Ribuan warga dari berbagai daerah mengikuti tradisi sadranan buka luwur di makam Pantaran, Boyolali. Sebuah tradisi penggantian lurup atau kain mori penutup makam Syech Maulana Ibrahim Maghribi.
"Tradisi ini sudah berlangsung turun-temurun dari nenek moyang. Mungkin ya sudah ratusan tahun, kita tinggal meneruskan, melestarikan yang pernah dilaksanakan di sini (makam Pantaran)," kata juru kunci Makam Pantaran, Totok Sunyoto (59), di sela-sela acara Jumat (11/8/2023).
Syech Maulana Ibrahim Maghribi adalah seorang tokoh agama. Dia datang ke wilayah di lereng Gunung Merbabu itu untuk menyebarkan agama Islam.
Ada lima makam yang diganti kain lurupnya. Makam tersebut berada di dalam cungkup kompleks makam Pantaran. Sedangkan di luar cungkup merupakan pemakaman umum masyarakat setempat.
Selain nisan makam Syech Maulana Ibrahim Maghribi, juga makam Dewi Nawangwulan, Ki Ageng Pantaran, Ki Ageng Mataram dan Ki Ageng Kebokanigoro.
Dijelaskan Totok, sadranan atau buka luwur ini diadakah setahun sekali di bulan Sura (dalam penanggalan Jawa). Yakni pada hari Jumat setelah tanggal 20 bulan Sura.
"Ini istilahnya haul, atau pergantian kain lurup penutup nisan. Itu digantikan satu tahun sekali pada bulan Sura, setelah tanggal 20 Sura, jatuh pada hari Jumat," jelasnya.
Acara tradisi ini diawali tadi pagi dilaksanakan tahlil oleh warga sekitar. Warga juga membawa makanan ke makam tersebut untuk sadranan.
Kemudian digelar kirab budaya dari rumah juru kunci menuju makam Pantaran. Berjarak sekitar 300 meter.
Kain lurup yang baru juga ikut dalam kirab tersebut. Juga ada delapan gunungan hasil bumi dan paling belakang yakni kelompok kesenian.
Sampai di kompleks makam, kain lurup diserahkan kepada Bupati Boyolali, M. Said Hidayat yang selanjutnya diberikan ke juru kunci makam. Kain lurup kemudian dibawa masuk ke cungkup untuk mengganti lurup yang lama.
Selengkapnya baca di halaman berikutnya....
(apl/ahr)