Sebanyak 1.050 bubur Asyura dibagikan kepada masyarakat sekitar kompleks masjid, menara, dan makam Sunan Kudus. Pemberian bubur Asyura dibagikan setiap tanggal 9 Muharram.
Pantauan detikJateng di lokasi, ada puluhan ibu-ibu tengah sibuk memasak bubur Asyura. Mereka terbagi ada yang di bagian dapur hingga yang mengantar bubur ke masing-masing rumah warga.
Humas acara buka luwur, Muhammad Kharis mengatakan pembagian bubur Asyura kepada warga dan para kiai merupakan tradisi yang dilestarikan dalam rangka buka luwur makam Sunan Kudus. Ada sebanyak 1.050 bubur Asyura dibagikan kepada warga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini tradisi yang tetap dipertahankan setiap acara buka luwur, tepatnya dilaksanakan setiap tanggal 9 Muharram hari ini," kata Kharis saat ditemui di lokasi, Kamis (27/7/2023).
![]() |
Dia mengatakan bubur Asyura dimasak dengan menggunakan delapan bahan utama. Kedelapan bahan itu terdiri dari beras, jagung, ketela, hingga kacang hijau. Proses pemasakan pun dilakukan dalam dua tahap.
"Ada delapan bahan utama untuk pembuatan bubur Asyura itu, untuk beras jagung, kemudian ketela, polo, kacang hijau, dan paling tidak delapan bahan utama untuk bubur Asyura," ungkap Kharis.
Setelah matang, perewang lalu membagikan bubur Asyura ke masing-masing warga yang tinggal di sekitar kompleks masjid, menara, dan makam Sunan Kudus.
"Itu jadi 1.050 samir, dibagikan kepada masyarakat sekitar, kepada para kiai beserta untuk berjanji di masjid," jelasnya.
![]() |
Makna Bubur Asyura
Kharis melanjutkan pemberian bubur Asyura tidak lepas dari sejarahnya. Kata dia bubur Asyura bentuk syukur Nabi Nuh karena selamat dari bencana banjir. Atas itu, Nabi Nur lalu meminta sahabatnya untuk memasang bahan-bahan yang ada. Sehingga di Jawa, terutama di Kudus dikenal dengan bubur Asyura.
"Maknanya ini dari para sesepuh, bubur Asyura ini adalah mengenang bancakan, atau syukuran dari Nabi Nuh ketika selamat dari banjir bandang pada saat itu," jelas Kharis.
"Ketika Nabi Nuh selamat, kemudian beliau memerintahkan kepada sahabat-sahabat untuk memasak bahan-bahan yang ada, bahan itu kemudian menjadi bubur, kemudian di masyarakat Jawa, masyarakat Kudus menjadi pembagian bubur Asyura," pungkas Kharis.
![]() |
(apl/ams)