Tari serimpi merupakan kesenian tari yang ternama dari kisah raja Mataram Islam yang tersohor, yaitu Sultan Agung. Tari ini dikenal sebagai tari yang sangat lembut pada setiap gerakannya. Bagaimana sejarah lengkap tari serimpi? Simak penjelasan berikut.
Dikutip dari laman resmi Kemdikbud, tari serimpi adalah salah satu tari dari keraton J dengan pola gerak yang halus, tenang, semeleh, menep, hening, wingit, dan dibawakan secara regu atau kelompok. Tarian ini mampu membawa penonton kepada suasana magis. Nama dari tari serimpi, biasanya diambil dari nama gendhing.
Berikut ini informasi mengenai sejarah tari serimpi yang merupakan kesenian dari Kerajaan Mataram Islam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Tari Serimpi
Dikutip dari laman resmi dpad.jogjaprov.go.id, pada masa kekuasaan Sultan Agung, Kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaan dan sangat terkenal hingga ke penjuru nusantara. Salah satu bukti kejayaan Mataram pada masa pemerintahan Sultan Agung adalah berkembangnya kesenian tradisional dari dalam keraton.
Salah satu kesenian yang bermula pada masa tersebut adalah tari serimpi. Tari Serimpi merupakan sebuah kesenian yang memperlihatkan keindahan serta nilai estetika seni tinggi yang identik dengan keanggunan, kecantikan, serta kesopanan para penarinya.
Tarian ini memiliki fungsi sakral yang dipertunjukkan pada acara-acara tertentu saja seperti acara pisowanan agung maupun acara peringatan hari penting kerajaan. Maka dari itu, tarian serimpi sangat mengedepankan kelembutan.
Sebagian seniman dan tokoh sejarawan meyakini bahwa kata "serimpi" berasal dari bahasa Jawa yakni "impi" yang memiliki arti "mimpi". Maksud dari arti tersebut adalah jika kita tengah menyaksikan pertunjukan tari serimpi maka rasanya seperti berada di alam mimpi. Terlebih suara gending jawa beserta gamelan pengiring melantunkan irama nada asri nan damai membuat mata tersayup-sayup bagaikan di alam mimpi.
Terbaginya Tari Serimpi
Dikutip dari laman resmi Warisan Budaya Takbenda Indonesia Kemdikbud, pada 1775 Kerajaan Mataram terpecah menjadi Kesultanan Jogja dan Kesultanan Surakarta. Perpecahan ini juga berimbas pada tarian Serimpi walaupun inti dari tarian masih sama.
Tarian serimpi di Kesultanan Jogja digolongkan menjadi serimpi babul layar, serimpi dhempel, serimpi genjung. Sedangkan di Kesultanan Surakarta digolongkan menjadi serimpi anglir mendung dan serimpi bondan.
Walaupun sudah tercipta sejak lama, tarian ini baru dikenal khalayak banyak sejak 1970-an. Karena sebelumnya terkekang oleh tembok keraton. Serimpi merupakan salah satu tari istana, sebagai pusaka keraton, dulunya tarian ini dianggap sakral, tidak sembarang waktu dipentaskan.
Perang Tanding dalam Tari Serimpi
Dikutip dari sumber yang sama, fungsi pertunjukan tari serimpi selain untuk memeriahkan hari ulang tahun raja, juga sering untuk menyambut tamu-tamu penting yang berkunjung ke istana. Bila melihat tema yang dibawakan oleh tari serimpi yang kebanyakan merupakan perang tanding antara dua orang.
Perang tanding itu disusun dalam bentuk dua pasang, hingga serimpi secara utuh menjadi sebuah komposisi tari kelompok yang dibawakan oleh empat orang penari. Perang tanding itu misalnya antara Srikandi melawan Larasati, keduanya adalah istri Arjuna atau Perang tanding antara Permadi melawan Suryatmaja dari wiracarita Mahabharata.
Teknik tari pada tari serimpi sama dengan teknik tari bedhaya yaitu teknik tari putri yang halus dan lembut. Gerak-gerak perangnya juga dilakukan dengan tempo yang agak lambat dan sangat ritmis, hingga tidak terkesan sebagai perang sungguhan.
Tari Serimpi Gaya Jogja
Masih dikutip dari sumber yang sama, seiring berjalannya waktu, tari serimpi ini dapat dipentaskan kapanpun dan tidak harus di dalam tembok istana tari serimpi gaya Jogja, secara mendasar komposisinya disusun dengan tiga unsur pokok.
Unsur pertama adalah gerak tari klasik gaya Jogja, unsur kedua tata busana khas serimpi gaya Jogja, dan yang ketiga adalah tema cerita yang diambil dari sumber cerita dramatik baik Mahabarata, cerita Menak atau legenda Jawa lainnya.
Gerak tari gaya Jogja, didukung oleh iringan tari yang menjiwai garapan tarinya. Pola sajian serimpi terdiri dari tiga bagian, yakni maju gawang yang biasa disebut juga dengan kapang-kapang menuju tempat pentas, bagian kedua merupakan tarian pokok yang di dalamnya digambarkan isi tema yang ingin disajikan. Bagian ketiga dari struktur sajian tari serimpi gaya Jogja adalah mundur gawang, yang merupakan kebalikan dari bagian pertama.
Tari Serimpi Gaya Surakarta
Dikutip dari laman resmi pemerintah Surakarta, tarian serimpi masuk ke Kesultanan Surakarta pada tahun 1788 yang berarti selama lebih dari 30 tahun tarian tersebut sempat menghilang dari keraton. Fungsi tarian serimpi sendiri pada masa lalu dipertunjukkan sebagai salah satu ritual sakral dalam acara-acara tertentu seperti pisowanan agung dan peringatan hari penting dalam keraton.
Dalam setiap pertunjukan, tari serimpi dibawakan oleh empat penari putri, yang masing-masing mendapat sebutan air, api, bumi, dan tanah. Gerakannya gemulai untuk menyampaikan rasa kesopanan, kehalusan budi, serta kelemahlembutan. Iringan musiknya menggunakan gabungan suara, dari tembang-tembang yang dinyanyikan oleh sinden.
Kostum yang digunakan oleh penari tari serimpi Solo terlihat lebih mewah dan modern, karena melihat tari ini baru masuk di Solo pada tahun 1970. Sedangkan penampilan tari klasik gaya Jogja terlihat lebih sederhana.
Nah, itulah informasi mengenai sejarah tari serimpi. Semoga bermanfaat, Lur!
Artikel ini ditulis oleh Agustin Tri Wardani peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(ams/ams)