jadi Selembar Kain'. Koperasi ini bergerak di bidang penjualan atau penyuplai bahan baku industri kain batik. Mulai dari kain, pewarna dan lainnya.
Namun pada masa penjajahan Jepang, pergerakan usaha perajin batik ini mengalami kendala. Penjajah Jepang menekan denyut usaha mereka hingga mengalami banyak masalah.
Tapi setelah kemerdekaan, usaha batik Tasikmalaya kembali bangkit. Dalam sebuah arsip Koperasi Mitra Batik pada 1953, industri batik di Tasikmalaya mempekerjakan 1.668 tukang cap, 2.661 tukang tulis, 435 mandor godog dan 21 orang pegawai kantor atau bagian administrasi.
Para perajin batik yang tergabung di Koperasi Mitra Batik ini pada masa itu mampu memproduksi 29.985 kodi kain batik setiap bulan. Produk ini tak hanya memasok pasar dalam negeri, namun bisa tembus pasar ekspor ke negara-negara tetangga di Asia, melalui agen ekspor bernama Batik Trading Cody.
Pabrik batiknya dulu berada di Jalan SL Tobing Kota Tasikmalaya, sebuah pabrik besar yang berdiri di atas lahan seluas 3,5 hektar. Saat ini sudah tak beroperasi. Sementara kantor Koperasi Mitra Batik berada di dekat Simpang Empat Mitra Batik, yang kini dijadikan Toserba.
Data ini tentu saja menjadi bukti kuatnya gerak roda usaha industri batik di Tasikmalaya. "Tentu kita semua berharap kejayaan itu tak hanya sebatas nostalgia atau romantisme sejarah saja, tapi harus dijadikan semangat untuk membangkitkan kembali industri batik yang dinaungi oleh koperasi," kata Agus.
Jika dibandingkan dengan kondisi saat ini, industri batik di Tasikmalaya tentu saja berbanding terbalik. Meski tak sampai hilang, tapi kedigjayaannya sudah jauh berkurang. Produksi batik di Tasikmalaya kini tersentra di wilayah Cigeureung Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya. Kawasan sentra batik Cigeureung ini juga sering menjadi destinasi wisata belanja atau wisata edukasi.
"Koperasi Mitra Batik juga sampai sekarang masih ada, dan unit usahanya masih berjalan menyuplai bahan baku produksi batik. Hanya memang tak sebesar dulu, tapi sampai sekarang masih eksis," kata Agus.
(sud/sud)